BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah
fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya
bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda kehidupan; misalnya
menangis, jantung berdenyut, bernafas dan sebagainya. Apabila pada waktu lahir
tidak ada tanda-tanda kehidupan disebut dengan lahir mati (still birth) yang di
dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran. Di samping
istilah fertilitas ada
juga istilah fekunditas (fecundity) sebagai petunjuk kepada kemampuan fisiologis dan biologis seorang perempuan untuk menghasilkan anak lahir hidup.
juga istilah fekunditas (fecundity) sebagai petunjuk kepada kemampuan fisiologis dan biologis seorang perempuan untuk menghasilkan anak lahir hidup.
Seorang
perempuan yang secara biologis subur (fecund) tidak selalu melahirkan anak-anak
yang banyak, misalnya dia mengatur fertilitas dengan abstinensi atau menggunakan
alat-alat kontrasepsi. Kemampuan biologis seorang perempuan untuk melahirkan sangat sulit untuk diukur.
Ahli demografi hanya menggunakan pengukuran terhadap kelahiran hidup (live
birth).
Pengukuran
fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas, karena
seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih
dari seorang bayi. Di samping itu seseorang yang meninggal pada hari dan waktu
tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian
lagi. Sebaliknya seorang perempuan yang telah melahirkan seorang anak tidak
berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun.
Kompleksnya
pengukuran fertilitas, karena kelahiran melibatkan dua orang (suami dan istri),
sedangkan kematian hanya melibatkan satu orang saja (orang yang meninggal).
Masalah yang lain yang dijumpai dalam pengukuran fertilitas ialah tidak semua
perempuan mengalami resiko melahirkan karena ada kemungkinan beberapa dari
mereka tidak mendapatkan pasangan untuk berumah tangga. Juga ada beberapa
perempuan yang bercerai, menjada. Memperhatikan masalah-masalah di atas,
terdapat variasi pengukuran fertilitas yang dapat diterapkan, dan masing-masing
mempunyai keuntungan dan kelemahan.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep-konsep
dalam fertilitas?
2. Bagaimana peranan
fertilitas dalam pertumbuhan penduduk di
Indonesia?
3. Mengapa pentingnya
penurunan angka fertilitas di Indonesia?
C. Tujuan
1. Mengetahui
konsep-konsep dalam fertilitas
2. Mengetahui peranan
fertilitas dalam pertumbuhan penduduk di Indonesia
3. Mengetahui
pentingnya penurunan angka fertilitas di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep-konsep dalam Fertilitas
Memperhatikan
perbedaan antara kematian dan kelahiran seperti tersebut pada latar belakang,
memungkinkan untuk melaksanakan dua macam pengukuran fertilitas yaitu
pengukuran fertilitas tahunan dan
pengukuran fertilitas kumulatif. Pengukuran fertilitas kumulatif ialah mengukur
jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan hingga mengakhiri
batas usia subur. Sedangkan pengukuran fertilitas tahunan (vital rates) ialah
mengukur jumlah kelahiran pada tahun tertentu dihubungkan dengan jumlah
penduduk yang mempunyai resiko untuk melahirkan pada tahun tersebut.
1. Pengukuran
Fertilitas Tahunan
Pengukuran fertilitas
tahunan hasilnya berlaku untuk periode waktu tertentu, seperti dalam
perhitungan tingkat kelahiran kasar (CBR) di tahun 1975, akan berlaku pada
periode tahun 1970-1980. Pengukuran fertilitas tahunan dapat meliputi:
1.1 Tingkat Fertilitas
Kasar (Crude Birth Rate)
Tingkat
fertilitas kasar didefinisikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada suatu
tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun, dengan rumus dapat
ditulis sebagai berikut:
|
Dimana:
CBR = Crude Birth Rate atau Tingkat Kelahiran
Kasar
Pm = Penduduk pertengahan tahun
k =
Bilangan konstan yang biasanya 1.000
B =
Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
1.2 Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate)
Tingkat
fertilitas umum yaitu perbandingan jumlah kelahiran pada tahun tertentu dengan
jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada pertengahan tahun, dengan rumus
dapat ditulis sebagai berikut:
|
Dimana:
GPR = General Fertility Rate atau Tingkat
Fertilitas Umum
Pf (15-49) =
Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada pertengahan tahun
B = Jumlah kelahiran pada tahun
tertentu
1.3 Tingkat Fertilitas Menurut Umur (Age Specific
Fertility Rate)
|
Di antara kelompok perempuan usia reproduksi (15-49)
terdapat variasi kemampun melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat
fertilitas perempuan pada tiap-tiap kelompok umur. Perhitungan tersebut dapat
dikerjakan dengan rumus sebagai berikut:
Dimana:
ASFRi =
Tingkat Fertilitas Menurut Umur i
Bi =
Jumlah kelahiran bayi kelompok umur i
Pfi =
Jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun
k =
angka konstanta = 1.000
1.4 Tingkat Fertilitas Menurut Urutan Kelahiran (
Birth Order Specific Fertility Rates)
Tingkat
fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting untuk mengukur tinggi
rendahnya fertilitas suatu negara. Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran
dapat ditulis dengan rumus:
|
Dimana
BOSFR =
Birth Order Specific Fertility Rate
Boi =
Jumlah kelahiran urutan ke i
Pf (15-49) =
Jumlah perempuan umur 15-49 pertengahan tahun
k =
Bilangan konstan = 1.000
1.5 Standarisasi Tingkat Fertilitas (Standardized
Fertility Rates)
Teknik
standarisasi yang digunakan dalam fertilitas sama dengan teknik standarisasi
yang digunakan untuk pengukuran mortalitas. Kalau diketahui tingkat fertilitas
menurut umur di negara A dan B, dan ingin dibandingkan tingkat kelahiran umum
di kedua negara tersebut, maka tingkat fertilitas menurut umur dikalikan dengan
jumlah penduduk standar dari masing-masing kelompok umur.
2. Pengukuran Fertilitas Kumulatif
Pengukuran
fertilitas kumulatif yaitu mengukur rata-rata jumlah anak laki-laki dan
perempuan yang dilahirkan oleh seorang perempuan pada waktu perempuan itu
memasuki usia subur hingga melampui batas reproduksinya (15-49 tahun). Ada tiga
macam ukuran fertilitas kumulatif yaitu:
2.1 Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rates)
Tingkat
fertilitas total didefinisikan jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan
tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan,
tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa
reproduksinya dan tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode
tertentu.
Dalam
praktek Tingkat Fertilitas Total dikerjakan dengan menjumlahkan Tingkat
Fertilitas Menurut Umur, apabila umur tersebut berjenjang lima tahunan, dengan
asumsi bahwa tingkat fertilitas menurut umur tunggal sama dengan rata-rata
tingkat fertilitas kelompok umur lima tahunan, maka rumus dari Tingkat
Fertilitas Total adalah sebagai berikut:
|
Dimana:
TFR = Total
Fertility Rate
å =
Penjumlahan tingkat fertilitas menurut umur
ASFRi = Tingkat
fertilitas menurut umur ke i dari kelompok berjenjang 5 tahunan
2.2 Gross Reproduction Rates
Gross
Reproduction rate ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1.000 perempuan
sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang perempuan yang
meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya, seperti Tingkat Fertilitas
Total. Perhitungan Gross Reproduction Rate sebagai dibawah ini.
|
Dimana :
ASFRfi adalah tingkat
fertilitas menurut umur ke-i dari kelompok berjenjang 5 tahunan
2.3 Net Reproduction Rates
Net Reproduction Rate
ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh sebuah kohor hipotesis dari 1.000
perempuan dengan memperhitungkan kemungkinan meninggalkan perempuan-perempuan
itu sebelum mengakhiri masa reproduksinya. Dalam prakteknya perhitungan Net
Reproduction Rate dapat didekati dengan rumus di bawah ini:
|
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya
Fertilitas Penduduk
Faktor-faktor
yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua faktor
yaitu faktor demografi dan faktor non demografi. Faktor demografi diantaranya
adalah: struktur umur, struktur perkawinan, umur kawin pertama, paritas,
disrupsi perkawinan dan proporsi yang kawin. Sedangkan faktor non demografi
antara lain, keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan stasus
perempuan, urbanisasi dan industrialisasi. Variabel-variabel di atas dapat
berbengaruh secara langsung terhadap fertilitas, ada juga berpengaruh tidak
langsung.
B.
Peranan Fertilitas dalam Pertumbuhan
Penduduk di Indonesia
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010,
jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5
juta jiwa sejak tahun 2000. Artinya, setiap tahun selama periode 2000-2010,
jumlah penduduk bertambah 3,25 juta jiwa. Jika di alokasikan ke setiap bulan
maka setiap bulannya penduduk Indonesia bertambah sebanyak 270.833 jiwa atau
sebesar 0,27 juta jiwa.
Berdasarkan jumlah tersebut, maka
setiap harinya penduduk Indonesia bertambah sebesar 9.027 jiwa. Dan setiap jam
terjadi pertambahan penduduk sebanyak 377 jiwa. Bahkan setiap detik jumlah
pertambahan penduduk masih tergolong tinggi yaitu sebanyak 1,04 (1-2 jiwa).
Pertambahan penduduk di Indonesia umumnya (bahkan bisa dikatakan 99,9 persen)
disebabkan oleh kelahiran, sisanya berupa migrasi masuk. Dengan demikian dapat
di simpulkan bahwa dalam 1 detik di Indonesia terjadi kelahiran bayi sebanyak 1-2
jiwa.
Jumlah penduduk Indonesia dari tahun
ke tahun terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan yang tinggi pula.
Jumlah penduduk Indonesia dari tahun 1971-2010 serta pertumbuhannya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel1
Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010 (Juta Jiwa)
Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010 (Juta Jiwa)
Tahun
|
1971
|
1980
|
1990
|
2000
|
2010
|
Jumlah
Penduduk
|
119,2
|
147,5
|
179,4
|
205,1
|
237,6
|
Tabel 2
Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010 (Persen)
Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010 (Persen)
Periode
|
1971-1980
|
1980-1990
|
1990-2000
|
2000-2010
|
Laju
Pertumbuhan
|
2,30
|
1,97
|
1,49
|
1,49
|
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia
tahun 2000-2010 sebesar 1,49 persen pertahun. Artinya bahwa rata-rata
peningkatan jumlah penduduk indonesia per tahun dari tahun 2000 sampai 2010
adalah sebesar 1,49 persen/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tahunnya
antara tahun 2000 sampai 2010 jumlah penduduk Indonesia bertambah sebesar 1,49
persennya.
Dengan jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa
tersebut, membuat Indonesia tetap sebagai negara berpenduduk terbanyak setelah
RRC, India dan Amerika Serikat.
C.
Pentingnya Penurunan Angka Fertilitas di Indonesia
Dengan
kelahiran bayi sebanyak 1-2 jiwa dalam setiap detiknya dan laju pertumbuhan
penduduk 1,49 persen pertahun serta jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa
menurut sensus penduduk 2010, menunjukkan tingginya angka fertilitas di
Indonesia. Kelahiran yang tinggi akan menyebabkan terjadinya berbagai masalah,
seperti teori penduduk menurut Aliran Malthusian yang dipelopori oleh Thomas
Robert Malthus. Menyatakan bahwa penduduk (seperti juga tumbuh-tumbuhan dan
binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan
memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi ini.
Di samping itu Malthus berpendapat bahwa, manusia untuk
hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh
lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan penduduk. Apabila tidak ada
pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusia akan mengalami
kekurangan bahan makanan. Inilah sumber kemelaratan dan kemiskinan manusia.
Seperti telah disebutkan diatas, untuk dapat keluar dari permasalahan
kekurangan pangan tersebut, pertumbuhan penduduk harus dibatasi.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pengukuran fertilitas dapat
dilaksanakan melalui dua macam yaitu pengukuran fertilitas tahunan dan pengukuran
fertilitas kumulatif, dan tinggi rendahnya fertilitas penduduk dapat
dipengaruhi oleh faktor demografi dan faktor nondemografi, variabel-variabel
dari kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi secara langsung dan secara tidak
langsung terhadap fertilitas, serta berdasarkan teori penduduk menurut Aliran Malthusian, jika
jumlah kelahiran tidak dibatasi akan menyebabkan terjadinya kemelaratan dan
kemiskinan manusia.
B.
Saran
Untuk mengurangi angka
kelahiran yang tinggi, dapat dilakukan dengan peningkatan penyuluhan KB. Dengan meningkatkan penyuluhan-penyuluhan
tentang KB ke masyarakat secara luas, akan lebih banyak masyarakat yang
memahami pentingnya berKB dan alat/cara KB sehingga jumlah kelahiran dapat
menurun.
DAFTAR
PUSTAKA
Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
http://www.data statistik indonesia.co.id
pelit banget ga bisa di copas .. jadinya ga membantu :p
BalasHapus