Selasa, 06 Agustus 2013

Tenaga Eksogen


Eksogen berasal dari kata eksos yang berarti luar dan genos yang berarti
asal. Eksogen berarti tenaga pembentuk muka bumi yang berasal dari
luar. Tenaga eksogen memiliki sifat merusak karena dapat mengubah
bentuk muka bumi yang telah ada.
Tenaga eksogen dapat dibedakan berdasarkan tenaga pem bentukannya,
yaitu sebagai berikut.

1) Angin
Tenaga eksogen yang berasal dari tenaga angin dapat dengan mudah
diamati di daerah arid dan semi arid. Tenaga angin dapat menimbulkan
dua tenaga, yaitu deflasi dan korosi.
Deflasi diartikan suatu proses pengangkatan material dari satu tempat
ke tempat lain. Misalnya, di daerah padang pasir angin yang bertiup
sekaligus akan memindahkan material-material pasir ke tempat lain.
Selain di daerah gurun, angin juga dapat memberikan pengaruh terhadap
perubahan bentuk muka bumi di sekitar pantai dalam memindahkan
material pasir ke tempat lain sehingga terbentuk bukit-bukit atau gumuk
pasir yang disebut sand dunes.

Korosi artinya suatu proses benturan atau gesekan terhadap suatu
ben tukan yang dilaluinya. Misalnya, terbentuknya batu jamur (mushroom
rock) yang telah mengalami proses erosi yang cukup lama.
Selain di darat, angin juga memberi pengaruh pada pembentukan
muka bumi di laut. Angin yang bergerak di laut akan menggerakkan air
laut sehingga terjadi riak, ombak, sampai gelombang. Gelombang yang
bergerak akan menyebabkan pergerakan berbagai material laut. Gelom bang
laut yang besar akan mengikis batu-batuan yang ada di pantai sehingga
lambat laun batuan tersebut akan berubah menjadi sebuah bentuk baru,
seperti terbentuknya gua laut.

2) Air
Tenaga eksogen lain yang dominan dalam mengubah bentuk muka
bumi adalah air. Air memiliki daya perusak yang tinggi. Air yang mengalir
terutama pada daerah-daerah berlereng curam atau terjal akan bergerak
dengan kecepatan tinggi sehingga mengikis dan mengangkut lapisanlapisan
tanah yang dilaluinya.
Adapun pada daerah yang datar, kecepatan air akan melambat sehingga
material-material yang telah terkikis kemudian diendapkan di daerahdaerah
rendah berupa cekungan sehingga men ciptakan sebuah bentukan
baru. Contoh nyata yang dapat terlihat yaitu pem bentukan delta sungai.

3) Gletser
Perubahan bentuk permukaan bumi akibat gletser (salju atau es yang
mencair) disebut eksarasi atau erosi glasial. Jenis perubahan bentuk muka
bumi ini dapat ditemui pada daerah-daerah pegunungan tinggi yang
permukaannya tertutup salju. Lambat laun salju yang menumpuk akan
mengalami peluruhan karena massa yang dimiliki salju lebih berat. Akibat
massa yang berat ini, bongkahan es tersebut akan ambruk terpengaruh
oleh gravitasi bumi dan meluncur melalui salurannya ke daerah yang
lebih rendah. Kecepatan longsoran bongkahan es sangat bergantung pada
kemiringan lereng asal bongkahan tersebut. Semakin miring lerengnya
maka akan semakin cepat pula kecepatan luncurannya. Ketika meluncur
gletser tersebut akan mengikis batuan yang dilaluinya sehingga terbentuklah
endapan hasil pengikisan oleh gletser yang disebut moreina.

Berdasarkan prosesnya, perubahan bentuk muka bumi sebagai akibat
tenaga eksogen dapat terjadi melalui proses-proses sebagai berikut.

1) Proses Pelapukan
Pelapukan adalah peristiwa penghancuran massa batuan, baik secara
fisika, kimia, maupun secara biologis. Proses pelapukan batuan membutuhkan
waktu yang sangat lama. Semua proses pelapukan umumnya
dipengaruhi oleh cuaca. Batuan yang telah mengalami proses pelapukan
akan berubah menjadi tanah.
Ada empat macam faktor yang memengaruhi terjadinya pelapukan
batuan, yaitu sebagai berikut.

a) Keadaan Struktur Batuan
Struktu batuan adalah sifat fisik dan kimia yang dimiliki oleh batuan.
Sifat fisik batuan, seperti warna batuan, sedangkan sifat kimia batuan
adalah unsur-unsur kimia yang terkandung dalam batuan tersebut.
Kedua sifat inilah yang menyebabkan perbedaan daya tahan batuan
terhadap pelapukan. Batuan yang mudah lapuk contohnya batu
lempeng (batuan sedimen) dan batuan yang sukar lapuk contohnya
batuan beku.

b) Keadaan Topografi
Topografi muka bumi turut memengaruhi terjadinya proses pelapukan
batuan. Batuan yang berada pada lereng yang curam cenderung akan
mudah melapuk jika dibandingkan dengan batuan yang berada di
tempat yang landai. Pada lereng yang curam, batuan akan dengan
sangat mudah terkikis atau akan mudah terlapukkan karena langsung
bersentuhan dengan cuaca sekitar. Namun, pada lereng yang landai
atau rata, batuan akan terselimuti oleh berbagai endapan sehingga
akan memperlambat proses pelapukan dari batuan tersebut.

c) Cuaca dan Iklim
Unsur cuaca dan iklim yang memengaruhi proses pelapukan adalah
suhu udara, curah hujan, sinar matahari, atau angin. Pada daerah
yang memiliki iklim lembap dan panas, batuan akan cepat mengalami
proses pelapukan jika dibandingkan dengan daerah yang memiliki
iklim dingin. Pergantian temperatur antara siang yang panas dan
malam yang dingin akan semakin mempercepat pelapukan.

d) Keadaan Vegetasi
Vegetasi atau tumbuh-tumbuhan juga akan memengaruhi proses
pelapukan. Akar-akar tumbuhan tersebut dapat menembus celahcelah
batuan. Jika akar tersebut semakin membesar, ke kuatannya akan
semakin besar pula dalam menerobos bebatuan. Selain itu, serasah
dedaunan yang gugur juga akan membantu mempercepat proses
pelapukan batuan. Serasah batuan tersebut mengandung zat asam
arang dan zat humus yang dapat merusak kekuatan batuan.

Dilihat dari prosesnya, pelapukan dikelompokkan menjadi dua jenis,
yaitu sebagai berikut.

a) Pelapukan Mekanik
Pelapukan mekanik (fisis), yaitu proses atau peristiwa hancur dan
lepasnya material batuan, tanpa mengubah struktur kimiawi batuan
tersebut. Pelapukan mekanik merupakan penghancuran bongkah batuan
menjadi bagian-bagian yang jauh lebih kecil.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan pelapukan mekanik, yaitu
sebagai berikut.

(1) Perbedaan temperatur, akibatnya batuan akan mengalami proses pemuaian
apabila panas dan sekaligus pengerutan pada waktu dingin. Jika proses ini
terus berlangsung maka lambat laun batuan akan mengelupas, terbelah,
dan pecah menjadi bongkah-bongkah yang kecil.

(2) Akibat erosi di daerah pegunungan dan akibat membekunya air di
sela-sela batuan. Air yang membeku di sela-sela batuan volumenya
akan membesar, sehingga air tersebut akan menjadi sebuah tenaga
tekanan yang merusak struktur dari suatu batuan.

(3) Pengaruh kegiatan makhluk hidup, seperti hewan dan tumbuhtumbuhan.
Akar tumbuhan akan merusak struktur batuan, begitu juga
dengan hewan yang selalu membawa butir-butir batuan dari dalam
tanah ke permukaan. Selain hewan dan tumbuh-tumbuhan, manusia
juga memberikan andil dalam terjadinya pelapukan mekanis (fisik).
Dengan pengetahuan dan teknologinya, batuan sebesar kapal dapat
dihancurkan dalam sekejap dengan menggunakan dinamit.

(4) Berubahnya air garam menjadi kristal. Jika terjadi pada air tanah
yang mengandung garam, pada siang hari airnya menguap dan garam
akan mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali dan dapat merusak
batuan yang tersebar di sekitarnya, terutama batuan karang yang
terdapat di daerah pantai.

b) Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi, yaitu proses pelapukan massa batuan disertai
dengan perubahan susunan kimiawi batuan yang lapuk tersebut. Pelapukan
ini terjadi dengan bantuan air dan dibantu dengan suhu yang tinggi. Proses
yang terjadi dalam proses pelapukan kimiawi disebut Dekomposisi.

Terdapat empat proses yang termasuk pada pelapukan kimia, yaitu
sebagai berikut.
(1) Hidrasi, yaitu proses pembentukan batuan dengan cara mengikat
batuan di atas permukaannya saja.
(2) Hidrolisa, yaitu proses penguraian air (H2O) atas unsur-unsurnya
menjadi ion-ion positif dan negatif. Jenis proses pelapukan ini terkait
dengan pembentukan tanah liat.
(3) Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi. Batuan yang mengalami
proses oksidasi umumnya akan memiliki warna kecokelatan karena
kandungan besi dalam batuan mengalami pengkaratan. Proses
pengkaratan ini ber langsung sangat lama, tetapi batuan akan
mengalami pelapukan.
(4) Karbonasi, yaitu proses pelapukan batuan oleh karbondioksida (CO2).
Gas ini terkandung pada air hujan ketika masih menjadi uap air. Jenis
batuan yang mudah mengalami karbonasi adalah jenis batuan kapur.
Reaksi antara CO2 dan batuan kapur akan menyebabkan batuan
menjadi rusak. Pelapukan ini berlangsung dengan bantuan air dan
suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (zat asam arang)
dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CaCO2). Peristiwa ini
merupakan pelarutan dan dapat menim bulkan gejala karst. Proses
pelapukan batuan secara kimiawi di daerah karst disebut kartifikasi.
Gejala atau bentuk-bentuk alam yang terjadi di daerah karst, di
antaranya dolina (danau karst), gua dan sungai bawah tanah, serta
stalaktit dan stalagmit.

c) Pelapukan Organik (Biologis)
Pelapukan Organik, adalah pelapukan batuan yang terjadi dikarenakan
oleh makhluk hidup. Pelapukan jenis ini dapat bersifat kimiawi ataupun
mekanis, yang menjadi pembedanya adalah subjek pelakunya, yaitu
makhluk hidup berupa manusia, hewan, ataupun tumbuhan. Misalnya,
lumut, cen dawan, ataupun bakteri yang merusak permukaan batuan.

2) Erosi (Erosion)
Erosi adalah proses pelepasan dan pemindahan massa batuan secara
alami dari satu tempat ke tempat lain dengan perantara suatu tenaga yang
bergerak di atas permukaan bumi.
Ablasi adalah erosi oleh air yang mengalir. Erosi disebabkan oleh air yang
mengalir terbagi kedalam beberapa tingkatan, yaitu sebagai berikut.
a) Erosi Percik (Splash Erosion), yaitu proses pengikisan tanah yang terjadi
oleh percikan air. Percikan tersebut berupa partikel tanah dalam
jumlah yang kecil dan kemudian diendapkan di tempat lain.
b) Erosi Lembar (Sheet Erosion), yaitu proses pengikisan tanah yang
tebalnya sama dan merata dalam suatu permukaan tanah.
c) Erosi Alur (Rill Erosion), terjadi karena air yang mengalir berkumpul
dalam suatu cekungan sehingga di cekungan tersebut terjadi erosi
tanah yang lebih besar. Alur-alur akibat erosi dapat dihilangkan
dengan cara pengolahan tanah secara biasa.
d) Erosi Parit (Gully Erosion), proses terjadinya sama halnya dengan
erosi alur, tetapi saluran-saluran yang terbentuk telah dalam sehingga
tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.

Abrasi, yaitu erosi yang disebabkan oleh air laut sebagai hasil dari erosi
marine. Tinggi rendahnya erosi akibat air laut dipengaruhi oleh besar kecilnya
kekuatan gelombang. Erosi oleh air laut merupakan pengikisan di pantai oleh
pukulan gelombang laut yang terjadi secara terus-menerus terhadap dinding
pantai. Bentang alam yang diakibatkan oleh erosi air laut, antara lain cliff (tebing
terjal), notch (takik), gua di pantai, wave cut platform (punggung yang
terpotong gelombang), tanjung, dan teluk.

Eksarasi, yaitu erosi yang disebabkan oleh hasil pengerjaan es. Jenis
erosi ini hanya terjadi pada daerah yang memiliki musim salju atau di daerah
pegunungan tinggi. Proses terjadinya erosi diawali oleh turunnya salju di
suatu lembah pada lereng atau perbukitan. Lama kelamaan salju tersebut
akan menumpuk pada lembah sehingga menjadi padat dan terbentuklah
massa es yang berat. Dengan gaya gravitasi massa es tersebut akan merayap
menuruni lereng pegunungan atau perbukitan.

Deflasi, yaitu erosi yang disebabkan oleh tenaga angin. Pada awalnya
angin hanya menerbangkan pasir dan debu. Akan tetapi, kedua benda
tersebut dijadikan senjata untuk menghantam batuan yang jauh lebih

besar sehingga akan mengikis batuan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar