BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masa Kanak-kanak
Masa kanak-kanak disebut pula masa pra sekolah
(preschool age). Disebut masa pra sekolah, karena pada masa ini anak-anak belum
masuk sekolah. Ada anak-anak yang masuk Taman Kanak-kanak pada masa ini, akan tetapi
belum bisa dikategorikan sebagai anak sekolah, sebab Taman Kanak-kanak itu
sendiri bukan lembaga sekolah melainkan lembaga pra sekolah.
sendiri bukan lembaga sekolah melainkan lembaga pra sekolah.
B. Perkembangan Fisik dan Motorik
Pertumbuhan bagian kepala masih relatif lebih lambat
dibanding dengan pertumbuhan badan sebagai keseluruhan, sehingga pada umur 6
tahun proporsi kepala sekitar 1/7 dari bagian badan secara keseluruhan.
Pada umur 2 tahun anak telah
mempunyai 4-6 buah gigi. Pada umur 5 tahun biasanya anak telah mempunyai 28
gigi. Gigi anak-anak itu adalah merupakan gigi-gigi sementara yang disebut gigi
susu. Pada umur 6 tahun atau 7 tahun biasanya mulai terjadi pergantian gigi
dari gigi susu menjadi gigi tetap. (Soesilo Windradini,74).
Pada akhir bulan ke 13 atau 14
biasanya anak-anak sudah bisa berjalan sendiri dengan baik. Setelah bisa
berjalan dengan baik biasanya ia juga akan mencoba untuk berjalan dengan mundur
(sekitar umur 17 bulan). Sekitar umur 18 bulan anak mulai belajar berlari, dan
sekitar umur 2 ½ tahun anak sudah bisa berlari dengan baik. Disamping belajar
berlari anak juga belajar menaiki dan menuruni tangga. Kemampuan untuk naik
turun tangga sudah bisa dikuasai sekitar umur 3 tahun.
Awal masa
kanak-kanak merupakan masa yang paling baik untuk mempelajari keterampilan
tertentu, karena tiga alasan, yakni :
1)
Anak senang mengulang-ulang, sehingga dengan senang
hati mau mengulang suatu aktivitas sampai terampil.
2)
Anak-anak bersifat pemberani, sehingga tidak terhambat
rasa takut kalau mengalami sakit atau diejek teman-teman sebagaimana ditakuti oleh
anak yang lebih besar.
3)
Anak mudah dan cepat belajar karena tubuh mereka masih
lentur dan keterampilan yang dimiliki baru sedikit, sehingga keterampilan yang
baru dikuasai tidak mengganggu keterampilan yang sudah ada.
Keterampilan
umum yang sering dilakukan anak-anak biasanya menyangkut keterampilan tangan
dan kaki. Keterampilan dalam aktivitas makan dan berpakaian sendiri biasanya
dimulai pada masa bayi dan disempurnakan pada masa kanak-kanak awal. Kemajuan terbesar keterampilan berpakaian
antara usia 1,5 dan 3,5 tahun. Pada saat anak-anak mencapai usia Taman Kanak-kanak,
mereka sudah harus dapat mandi dan berpakaian sendiri, mengikat tali sepatu dan
menyisir rambut dengan sedikit bantuan atau tanpa bantuan sama sekali.
Antara usia
5 dan 6 tahun sebagian besar anak-anak sudah pandai melempar dan menangkap
bola. Mereka dapat menggunakan gunting, dapat membentuk tanah liat, bermain
membuat kue-kue dan menjahit, mewarnai dan menggambar dengan pensil atau
krayon. Mereka juga sudah dapat menggambar orang. Antara usia 3 – 4 tahun anak
dapat mempelajari sepeda roda tiga dan berenang.
Usia 5 atau
6 tahun anak belajar melompat dan berlari cepat, dan mereka sudah dapat
memanjat. Keterampilan kaki lain yang dikuasai anak adalah lompat tali,
keseimbangan tubuh dalam berjalan di atas dinding atau pagar, sepatu roda,
bermain sepatu es, menari.
C. Perkembangan Bahasa
Menurut Charlotte Buhler, bahasa
mempunyai tiga fungsi, yaitu: kundgabe, auslosung, dan darstelung. Fungsi
kundgabe artinya bahwa bahasa itu berfungsi untuk menyatakan keadaan jiwa.
Misalnya apabila dimalam gelap kaki kita terantuk suatu benda, maka secara
spontan kita akan berteriak “aduh”. Teriakan tersebut merupakan ekspresi
spontan tanpa ditujukan kepada siapapun. Fungsi bahasa seperti ini juga terdapat
pada binatang.
Fungsi auslosung artinya bahwa
bahasa itu berfungsi untuk mempengaruhi orang lain. Misalnya teriakan “tolong”.
Teriakan tersebut ditujukan kepada pihak lain agar pihak lain bersedia memberi
pertolongan. Fungsi bahasa ini juga terdapat pada binatang. Misalnya suara
induk ayam memanggil anak-anaknya. Sedangkan fungsi darstelung artinya bahwa
bahasa itu berfungsi untuk menyampaikan suatu informasi atau pendapat. Misalnya
“benda ini bernama kursi”. “kursi ini sangat bagus” (Agus Suryanto, 1984:28).
Perkembangan bahasa erat kaitannya
dengan perkembangan berpikir. Charlote Buhler mengatakan bahwa bahasa adalah
pikiran yang diucapkan, sedangkan berpikir adalah berbahasa di dalam hati.
Dalam bab terdahulu telah
disinggung, bahwa tangis bayi memiliki fungsi untuk melatih otot-otot suara,
agar bayi bisa bersuara. Tangis-tangis bayi juga selanjutnya berfungsi sebagai
bahasa, yaitu fungsi kundgabe dan fungsi auslosung. Adapun perkembangan bahasa
selanjutnya adalah sebagai berikut:
a. Masa Meraban
Masa meraban adalah suatu masa
ketika bayi mengucapkan suara-suara yang tidak memiliki arti. Masa meraban ini
umumnya dimulai pada usia 3 bulan. Suara-suara raban pertama yang dikeluarkan
biasanya suara huruf-huruf hidup atau huruf-huruf vokal, misalnya a-a, i-i,
e-e, dan sebagainya. Setelah meraban dengan huruf-huruf vokal barulah meraban
dengan huruf-huruf mati atau konsonan. Konsonan pertama yang diucapkan adalah
konsonan-konsonan bibir, misalnya m-m, p-p, b-b dan sebagainya. Masa meraban
ini umumnya berakhir pada usia 9 atau 12 bulan.
b. Masa Kalimat Satu Kata
Kata-kata pertama yang diucapkan
oleh bayi adalah kelanjutan dari meraban. Pada umumnya kalimat satu kata yang
paling awal dibicarakan oleh bayi adalah “ma” dan “pa”. Setelah itu beberapa
kata tiruan, bunyi yang dimaksudkan untuk menamai binatang yang mengeluarkan
bunyi tersebut. Satu kata yang diucapkan oleh bayi sebenarnya dimaksudkan
sebagai satu kalimat penuh. Oleh karena itulah maka disebutkan kalimat satu
kata. Misalnya kalau ia mengatakan “eong” mungkin yang dimaksud adalah “oh itu
ada kucing datang” atau mungkin “bawakan kucing itu untuk teman saya”.
Setelah kalimat tiruan bunyi
menyusul kemudian kata-kata yang berkaitan dengan suatu kegiatan tertentu.
Misalnya “maem” yang artinya: “bu saya minta maem”. Setelah itu barulah
menyusul kata-kata benda. Misalnya “uci” yang artinya “bu saya minta duduk di
kursi”. Masa kalimat satu kata ini biasanya sudah berakhir pada usia sekitar
17-19 bulan.
c. Masa Kalimat Dua Kata
Kalimat dua kata biasanya mulai
muncul pada usia 18 sampai 20 bulan. Pada masa ini dengan kecakapannnya
berjalan ia makin banyak melihat segala sesuatu dan ingin mengetahui namanya.
Oleh karena itu ia selalu menanyakan nama benda itu. Karena itu masa ini
disebut masa “apa itu”. Beberapa kalimat dan kata yang dapat diucapkan pada
masa ini antara lain adalah ; “apak acuk” (Bapak akan berangkat sekolah) “tutu
aem” (Putu minta makan)” ni iing (Benda ini namanya piring) dan sebagainya.
Masa kalimat dua kata ini sering juga disebut “masa haus nama”. Karena pada
masa ini anak-anak selalu ingin tahu nama-nama benda yang ada disekitarnya.
c. Masa Kalimat Tiga Kata
Kalimat tiga kata biasanya mulai
muncul pada bulan ke 24 sampai ke 28. Pada masa ini biasanya anak-anak sudah
mampu membuat kalimat seperti struktur kalimat orang dewasa, yaitu ada subyek,
ada predikat , dan ada keterangan. Beberapa kalimat tiga kata yang dapat
diucapkan pada masaa ini antara lain adalah:
-Tutu
ampun yam (Putu sudah mandi)
-Apak
auk aju (Bapak sedang mengenakan Baju)
-Tutu
aem didi (Putu makan sendiri).
e. Masa kalimat lengkap dan kalimat majemuk
Masa kalimat lengkap dan kalimat
majemuk biasanya muncul setelah usia empat tahun. Pada masa ini anak-anak sudah
dapat mengucapkan kata seperti ucapan orang dewasa (tidak pelo lagi) kecuali
kata-kata yang mengandung huruf “r”.
D. Perkembangan Permainan
Bermain merupakan aktifitas yang
sangat penting bagi anak. Dengan bermain anak bisa mendapat permainan baru.
Semua pengalaman yang diperoleh dalam bermain merupakan kecakapan baru bagi
anak. Sehubungan dengan perkembangan permainan ini akan dibahas dua hal, yaitu
: (1) Fungsi permainan dan (2) Jenis-jenis permainan.
3.1 Fungsi Permainan
Mengenai fungsi permainan ada
beberapa teori. Berikut ini akan dibahas lebih lanjut masing-masing teori
tersebut.
a. Teori Latihan
Menurut Karl Groos, permainan
merupakan latihan terhadap fungsi-fungsi
yang akan digunakan dalam kehidupan setelah dewasa kelak. Misalnya anak wanita
yang bermain boneka adalah merupakan latihan terhadap peranannya sebagai
seorang ibu kelak.
b. Teori Katarsis (pembersihan jiwa)
Menurut Schaller dan Lazarus,
permainan merupakan pembersihan (kataris) jiwa. Misalnya anak yang sedang
sedih, maka dengan bermain kesedihannya dapat dihilangkan. Begitu pula anak
yang sudah jenuh belajar, maka bermain dapat menghilangkan kejenuhan tersebut.
c. Teori Kelebihan Tenaga
Menurut Herbert Spencer permainan
merupakan pelepasan terhadap tenaga (energi) yang berlebihan. Sering kali energi
yang diperoleh oleh manusia malalui makan melebihi kebutuhannya. Oleh karena
itu pada orang bersangkutan terdapat kelebihan energi. Kelebihan energi
tersebut harus disalurkan melalui cara-cara yang sesuai. Salah satu cara yang
sangat sesuai adalah melalui permainan.
d. Teori Rekapitulasi
Menurut teori rekapitulasi yang
dipelopori oleh Stanley Hall, perkembangan jiwa individu (ontogenesa) merupakan
ulangan dari perkembangan seluruh umat manusia (filogenesa). Toeri ini
berhubungan dengan teori biogentik yang
menyatakan bahwa anak dalam perkembangan jiwanya mengalami semua fase-fase yang
telah dialami oleh manusia dalam perkembangannya. Selanjutnya menurut teori ini
permainan merupakan dorongan bawah sadar untuk mengulangi secara singkat
sejarah bentuk-bentuk kehidupan dan aktifitas nenek moyang sejak jaman dahulu
(Monks, dkk, 1985: 116-117 dab Soesilowindradini,105).
3.2. Jenis-jenis Permainan
Sesuai dengan teori rekapitulasi dan
sesuai pula dengan fase-fase kehidupan manusia, maka jenis-jenis permainan
anak-anak dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Masa Berburu
Pada masa ini anak-anak senang
bermain dengan memburu binatang-binatang, seperti memburu capung, memburu
kumbang, memburu kupu-kupu dan sebagaianya.
b. Masa Beternak
Pada masa ini anak-anak senang
bermain-main dengan memelihara binatang. Misalnya memelihara kupu-kupu,
memelihara jangkrik, memelihara burung dan sebagainya. Disamping gemar
memelihara binatang dalam wujud yang sebenarnya anak-anak senang berpantasi
menjadi peternak misalnya sepotong pelepah kepala dijadikan sapi-sapian.
c. Masa Bertani
Pada masa ini anak-anak senang
menanam tanama-tanaman. Berbagai tanaman ditanamnya, bahkan garampun
ditanamnya.
d. Masa Bergadang
Pada masa ini anak senang main
dagang-dagangan. Permainan dagang-dagangan ini biasanya dilakukan secara
berkelompok. Ada yang berperan sebagai pedagang dan ada yang berperan sebagai
pembeli. (Sumadi Sunyobroto, 1987:80-81).
E. Perkembangan Menggambar
Menggambar merupakan aktivitas yang
sangat penting pada masa kanak-kanak. Melalui aktivitas menggambar anak
mengekpresikan segala sesuatu yang ada
pada dirinya, seperti sesuatu yang diingini, atau sesuatu yang dipantasikan.
Oleh karena itu gambaran anak-anak dapat dijadikan sebagai salah satu media
metode proyeksi, yaitu metode untuk memahami keadaan jiwa anak-anak melalui
gambar-gambar yang dibuatnya. Tehnik proyeksi yang lain adalah mengarang (puisi
maupun prosa) dan permainan.
Perkembangan menggambar anak-anak
dapat dibagi dalam beberapa fase (stages). Namun perlu disadari adalah sangat
sulit untuk menetapkan secara pasti kapan suatu fase berakhir dan kapan suatu
fase berikutnya dimulai. Sesuai dengan perbedaan individual (individual
differences), tiap individu memiliki variasi masing-masing. Dalam garis
besarnya fase perkembangan menggambarkan anak-anak adalah sebagai berikut:
a. Fase Corengan (Scribbling Stage)
Masa corengan dimulai sekitar usia 2
tahun dan berakhir sekitar usia 4 tahun. Pada masa ini anak-anak mulai membuat
corengan-corengan secara tidak teratur (disorderet scribbling).
Corengan-corengan tersebut bersifat universal, tidak tergantung pada ras.
Mula-mula anak-anak membuat corengan tanpa memberi nama terhadap corengan yang
dibuatnnya. Pada tahap berikutnya anak-anak mulai memberi nama terhadap
corengan-corengan yang dibuatnya. Misalnya “ini ibu”, atau “Saya sedang lari”.
b. Masa Pra Bagan (Preschematic Stage)
Masa pra bagan dimulai sekitar usia
4 tahun dan berakhir sekitar usia 7 tahun. Pada masa ini anak sudah bisa
membuat gambar yang menyerupai bentuk-bentuk tertentu, walaupun sangat
sederhana dan tidak lengkap. Misalnya kaki yang langsung keluar dari kepala,
jari tangan yang hanya tiga buah dan sebagainya.
c. Fase Bagan dan selanjutnya
Perkembangan menggambar masa bagan dan
seterusnya akan dibicarakan pada bab berikutnya, karena fase-fase tersebut
sudah meliputi fase anak sekolah.
F. Perkembangan Sosial
Masa kanak-kanak sering pula disebut
masa estetika karena pada masa ini anak-anak menggambarkan rasa keindahan yang
antara lain dilakukan melalui kegiatan menggambar. Disamping itu masa ini
merupakan masa yangg paling menyenangkan dilihat dari sudut pandang orang
dewasa (anak sedang masa lucu-lucunya).
Sejak awal masa kanak-kanak (sesudah
umur satu tahun) anak mulai mencari kontak sosial dengan lingkunannya. Kontak
sosial pertama adalah dengan ibunya, kemudian dengan ayahnya dan
anggota-anggota keluarga yang lain.
Sebelum usia 3 tahun, biasanya anak
selalu menurut dengan perintah atau larangan ibunya atau orang dewasa lainnya.
Menginjak usia 3 tahun kemauan anak mulai berkembang. Setelah usia 3 tahun anak
mulai menyadari bahwa ia mempunyai kemauan sendiri seperti orang lain. Karena
mulai menyadari kemauannya, anak ada dorongan untuk mencobakan kemauannya
dengan jalan menentang kemauan orang lain. Karena itu kalau ibunya menyuruh ke
timur, ia justru ke barat. Oleh karena itu, masa antara 3-4 tahun ini disebut
sebagai masa anak keras kepala (trotzalter). Istilah lain yang diberikan adalah
masa menentang atau masa memprotes.
Masa keras kepala merupakan masa
yang paling sulit dalam pendidikan, karena pada masa ini anak paling sukar
untuk diarahkan. Kalau anak dibiarkan berbuat sesuai dengan kemauannya sendiri,
maka sifat keras kepalanya akan berkembang terus, sehingga akan menjadi pemuda
yang mau menang sendiri. Sebaliknya, kalau anak dipaksa menuruti kemauan orang
tua, maka kemauannya sendiri tidak akan berkembang, sehingga anak akan menjadi
pemuda yang tidak punya inisiatip, tidak bisa pernah mengambil kepautusan, dan
tidak mandiri (selalu tergantung kepada orang lain). Cara yang dianjurkan pada
masa ini adalah cara yang persuasif, yaitu memberi perintah/larangan sedemikian
rupa, sehingga anak tidak merasa dirinya diperintah.
Setelah usia 4 tahun, biasanya masa
keras kepala sudah berakhir. Perkembangan sosial anak menjadi semakin luas.
Anak mulai mengadakan kontak sosial dengan teman sebaya di luar rumah. Pada
masa ini anak-anak sebaiknya diberi peluang untuk mengikuti pendidikan Taman
Kanak-kanak. Secara fsikologis Taman Kanak-kanak merupakan lembaga yang
penting, sebagai tempat penyesuaian dari lingkungan keluarga ke lingkungan
sekolah.
G. Perkembangan Fantasi
Pada masa kanak-kanak fantasi
berkembang sangat kuat. Demikian kuatnya fantasi itu, sehingga anak tidak bisa
membedakan antara realitas dengan fantasi. Kerancuan ini menyebabkan anak
sering bercerita bohong yang dalam fsikologi disebut sebagai “dusta khayal”.
Contoh seorang anak yang melakukan dusta khayal adalah sebagai berikut: Seorang
anak berumur empat tahun bercerita pada ibunya bahwa ia melihat ular naga di
pohon kelapa di depan rumahnya. Sewaktu ibunya bertanya tentang bentuk, warna,
dan tingkah laku naga tersebut, anak tersebut mengemukakan jawaban sesuai
dengan khayalannya, dan ia mengemukakan dengan penuh keyakinan. (Elinda
Prayitno, 1992 : 47)
Dalam menghadapi anak yang berdusta
khayal, orang tua handaknya cukup bijaksana. Jangan sekali-kali memotong cerita
anak dengan menyatakan bahwa anak tersebut berbohong. Sebab hal tersebut dapat
mematikan daya khayal anak untuk selanjutnya.
Pada masa ini anak-anak sering
menggunakan benda-benda tidak sebagaimana mestinya, melainkan sebagaimana yang
dihayalkan. Misalnya kursi tamu dijadikan super-superan.
H. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget, perkembangan
berpikir masa kanak-kanak termasuk stadium pra operasional. Pra berarti belum.
Operasional berarti kegiatan yang dilakukan secara sistematis atas dasar logika
berpikir tertentu. Ini berarti bahwa anak pada masa ini telah sanggup melakukan
berbagai aktifitas, namun aktifitas yang dilakukannya tidak didasarkan atas
logika berpikir tertentu.
Berikut ini diungkapkan beberapa
ciri berpikir yang menunjukkan bahwa anak belum bisa berpikir secara
operasional.
a) Belum
mampu mengatur secara serial. Bila anak diberi tugas untuk mengatur beberapa
tongkat-tongkat kecil yang berlaianan panjangnya, maka ia tidak mampu
mengaturnya menurut panjang pendeknya tongkat tadi.
b) Belum
mampu membuat klasifikasi. Bila anak diberi sejumlah balok-balok yang mempunyai
bentuk dan warna yang berbeda-beda dan bila ditanya balok-balok mana yang sama
maka ia tidak dapat menjawabnya.
c) Belum
mampu membuat penafsiran dalam tiga dimensi. Bila anak dihadapkan pada
penafsiran tiga dimensi maka ia akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu
dimensi saja dan mengabaikan dimensi yang lain.
Contoh
: Sebuah gelas tinggi ramping dan sebuah gelas pendek besar diisi air sama
banyaknya. Anak ditanya apakah air dalam dua gelas tersebut sama banyaknya atau
tidak. Anak kebanyakan akan menjawab bahwa ada lebih banyak air dalam gelas
yang tinggi ramping, karena air pada gelas yang tinggi ramping tersebut lebih
tinggi.
d) Berpikir
egosentris, artinya anak buahnya dapat berpikir dari arah dirinya sendiri dan
belum dapat berpikir dari arah orang lain. Sebagi ilustrasi dapat di berikan
contoh percakapan seorang dewasa dengan anak stadium pra operasional sebagai
berikut:
T:
Apakah kamu punya saudara?
J:
Punya
T:
Siapa nama saudaramu?
J:
Mita
T:
Apakah Mita punya saudara?
J:
Tidak
Jawaban
terakhir anak tersebut menunjukkan bahwa anak hanya mampu berpikir dari arah
dirinya sendiri, dan tidak dapat berpikir dari arah Mita.
(Monks,
1985 : 188 – 191)
Satu ciri lagi stadium pra operasional
adalah bahwa anak sudah bisa berpikir imitasi (peniruan). Misalnya seorang anak
yang pernah melihat dokter berpraktek, akan dapat bermain dokter-dokteran
(Sunarto dan Agung Hartono, 1994 : 20).
I. Perkembangan Emosi
Perbuatan atau perilaku kita
sehari-hari umumnya disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, seperti perasaan
senang atau tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang selalu
menyertai perbuatan kita sehari-hari disebut afeksi. Afeksi ini kadang-kadang
kuat, kadang-kadang lemah, kadang kadang tidak jelas (samar-samar). Afeksi yang
kuat disebut emosi. Contoh-contoh emosi adalah gembira, cinta, marah, dan
benci. Emosi dan perasaan adalah dua hal yang berbeda. Perbedaan itu bersifat
kualitatif yang berkelanjutan (kontinu) tetapi tidak jelas batasnya. Secara umum
dapat dikatakan bahwa perasaan tidak diikuti oleh perubahan-perubahan pisik.
Sebaliknya emosi diikuti oleh perubahan-perubahan pisik misalnya perubahan
warna kulit muka, perubahan denyut jantung, perubahan pernapasan, perubahan
pupil mata, perubahan kerja kelenjar, kontraksi otot dan sebagainya (Sunarto,
1994 : 127).
Beberapa emosi yang menonjol pada
masa kanak-kanak adalah sebagai berikut:
a. Rasa takut
Rasa takut pada aanak-anak ada yang
bersifat bawaan dan ada pula yang dipeorleh berdasarkan pengalaman. Menurut Mc.
Dogal rasa takut bawaan itu ada tiga jenis, yaitu : (1) takut terhadap
kegelapan, (2) takut jatuh dari tempat tinggi, dan (3) takut terhadap suara
keras.
Rasa takut yang diperoleh
berdasarkan pengalaman biasanya terjadi karena proses conditioning, yaitu
adanya suatu kondisi tertentu yang menimbulkan rasa takut. Contoh : Mula-mula
anak tidak takut terhadap kelinci. Pada suatu hari ketika anak sedang asik
bermain-main dibunyikan gong yang sangat keras. Anak menjadi terkejut dan
selanjutnya takut dengan kelinci. Dalam contoh ini, suara gong yang keras
merupakan kondisi timbulnya rasa takut terhadap kelinci.
Rasa takut pada anak-anak seringkali
pula muncul karena cerita-cerita orang tua. Seringkali pula anak menjadi takut
karena melihat orang lain takut. Misalnya anak tidak takut melihat ular. Tetapi
karena ibunya pada waktu itu takut, maka anaknya menjadi takut.
b. Iri Hati
Iri hati biasanya muncul pada waktu anak mendapat
adik. Hal ini disebabkan karena mulai pada saat itu ia merasa perhatian kedua
orang tuanya dirampas oleh adiknya yang baru lahir. Selain itu rasa iri hati
juga dapat muncul kalau anak merasa bahwa orang tuanya memberikan perhatian
yang lebih kepada saudaranya yang lain.
c. Marah
Rasa marah ditimbulkan oleh keinginan yang terbendung.
Ada beberapa reaksi penyaluran rasa marah seperti : memukul,
menghentak-hentakan kaki, berteriak dan menangis.
d. Kasih Sayang
Kasih sayang anak diberikan kepada
siapa saja yang memberikan kegembiraan dan kepuasan kepadanya. Tidak hanya
orang, tetapi binatang atau bendapun dapat mendapatkan kasih sayang anak. Kasih
sayang ditujukkan dengan cara memeluk, mencium, selalu ingin berdekatan, dan
bersedih bila berjauhan.
J. Perkembangan Moral
Moral diartikan sebagai suatu aturan
atau norma tentang baik dan buruk (Poerwadarmita, 1976 : 654). Norma tentang
baik dan buruk yang dimaksudkan meliputi : (a) pandangan moral, (b) perasaan
moral, dan (c) tingkah laku moral. Menurut Piaget dan Kohlberg, perkembangan
moral pada masa kanak-kanak berada pada fase “ Pemahaman Hetronom”. Pada fase
ini anak belum mempunyai pendangan moral sendiri. Tingkah laku anak sepenuhnya
ditentukan oleh kemauan-kemauan yang ada di luar dirinya, khususnya kemauan
orang tuanya. Tingkah laku yang baik bagi anak adalah tingkah laku yang tidak
mendapat hukuman atau yang mendapat haiah atau kedua-duanya. Sebaliknya tingkah
laku yang jelek adalah tingkah laku yang mendapat hukuman (Elinda Prayitno,
1992 : 73).
Dengan mengambil sudut pandang orang lain, akan
membantu anak memahami apa yang benar dan apa
yang salah. Melalui interaksi anak dengan orang lain, ia segera menangkap apa yang diharapkan dalam situasi sosial, dan anak akan sampai pada perkembangan sejumlah
pemahaman sosial. Ketika anak berinteraksi, mereka akan berhubungan dengan konsep tentang
keadilan, kejujuran, kewajiban, dan
kebaikan. Oleh karena itu Damon
menyatakan bahwa kesadaran moral anak
diperoleh dari pengalaman sosial yang
normal.
Pada masa prasekolah, anak sering merasa bingung dengan perilaku orang dewasa yang kadang berbohong, karena belum mampu
menilai suatu perbuatan dari latar
belakang motivasinya. Beberapa aspek dari perkembangan moral anak usia 4 s.d 8 tahun mencakup konsep anak
tentang persahabatannya dan kewajiban-kewajiban tertentu dari persahabatan,
keadilan dan kejujuran, kepatuhan,
otoritas, serta hukum-hukum sosial dan
adat.
Perkembangan moral juga berkaitan dengan kekhususan
budaya; kelompok budaya yang berbeda akan memiliki nilai-nilai yang
berbeda pula. Ada perbedaan antara anak
perempuan dengan anak laki-laki dalam
sudut pandangnya. Banyak anak perempuan merasa lebih senang dengan sudut pandang "memperhatikan",
yang menekankan hubungan interpersonal
dan perhatian untuk orang lain.
Sedangkan anak laki-laki lebih umum menggunakan “keadilan” sebagai sudut pandangnya.
BAB
II
PENUTUP
Simpulan
Masa kanak-kanak disebut pula masa pra sekolah
(preschool age). Disebut masa pra sekolah, karena pada masa ini anak-anak belum
masuk sekolah. Pada masa kanak-kanak ini meliputi perkembangan fisik dan
motorik, perkembangan bahasa, perkembangan permainan, perkembangan menggambar,
perkembangan sosial, perkembangan fantasi, perkembangan kognitif, perkembangan
emosi, dan perkembangan moral
PUSTAKA
Nurkancana, Wayan. 2001. Perkembangan Jasmani dan Kejiwaan. Surabaya : Usaha nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar