Bumi merupakan salah satu planet dalam
sistem tata surya yang
diyakini
terbentuk bersamaan dengan terbentuknya tata surya itu sendiri,
yaitu sekitar 5.000 juta tahun yang
lalu. Para ahli memperkirakan bahwa
matahari
terbentuk terlebih dahulu, sedangkan planet-planet termasuk
bumi
masih dalam wujud awan, debu, dan gas kosmis yang disebut
tersebut
terus berputar dan pada akhirnya bersatu karena pengaruh
gravitasi,
kemudian mengelompok membentuk bulatan-bulatan bola
besar
disebut planet, termasuk di dalamnya Planet Bumi.
Bumi pada awalnya merupakan planet yang
sangat panas, suhu
permukaannya
mencapai 4.000° C. Dalam jangka waktu jutaan tahun,
suhu
bumi kemudian turun dan mengakibatkan terjadinya pembekuan
bagian
permukaan bumi disebut kerak atau kulit bumi (litosfer),
sedangkan
bagian dalam Planet Bumi sampai saat ini masih dalam
keadaan
panas dan berpijar.
1.
Struktur Bumi
a. Kerak Bumi
Kerak
bumi berasal dari batuan yang terdiri atas berbagai jenis mineral.
Batuan
dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe dasar, yaitu batuan gunung api,
batuan
endapan, dan batuan metamorfik.
1)
Batuan gunungapi (secara harfiah berarti batuan yang dihasilkan
dari
api). Dahulu merupakan lelehan yang panas sekali, yang
kemudian
memadat di permukaan bumi, seperti batuan basalt.
Batuan
ini merupakan asal mula berbagai batuan kerak bumi.
Batuan
gunungapi disebut juga dengan batuan beku.
2)
Batuan endapan berasal dari bermacam-macam butiran batu yang
bergerak
dan menyebar karena pengaruh angin, air, atau penyebab lain.
Batuan
ini terletak di atas lahan atau dasar laut, yang secara bertahap saling
bertindihan
dan melekat. Batuan endapan mem bentuk beberapa lapisan
yang
tebalnya bermacam-macam, mulai dari beberapa sentimeter sampai
dengan
beribu-ribu meter. Lapisan-lapisan ini membentuk sebagian
besar
lapisan kerak bumi. Di antara batuan ini yang terpenting adalah
batu pasir, batu kapur, dan batu
serpih.
3)
Batuan metamorfik terbentuk dari hasil batuan gunungapi dan batuan
endapan
yang berubah dalam waktu yang berabad-abad. Berbagai faktor
yang
berperan dalam proses metamorfisme atau pembentukan batuan
berubah bentuk adalah tekanan,
panas, adanya air, dan berbagai perubahan
kimia
dan lamanya waktu berproses. Partikel-partikel batuan asli
berubah
menjadi berbagai susunan baru. Dengan cara ini, mineral
baru
dapat tercipta. Kadang-kadang batuan berubah bentuk masih
menunjukkan
sifat aslinya, dan kadang-kadang dapat berbentuk
batuan
yang baru sama sekali. Contoh batuan metamorfik, antara
lain
marmer, batu tulis, dan gneiss granit. Marmer berasal dari batu
kapur,
batu tulis dari serpih, sedangkan gneiss granit dari bermacam
granit.
Lapisan atas kerak bumi di daerah
daratan biasanya dilapisi tanah. Tanah
terdiri
atas partikel batuan yang banyak mengandung zat organik yang berasal
dari
pembusukan makhluk hidup zaman purba. Tanah mendukung kehidupan
tanaman
di bumi dan juga binatang karena makanan hewan, baik langsung
maupun
tidak langsung berasal dari tanaman.
b.
Penampang Bumi dan Lapisan-Lapisannya
Setelah Bumi ini terbentuk dari massa
gas seperti telah dikemukakan
melalui
hipotesis tentang terbentuknya bumi, lambat laun mengalami
proses
pendinginan sehingga bagian terluarnya menjadi keras. Adapun
bagian
dalamnya masih tetap, yaitu berupa massa zat yang panas dalam
keadaan
lunak.
Sepanjang proses pendinginan yang
berlangsung dalam jangka waktu
jutaan
tahun, zat-zat pembentuk bumi terdiri atas berbagai jenis sifat kimia
dan
fisikanya sempat memisahkan diri sesuai dengan perbedaan sifat-sifat
tersebut.
Hasil-hasil penelitian terhadap fisik bumi menunjuk kan bahwa
batuan-batuan
pembentuk bumi mulai dari kerak bumi sampai inti bumi
memiliki
komposisi mineral dan unsur kimia yang berbeda-beda.
Pada
dasarnya Planet Bumi memiliki struktur utama sebagai berikut.
1)
Litosfer (Lapisan Batuan Pembentuk Kulit Bumi atau Crust)
Litosfer berasal dari kata lithos berarti
batu dan sfhere (sphaira)
Berarti
bulatan (lapisan). Dengan demikian, litosfer diartikan lapisan batuan
pembentuk
kulit bumi. Dalam pengertian lain litosfer adalah lapisan
bumi
paling atas dengan ketebalan lebih kurang 66 km tersusun atas
batuan
penyusun kulit bumi. Karena merupakan bagian paling keras
seperti
kerak maka disebut juga kerak bumi.
2)
Astenosfer (Lapisan Selubung atau Mantle)
Astenosfer adalah lapisan yang terletak
di bawah litosfer dengan
ketebalan
sekitar 2.900 km berupa material cair kental dan berpijar
dengan
suhu sekitar 3.000° C. Astenosfer merupakan cam puran dari
berbagai
bahan yang bersifat cair, padat, dan gas dengan suhu tinggi.
3)
Barisfer (Lapisan Inti Bumi atau Core)
Barisfer adalah
lapisan inti bumi yang merupakan bagian bumi
paling
dalam tersusun atas lapisan Nife (Niccolum atau nikel dan ferrum
atau
besi). Lapisan ini dapat pula dibedakan atas dua bagian, yaitu inti
luar
dan
inti dalam.
a)
Inti Luar (Outer Core) adalah inti bumi yang ada di bagian luar.
Tebal
lapisan
mencapai 2.200 km, tersusun dari besi dan nikel yang bersifat
cair,
kental, dan panas yang berpijar dengan suhu sekitar 3.9000 C.
b)
Inti Dalam (Inner Core) adalah inti bumi yang ada di lapisan
dalam
dengan
ketebalan sekitar 2.500 km. Inti dalam tersusun atas besi dan
nikel
pada suhu yang sangat tinggi, yaitu sekitar 4.800° C, akan tetapi
tetap dalam
keadaan padat dengan densitas sekitar 10 gram/cm3.
2.
Teori Pembentukan dan Perubahan Kulit Bumi
Kulit bumi dari waktu ke waktu mengalami
perubahan, hal ini
kemudian
menjadi bahan pemikiran para ahli untuk mengungkap proses
perubahan
dan perkembangan kulit bumi pada masa lalu, sekarang, dan
prediksi
pada masa yang akan datang.
Teori-teori mengenai terbentuknya kulit
bumi yang dikemukakan
para
ahli antara lain sebagai berikut.
a.
Teori Kontraksi (Contraction Theory)
Teori ini dikemukakan kali pertama oleh Descrates
(1596–1650).
Ia
menyatakan bahwa bumi semakin lama semakin susut dan mengerut
disebabkan
terjadinya proses pendinginan sehingga di bagian permukaannya
terbentuk
relief berupa gunung, lembah, dan dataran.
Teori Kontraksi didukung pula oleh James
Dana (1847) dan Elie
de
Baumant (1852). Keduanya berpendapat bahwa bumi mengalami
pengerutan
karena terjadi proses pendinginan pada bagian dalam bumi
yang
mengakibatkan bagian permukaan bumi mengerut membentuk
pegunungan
dan lembah-lembah.
b.
Teori Dua Benua (Laurasia-Gondwana Theory)
Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya
bumi terdiri atas dua benua
yang
sangat besar, yaitu Laurasia di sekitar kutub utara dan Gondwana di
sekitar
kutub selatan bumi. Kedua benua tersebut kemudian bergerak
perlahan
ke arah equator bumi sehingga pada akhirnya terpecah-pecah
menjadi
benua-benua yang lebih kecil. Laurasia terpecah menjadi Asia,
Eropa,
dan Amerika Utara, sedangkan Gondwana terpecah menjadi Afrika,
Australia,
dan Amerika Selatan. Teori Laurasia-Gondwana kali pertama
dikemukakan
oleh Edward Zuess pada 1884.
c.
Teori Pengapungan Benua (Continental Drift Theory)
Teori pengapungan benua dikemukakan oleh
Alfred Wegener
pada
1912. Ia menyatakan bahwa pada awalnya di bumi hanya ada satu
benua
maha besar disebut Pangea. Menurutnya benua tersebut kemudian
terpecah-pecah
dan terus mengalami perubahan melalui pergerakan dasar
laut.
Gerakan rotasi bumi yang sentripugal, mengakibatkan pecahan benua
tersebut
bergerak ke arah barat menuju ekuator. Teori ini didukung oleh
bukti-bukti
berupa kesamaan garis pantai Afrika bagian barat dengan
Amerika
Selatan bagian timur, serta adanya kesamaan batuan dan fosil di
kedua daerah
tersebut.
d.
Teori Konveksi (Convection Theory)
Menurut Teori Konveksi yang dikemukakan
oleh Arthur Holmes
dan
Harry H. Hess dan dikembangkan lebih lanjut oleh Robert Diesz,
dikemukakan
bahwa di dalam bumi yang masih dalam keadaan panas
dan
berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan kulit bumi yang
berada
di atasnya. Ketika arus konveksi yang membawa materi berupa
lava
sampai ke permukaan bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah
samudra),
lava tersebut akan membeku membentuk lapisan kulit bumi yang
baru
sehingga menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua.
Bukti
dari adanya kebenaran Teori Konveksi yaitu terdapatnya mid
oceanic
ridge, seperti mid Atlantic Ridge, dan Pasific-Atlantic
Ridge di
permukaan
bumi.
Bukti lainnya didasarkan pada penelitian
umur dasar laut yang
membuktikan
semakin jauh dari punggung tengah samudra, umur
batuan
semakin tua. Artinya, terdapat gerakan yang berasal dari mid
oceanic
ridge ke arah yang berlawanan disebabkan oleh adanya arus
konveksi
dari lapisan di bawah kulit bumi.
e.
Teori Lempeng Tektonik (Tectonic Plate Theory)
Teori Lempeng Tektonik dikemukakan oleh Tozo
Wilson. Berdasarkan
Teori
Lempeng Tektonik, kulit bumi terdiri atas beberapa lempeng tektonik
yang
berada di atas lapisan astenosfer yang berwujud cair kental. Lempenglempeng
tektonik
pembentuk kulit bumi selalu bergerak karena adanya
pengaruh
arus konveksi yang terjadi pada lapisan astenosfer dengan posisi
berada di bawah
lempeng tektonik kulit bumi.
Berdasarkan
arahnya, gerakan lempeng-lempeng tektonik dapat
dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
1)
Konvergensi, yaitu gerakan saling bertumbukan antarlempeng
tektonik.
Tumbukan antarlempeng tektonik dapat berupa tumbukan
antara
lempeng benua dan benua, atau antara lempeng benua dan
lempeng dasar
samudra.
Zona atau tempat terjadinya tumbukan
antara lempeng tektonik
benua
dan benua disebut zona konvergen. Contohnya tumbukan
antara
lempeng India dan lempeng benua Eurasia yang menghasilkan
terbentuknya
pegunungan lipatan muda Himalaya dan merupakan
pegunungan
tertinggi di dunia dengan puncak tertingginya, Mount
Everest.
Contoh lainnya, tumbukan lempeng Italia dengan Eropa yang
menghasilkan
terbentuknya jalur Pegunungan Alpen.
Zona berupa jalur tumbukan antara
lempeng benua dan lempeng
dasar
samudra, disebut zona subduksi (subduction zone), contohnya,
tumbukan
antara lempeng benua Amerika dan lempeng dasar Samudra
Pasifik yang
menghasilkan terbentuknya Pegunungan Rocky dan Andes.
2)
Divergensi, yaitu gerakan saling menjauh antarlempeng tektonik,
contohnya
gerakan saling menjauh antara lempeng Afrika dan Amerika
bagian
selatan. Zona berupa jalur tempat berpisahnya lempeng-lempeng
tektonik
disebut zona divergen (zona sebar pisah).
3)
Sesar Mendatar (Transform), yaitu gerakan saling bergesekan
(berlawanan
arah) antarlempeng tektonik. Contohnya gesekan antara
lempeng
Samudra Pasifik dan lempeng daratan Amerika Utara yang
mengakibatkan
terbentuknya Sesar San Andreas yang membentang
sepanjang
kurang lebih 1.200 km dari San Francisco di utara sampai
Los
Angeles di selatan Amerika Serikat. Zona berupa jalur tempat
bergesekan
lempeng-lempeng tektonik disebut Zona Sesar Mendatar
(zona transform).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar