Sabtu, 03 Agustus 2013

Sejarah Pembentukan Bumi


Bumi merupakan salah satu planet dalam sistem tata surya yang
diyakini terbentuk bersamaan dengan terbentuknya tata surya itu sendiri,
yaitu sekitar 5.000 juta tahun yang lalu. Para ahli memperkirakan bahwa
matahari terbentuk terlebih dahulu, sedangkan planet-planet termasuk
bumi masih dalam wujud awan, debu, dan gas kosmis yang disebut
nebula yang berputar mengelilingi matahari. Awan, debu, dan gas kosmis
tersebut terus berputar dan pada akhirnya bersatu karena pengaruh
gravitasi, kemudian mengelompok membentuk bulatan-bulatan bola
besar disebut planet, termasuk di dalamnya Planet Bumi.
Bumi pada awalnya merupakan planet yang sangat panas, suhu
permukaannya mencapai 4.000° C. Dalam jangka waktu jutaan tahun,
suhu bumi kemudian turun dan mengakibatkan terjadinya pembekuan
bagian permukaan bumi disebut kerak atau kulit bumi (litosfer),
sedangkan bagian dalam Planet Bumi sampai saat ini masih dalam
keadaan panas dan berpijar.

1. Struktur Bumi
a. Kerak Bumi
Kerak bumi berasal dari batuan yang terdiri atas berbagai jenis mineral.
Batuan dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe dasar, yaitu batuan gunung api,
batuan endapan, dan batuan metamorfik.

1) Batuan gunungapi (secara harfiah berarti batuan yang dihasilkan
dari api). Dahulu merupakan lelehan yang panas sekali, yang
kemudian memadat di permukaan bumi, seperti batuan basalt.
Batuan ini merupakan asal mula berbagai batuan kerak bumi.
Batuan gunungapi disebut juga dengan batuan beku.

2) Batuan endapan berasal dari bermacam-macam butiran batu yang
bergerak dan menyebar karena pengaruh angin, air, atau penyebab lain.
Batuan ini terletak di atas lahan atau dasar laut, yang secara bertahap saling
bertindihan dan melekat. Batuan endapan mem bentuk beberapa lapisan
yang tebalnya bermacam-macam, mulai dari beberapa sentimeter sampai
dengan beribu-ribu meter. Lapisan-lapisan ini membentuk sebagian
besar lapisan kerak bumi. Di antara batuan ini yang terpenting adalah
batu pasir, batu kapur, dan batu serpih.

3) Batuan metamorfik terbentuk dari hasil batuan gunungapi dan batuan
endapan yang berubah dalam waktu yang berabad-abad. Berbagai faktor
yang berperan dalam proses metamorfisme atau pembentukan batuan
berubah bentuk adalah tekanan, panas, adanya air, dan berbagai perubahan
kimia dan lamanya waktu berproses. Partikel-partikel batuan asli
berubah menjadi berbagai susunan baru. Dengan cara ini, mineral
baru dapat tercipta. Kadang-kadang batuan berubah bentuk masih
menunjukkan sifat aslinya, dan kadang-kadang dapat berbentuk
batuan yang baru sama sekali. Contoh batuan metamorfik, antara
lain marmer, batu tulis, dan gneiss granit. Marmer berasal dari batu
kapur, batu tulis dari serpih, sedangkan gneiss granit dari bermacam
granit.
Lapisan atas kerak bumi di daerah daratan biasanya dilapisi tanah. Tanah
terdiri atas partikel batuan yang banyak mengandung zat organik yang berasal
dari pembusukan makhluk hidup zaman purba. Tanah mendukung kehidupan
tanaman di bumi dan juga binatang karena makanan hewan, baik langsung
maupun tidak langsung berasal dari tanaman.

b. Penampang Bumi dan Lapisan-Lapisannya
Setelah Bumi ini terbentuk dari massa gas seperti telah dikemukakan
melalui hipotesis tentang terbentuknya bumi, lambat laun mengalami
proses pendinginan sehingga bagian terluarnya menjadi keras. Adapun
bagian dalamnya masih tetap, yaitu berupa massa zat yang panas dalam
keadaan lunak.
Sepanjang proses pendinginan yang berlangsung dalam jangka waktu
jutaan tahun, zat-zat pembentuk bumi terdiri atas berbagai jenis sifat kimia
dan fisikanya sempat memisahkan diri sesuai dengan perbedaan sifat-sifat
tersebut. Hasil-hasil penelitian terhadap fisik bumi menunjuk kan bahwa
batuan-batuan pembentuk bumi mulai dari kerak bumi sampai inti bumi
memiliki komposisi mineral dan unsur kimia yang berbeda-beda.
Pada dasarnya Planet Bumi memiliki struktur utama sebagai berikut.

1) Litosfer (Lapisan Batuan Pembentuk Kulit Bumi atau Crust)
Litosfer berasal dari kata lithos berarti batu dan sfhere (sphaira)
Berarti bulatan (lapisan). Dengan demikian, litosfer diartikan lapisan batuan
pembentuk kulit bumi. Dalam pengertian lain litosfer adalah lapisan
bumi paling atas dengan ketebalan lebih kurang 66 km tersusun atas
batuan penyusun kulit bumi. Karena merupakan bagian paling keras
seperti kerak maka disebut juga kerak bumi.

2) Astenosfer (Lapisan Selubung atau Mantle)
Astenosfer adalah lapisan yang terletak di bawah litosfer dengan
ketebalan sekitar 2.900 km berupa material cair kental dan berpijar
dengan suhu sekitar 3.000° C. Astenosfer merupakan cam puran dari
berbagai bahan yang bersifat cair, padat, dan gas dengan suhu tinggi.

3) Barisfer (Lapisan Inti Bumi atau Core)
Barisfer adalah lapisan inti bumi yang merupakan bagian bumi
paling dalam tersusun atas lapisan Nife (Niccolum atau nikel dan ferrum
atau besi). Lapisan ini dapat pula dibedakan atas dua bagian, yaitu inti
luar dan inti dalam.

a) Inti Luar (Outer Core) adalah inti bumi yang ada di bagian luar. Tebal
lapisan mencapai 2.200 km, tersusun dari besi dan nikel yang bersifat
cair, kental, dan panas yang berpijar dengan suhu sekitar 3.9000 C.

b) Inti Dalam (Inner Core) adalah inti bumi yang ada di lapisan dalam
dengan ketebalan sekitar 2.500 km. Inti dalam tersusun atas besi dan
nikel pada suhu yang sangat tinggi, yaitu sekitar 4.800° C, akan tetapi
tetap dalam keadaan padat dengan densitas sekitar 10 gram/cm3.               

2. Teori Pembentukan dan Perubahan Kulit Bumi
Kulit bumi dari waktu ke waktu mengalami perubahan, hal ini
kemudian menjadi bahan pemikiran para ahli untuk mengungkap proses
perubahan dan perkembangan kulit bumi pada masa lalu, sekarang, dan
prediksi pada masa yang akan datang.
Teori-teori mengenai terbentuknya kulit bumi yang dikemukakan
para ahli antara lain sebagai berikut.

a. Teori Kontraksi (Contraction Theory)
Teori ini dikemukakan kali pertama oleh Descrates (1596–1650).
Ia menyatakan bahwa bumi semakin lama semakin susut dan mengerut
disebabkan terjadinya proses pendinginan sehingga di bagian permukaannya
terbentuk relief berupa gunung, lembah, dan dataran.
Teori Kontraksi didukung pula oleh James Dana (1847) dan Elie
de Baumant (1852). Keduanya berpendapat bahwa bumi mengalami
pengerutan karena terjadi proses pendinginan pada bagian dalam bumi
yang mengakibatkan bagian permukaan bumi mengerut membentuk
pegunungan dan lembah-lembah.

b. Teori Dua Benua (Laurasia-Gondwana Theory)
Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya bumi terdiri atas dua benua
yang sangat besar, yaitu Laurasia di sekitar kutub utara dan Gondwana di
sekitar kutub selatan bumi. Kedua benua tersebut kemudian bergerak
perlahan ke arah equator bumi sehingga pada akhirnya terpecah-pecah
menjadi benua-benua yang lebih kecil. Laurasia terpecah menjadi Asia,
Eropa, dan Amerika Utara, sedangkan Gondwana terpecah menjadi Afrika,
Australia, dan Amerika Selatan. Teori Laurasia-Gondwana kali pertama
dikemukakan oleh Edward Zuess pada 1884.

c. Teori Pengapungan Benua (Continental Drift Theory)
Teori pengapungan benua dikemukakan oleh Alfred Wegener
pada 1912. Ia menyatakan bahwa pada awalnya di bumi hanya ada satu
benua maha besar disebut Pangea. Menurutnya benua tersebut kemudian
terpecah-pecah dan terus mengalami perubahan melalui pergerakan dasar
laut. Gerakan rotasi bumi yang sentripugal, mengakibatkan pecahan benua
tersebut bergerak ke arah barat menuju ekuator. Teori ini didukung oleh
bukti-bukti berupa kesamaan garis pantai Afrika bagian barat dengan
Amerika Selatan bagian timur, serta adanya kesamaan batuan dan fosil di
kedua daerah tersebut.

d. Teori Konveksi (Convection Theory)
Menurut Teori Konveksi yang dikemukakan oleh Arthur Holmes
dan Harry H. Hess dan dikembangkan lebih lanjut oleh Robert Diesz,
dikemukakan bahwa di dalam bumi yang masih dalam keadaan panas
dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan kulit bumi yang
berada di atasnya. Ketika arus konveksi yang membawa materi berupa
lava sampai ke permukaan bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah
samudra), lava tersebut akan membeku membentuk lapisan kulit bumi yang
baru sehingga menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua.
Bukti dari adanya kebenaran Teori Konveksi yaitu terdapatnya mid
oceanic ridge, seperti mid Atlantic Ridge, dan Pasific-Atlantic Ridge di
permukaan bumi.
Bukti lainnya didasarkan pada penelitian umur dasar laut yang
membuktikan semakin jauh dari punggung tengah samudra, umur
batuan semakin tua. Artinya, terdapat gerakan yang berasal dari mid
oceanic ridge ke arah yang berlawanan disebabkan oleh adanya arus
konveksi dari lapisan di bawah kulit bumi.

e. Teori Lempeng Tektonik (Tectonic Plate Theory)
Teori Lempeng Tektonik dikemukakan oleh Tozo Wilson. Berdasarkan
Teori Lempeng Tektonik, kulit bumi terdiri atas beberapa lempeng tektonik
yang berada di atas lapisan astenosfer yang berwujud cair kental. Lempenglempeng
tektonik pembentuk kulit bumi selalu bergerak karena adanya
pengaruh arus konveksi yang terjadi pada lapisan astenosfer dengan posisi
berada di bawah lempeng tektonik kulit bumi.
Berdasarkan arahnya, gerakan lempeng-lempeng tektonik dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.

1) Konvergensi, yaitu gerakan saling bertumbukan antarlempeng
tektonik. Tumbukan antarlempeng tektonik dapat berupa tumbukan
antara lempeng benua dan benua, atau antara lempeng benua dan
lempeng dasar samudra.
Zona atau tempat terjadinya tumbukan antara lempeng tektonik
benua dan benua disebut zona konvergen. Contohnya tumbukan
antara lempeng India dan lempeng benua Eurasia yang menghasilkan
terbentuknya pegunungan lipatan muda Himalaya dan merupakan
pegunungan tertinggi di dunia dengan puncak tertingginya, Mount
Everest. Contoh lainnya, tumbukan lempeng Italia dengan Eropa yang
menghasilkan terbentuknya jalur Pegunungan Alpen.
Zona berupa jalur tumbukan antara lempeng benua dan lempeng
dasar samudra, disebut zona subduksi (subduction zone), contohnya,
tumbukan antara lempeng benua Amerika dan lempeng dasar Samudra
Pasifik yang menghasilkan terbentuknya Pegunungan Rocky dan Andes.

2) Divergensi, yaitu gerakan saling menjauh antarlempeng tektonik,
contohnya gerakan saling menjauh antara lempeng Afrika dan Amerika
bagian selatan. Zona berupa jalur tempat berpisahnya lempeng-lempeng
tektonik disebut zona divergen (zona sebar pisah).

3) Sesar Mendatar (Transform), yaitu gerakan saling bergesekan
(berlawanan arah) antarlempeng tektonik. Contohnya gesekan antara
lempeng Samudra Pasifik dan lempeng daratan Amerika Utara yang
mengakibatkan terbentuknya Sesar San Andreas yang membentang
sepanjang kurang lebih 1.200 km dari San Francisco di utara sampai
Los Angeles di selatan Amerika Serikat. Zona berupa jalur tempat
bergesekan lempeng-lempeng tektonik disebut Zona Sesar Mendatar
(zona transform).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar