Sabtu, 02 November 2013

Bahaya Tsunami di Kawasan Pesisir Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

A. Pendahuluan
Pulau Bali merupakan salah satu daerah Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak. Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah penduduknya pun semakin meningkat pula. Menurut sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk provinsi Bali yaitu 3.890.757 jiwa. Jumlah penduduk yang cukup banyak ini, membuat pembangunan-pembangunan yang terjadi pada lahan-lahan yang tersedia banyak dilakukan pula karena kebutuhan penduduk akan tempat tinggal.

Pada umunya, dataran rendah merupakan salah satu tempat yang menjadi pusat-pusat pembangunan punduduk baik tempat untuk tempat tinggal maupun untuk mendirikan tempat usaha, sehingga tempat tersebut menjadi cukup padat. Daerah Bali bagian selatan merupakan dataran yang luas, daerah ini khususnya di Kecamatan Mengwi merupakan dataran aluvial yang meluas sampai pantai selatannya. Terdapat cukup banyak pembangunan yang telah dilakukan penduduk di wilayah ini.
Mengwi merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Badung. Kecamatan Mengwi yang berada di bagian selatan pulau Bali memiliki luas 82 Km² dengan pembagian kelurahan/desanya yaitu Abianbase, Baha, Buduk, Cemagi, Gulingan, Kapal, Kekeran, Kuwum, Lukluk, Mengwi, Mengwitani, Munggu, Penarungan, Pererenan, Sading, Sembung, Sempidi, Sobangan, Tumbak Bayuh, Werdi Bhuwana. Dari 5 kelurahan dan 15 desa yang ada di Kecamatan Mengwi ini, terdapat 3 desa yang berada di kawasan pesisir dari bagian selatan Pulau Bali yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yaitu Desa Cemagi, Desa Munggu, dan Desa Pererenan.
Kawasan pesisir yang ada di Kecamatan Mengwi ini merupakan daerah yang rawan dengan bahaya tsunami dikarenakan letaknya yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang mana terdapat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-australia.

B. Tujuan
            Adapun tujuan dari penulisan paper ini yaitu sebagai berikut:
1.      Menjelaskan tentang pengertian tsunami.
2.      Mendeskripsikan resiko bahaya tsunami bagi penduduk di kawasan pesisir  Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
3.      Menjelaskan upaya mitigasi pengurangan resiko dari bahaya tsunami di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

C. Isi/ Hasil
1. Pengertian Tsunami
Kata tsunami berasal dari istilah Jepang, “nami” yang berarti gelombang dan “tsu” yang mengacu pelabuhan atau secara harfiah tsunami yaitu gelombang pelabuhan. Tsunami merupakan serangkaian gelombang yang diakibatkan gangguan atau pergeseran dasar lautan secara vertikal dan tiba-tiba. Yang paling banyak terjadi adalah gangguan di dasar laut yang bisa menimbulkan tsunami disebabkan gempa bumi di dasar laut. Berikut akan dijelaskan beberapa karakteristik dari tsunami:

a. Proses Terjadinya Tsunami
Bumi terdiri dari tiga lapisan utama yaitu inti, mantel, dan kerak. Kerak bumi terpecah-pecah menjadi 12 lempeng, lempeng-lempeng ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu lempeng samudera yang tertutup samudera yang luas dan lempeng benua yang muncul sebagai daratan-daratan. Lempeng-lempeng ini padat dan mengapung di atas mantel bumi yang tersusun atas lelehan magma. Inti bumi yang memiliki suhu yang tinggi, menyebabkan terjadi arus konveksi pada mantel bumi. Akibatnya, lempeng-lempeng yang mengapung diatas mantel ini ikut bergerak mengikuti pergerakan arus konveksi di bawahnya. Lempeng-lempeng yang bertabrakan ini akan saling menekan, sehingga menimbulkan patahan dan retakan.
Patahan lempeng ini dapat menyebabkan sembulan lempeng secara tiba-tiba. Jika sembulan tersebut terjadi di dasar laut, hal ini dapat mengakibatkan gangguan kesetimbangan air laut sehingga terbentuklah rangkaian gelombang yang menyebar ke segala arah yang disebut dengan gelombang tsunami.
Sebuah gempa dapat menimbulkan kemungkinan tsunami jika:
·         Magnitude SR 7,0 atau lebih
·         Kedalaman kurang dari 70 km
·         Dan lokasi gempa berada di bawah laut
b. Beberapa tanda peringatan alam akan kejadian tsunami:
·         Getaran/ guncangan bumi
·         Air laut surut secara tiba-tiba
·         Binatang-binatang melarikan diri dari daerah pesisir
·         Bau-bau yang sangat kuat bertiup kearah pantai
·         Hembusan angin yang kuat dari laut ke pantai
·         Suara yang menggelegar yang mirip dengan suara pesawat terbang atau kereta api dapat terdengar
c. Ciri-ciri Tsunami
            Kecepatan rambatan gelombang tsunami dapat mencapai hingga 900km/jam ketika melewati laut yang dalam. Tinggi gelombangnya menjadi sangat rendah, hanya beberapa cm saja. Ketika melewati laut yang dangkal atau mendekati daratan, kecepatan rambatan gelombang berkurang hingga mencapai 30 sampai 40 km/jam. Akibatnya terjadi penumpukan volume air yang luar biasa besar, gelombang tsunami menjadi terlihat seperti dinding air raksasa yang tingginya bisa mencapai lebih dari 30 meter.
            Tsunami merupakan serangkaian gelombang. Gelombang pertama biasanya bukanlah gelombang yang terbesar. Gelombang yang paling mematikan datang beberapa saat berikutnya. Gelombang tsunami yang membawa materi seperti pohon, bahan bangunan, mobil dll) dapat membawa dampak kerusakan dan korban yang lebih parah (GTZ IS-GITEWS, 2008).

2. Analisis Resiko Bahaya Tsunami bagi Penduduk di Kawasan Pesisir  Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung
          Kecamatan Mengwi terletak di bagian selatan Pulau Bali dan menjadi pusat pemerintahan dari Kabupaten Badung. Di kecamatan ini pembangunannya sudah cukup padat pada setiap wilayah yang ada, begitu pula dengan kawasan pesisir yang ada di bagian selatan dari Kecamatan Mengwi.
            Daerah yang termasuk kawasan pesisir di kecamatan ini yaitu Desa Pererenan (4,46 Km²), Desa Munggu (5,49 Km²), dan Desa Cemagi(4,58 Km²). Di ke tiga desa ini, jumlah rumah penduduk yang telah di bangun cukup padat. Selain itu, kawasan ini merupakan objek-objek wisata yang cukup banyak di kunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Tempat wisata yang ada di daerah ini yaitu Pantai Pererenan, Pantai Seseh, dan Pantai Mengening. Di tempat tersebut, telah banyak didirikan bangunan yang berkaitan dengan pariwisata seperti villa, resort, dan sebagainya.
Di kawasan pesisir ini merupakan daerah yang rawan terkena dampak langsung dari tsunami. Hal ini dikarenakan di Samudera Hindia, yaitu beberapa ratus kilometer di selatan Bali, terletak zona tumbukan lempeng tektonik di bumi, yang merupakan area utama sumber gempa bumi yang berpotensi tsunami.
Diperkirakan bahwa gelombang tsunami yang berasal dari area subduksi antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia ini hanya memerlukan waktu 30 menit hingga 60 menit untuk mencapai pantai. Sehingga kawasan pesisir di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung yang berada di bagian selatan dari Pulau  Bali ini akan cepat pula terkena dampak langsung dari gelombang tsunami yang terjadi.














Gambar 01: Area sumber tsunami di sekitar Bali






Gambar 02. Peta bahaya tsunami pada skala 1:100.000

Pada gambar peta diatas, wilayah yang di kotakkan merupakan daerah yang diprediksi terkena dampak tsunami dari sumber gempa yang bermagnitude 9 SR. Wilayah yang dikotakkan tersebut, merupakan kawasan pesisir yang ada di bagian selatan Kecamatan Mengwi yaitu yang meliputi Desa Pererenan, Desa Munggu, dan Desa Mengening. Pada kawasan yang diprediksi mempunyai potensi terkena dampak tsunami yang terjadi, di kawasan ini telah mengalami pembangunan yang cukup pesat, seperti pembangunan rumah-rumah penduduk, jalan, villa, dan lainnya.
Bangunan yang paling dekat letaknya dengan daerah pantai adalah bangunan-bangunan penunjang kepariwisataan seperti villa dan restaurant. Bangunan ini tersebar dekat dengan daerah wisata yang ada di Kecamatan Mengwi seperti Pantai Pererenan, Pantai Seseh, dan Pantai Mengening.












Gambar 03. Peta kawasan pantai dan pesisir di Kecamatan Mengwi

Berikut uraian dari element-element yang diberikan angka pada gambar di atas:

1. Bangunan
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/ atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha, dan tempat yang diusahakan (Siti Resmi, 2008). Perkembangan pembangunan yang ada di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi selain dipergunakan sebagai rumah penduduk juga dimanfaatkan sebagai tempat usaha wisata dan lainnya. Berikut akan diuraikan beberapa jenis bangunan yang ada di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi, fasilitas pendukungnya, dan termasuk manusia yang ada didalamnya.

a. Fasilitas wisata
Pantai Mengening di Desa Cemagi, Pantai Seseh di Desa Munggu, dan Pantai Pererenan yang ada di Desa Pererenan merupakan objek wisata pantai yang ada di Kecamatan Mengwi yang telah banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Pada perkembangannya, untuk mendukung potensi wisata yang ada maka di kawasan ini telah dibangun berbagai fasilitas wisata. Saat ini telah terdapat 106 villa, 22 guest house, 5 resort, 106 rumah liburan, 11 holiday park, dan 2 homestay yang dibangun disepanjang kawasan pesisir yang ada di Kecamatan Mengwi ini.
Pada pembangunan fasilitas wisata ini, terdapat beberapa bangunan yang sangat dekat jaraknya dengan pantai. Seperti salah satunya yaitu restoran Ombak Cafe yang ada di Pantai Pererenan. Restoran ini berjarak beberapa meter dari pantai. Bangunan fasilitas pendukung wisata ini merupakan salah satu komponen yang dapat terkena dampak jika terjadi gelombang tsunami di kawasan ini. Kerusakan yang terjadi dapat cukup parah karena letaknya yang sangat dekat dengan pantai.















Gambar 04. Restoran Ombak Cafe di Desa Pererenan



















Gambar 05. Villa Arika di Desa Pererenan

b. Rumah Penduduk
Rumah merupakan tempat yang digunakan penduduk untuk berlindung dari berbagai fenomena alam seperti dari terik sinar matahari, hujan dan sebagainya. Di ketiga desa yang ada di bagian paling selatan Kecamatan Mengwi yang memiliki kawasan pesisir ini telah dibangun banyak tempat tinggal oleh penduduk sekitar. Jumlah tempat tinggal yang ada di Desa Cemagi yaitu 1.094, Desa Munggu 1.316, dan Desa Pererenan 613. Rumah-rumah yang dibangun di kawasan pesisir dari ketiga desa ini memiliki potensi terkena dampak kerusakan akibat dari jika terjadinya gelombang tsunami di Pulau Bali bagian selatan ini. Rumah para penduduk ini memiliki kerawan tergenang oleh air laut yang mencapai kedaratan pada saat terjadi gelombang tsunami.

c. Fasilitas telekomunikasi, listrik, dan air bersih
Gelombang tsunami yang menerjang di kawasan pesisir dapat merusak bangunan dan berbagai fasilitas yang ada didalamnya, seperti merusak fasilitas telekomunikasi dan saluran listrik. Selain itu, sumber mata air yang ada juga akan ikut tercemar jika terkena genangan air laut serta material-material yang dibawa gelombang tsunami.
Berdasarkan data yang ada, terdapat banyak sumber mata air di ketiga desa yang ada di bagian selatan Kecamatan Mengwi. Sumur di Desa Cemagi berjumlah 652 dan 27 mata air, sumur yang ada di Desa Munggu yaitu 770 dan 95 mata air, sumur di Desa Pererenan berjumlah 205 dan terdapat 52 mata air (Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung, 2012). Jika sumber-sumber ini terkena dampak gelombang tsunami maka untuk beberapa waktu akan tidak dapat dimanfaatkan.

d. Penduduk
Pada akhir tahun 2011, jumlah penduduk di Desa Cemagi yaitu 5.158 orang, di Desa Munggu 6.274 orang, dan di Desa Pererenan 3.063 orang (Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung, 2012). Sebagian dari penduduk tersebut bekerja sebagai nelayan, petani, dan pengelola villa dan restoran yang ada di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi. Penduduk ini dapat terkena dampak jika terjadi gelombang tsunami. Jika tidak terdapat antisipasi peringatan dini dan pengetahuan yang kurang terhadap tanta-tanda datangnya gelombang tsunami maka penduduk yang sedang berkerja di kawasan pesisir maupun pengunjung objek wisata pantai yang ada dikawasan pesisir Kecamatan Mengwi ini kemungkinan akan menjadi korban dari terjangan gelombang tsunami yang terjadi.
.
2. Perahu penangkap ikan
Desa yang memiliki penduduk yang berprofesi sebagai nelayan di Kecamatan Mengwi adalah Desa Munggu. Hal ini dikarenakan Desa Munggu yang memiliki wilayah pantai. Namun, tidak semua penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Setiap nelayan yang ada di desa ini memiliki perahu sendiri yang digunakannya melaut untuk menangkap ikan.
Perahu para nelayan, jika tidak sedang dipakai ditempatkan di Pantai Seseh, hal ini bertujuan agar nalayan dapat dengan mudah memindahkan perahunya ke laut jika dipergunakan. Perahu para nelayan ini menjadi salah satu

















Gambar 06. Perahu milik nelayan di Pantai Seseh
komponen yang terkena dampak jika terjadi gelombang tsunami. Dampaknya yaitu dapat berakibat terjadinya kerusakan pada perahu karena dihantam langsung maupun hanyut kelaut dibawa oleh gelombang tsunami yang terjadi.

3. Jalan
Jalan merupakan prasarana yang penting bagi manusia. Jalan menjadi sangat penting dikarenakan fungsinya yang dapat memberikan kemudahan untuk terjadinya akses menuju tempat satu dengan tempat yang lainnya. Adanya manfaat kemudahan akses ini membuat jalan menjadi kubutuhan utama pada setiap daerah. 
Di Kecamatan Mengwi, telah terdapat beberapa jalan yang dibuat untuk memudahkan baik warga lokal maupun pengunjung dari berbagai wilayah untuk dapat mengunjungi objek wisata pantai yang ada, seperti jalan menuju ke Pantai Pererenan. Jalan ini menjadi salah satu komponen yang dapat terkena dampak jika terjadi gelombang tsunami di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi.
Dampak yang ada dapat seperti terputusnya akses jalan akibat dari tertimbun material-material yang dibawa oleh gelombang tsunami. Material ini















 Gambar 07. Jalan di Desa Pererenan

dapat berupa bahan-bahan bangunan maupun tumbuhan-tumbuhan yang yang tumbang. Akibatnya, jalan yang terkena dampat ini tidak dapat berfungsi jika tidak dibenahi.

4. Sawah
Sawah adalah lahan usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman budidaya lainnya (wikipedia, diakses pada tanggal 22 Oktober 2013)
Berdasarkan data yang ada, pada keadaan akhir tahun 2011 Desa Cemagi (4,58 Km²) memiliki luas sawah yaitu 345 Ha, Desa Munggu (5,49 Km²) dengan luas sawah 407 Ha, Desa Pererenan (4,46 Km²) dengan luas sawah 243 Ha. Total luas sawah yang dimiliki oleh ketiga desa yang ada di bagian selatan di Kecamatan Mengwi ini adalah 995 Ha (Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung, 2012).
Pada sawah-sawah di desa ini, dari total keseluruhan sawah yang ada, sebagain besar dipergunakan sebagai pertanian padi. Pertanian padi yang ada di bagian paling selatan dari ketiga desa ini berpeluang lebih besar terkena dampak jika terjadi gelombang tsunami. Pertanian padi yang ada di ketiga desa ini dapat mengalami kerusakan jika terjadi gelombang tsunami pada pantai disekitarnya. Dampak kerusakan dapat seperti terjadinya gagal panen akibat padi-padi yang telah rusak akibat diterjang gelombang tsunami.
.
3. Upaya Mitigasi Pengurangan Resiko dari Bahaya Tsunami di Kawasan Pesisir Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung
Secara umum, upaya untuk mengurangi resiko jika terjadi gelombang tsunami yaitu adanya:
·         Pengetahuan tentang bahaya tsunami
·         Peringatan dini tsunami
·         Rencana reaksi
1) Pengetahuan tentang bahaya tsunami
Masyarakat perlu untuk memahami tentang bahaya tsunami. Pemahaman ini penting dilakukan agar masyarakat dapat melakukan tindakan yang tepat guna mengurangi resiko jika terjadi tsunami. Pengetahuan yang diperlukan tentang bahaya tsunami ini meliputi tanda-tanda/gejala jika akan terjadi tsunami setelah didahului oleh adanya gempa bumi. Selain itu, diperlukan pula pengetahuan tentang besarnya dampak yang akan terjadi jika ada tsunami.
Pemerintah daerah dapat memberikan sosialisasi/ penyuluhan kepada penduduk yang ada di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi maupun wilayah lain yang ada disekitarnya. Hal ini bertujuan agar penduduk yang ada di kawasan pesisir ini baik yang sedang berkunjung ke objek wisata pantai maupun penduduk yang sedang bekerja dapat segera menghindar jika merasakan tanda-tanda akan terjadi tsunami dan juga penduduk akan segera menghindar karena telah mengetahui dampak yang akan terjadi.

2) Peringatan dini tsunami
Tsunami di Indonesia hanya memerlukan waktu yang singkat untuk mencapai daratan yaitu sekitar 40 menit. Singkatnya waktu tempuh ini mengharuskan baik pemerintah maupun penduduk harus bertindak cepat jika akan terjadi tsunami untuk mengurangi resiko. Komponen-komponen yang berperan dalam peringatan dini tsunami ini adalah pemerintah pusat, pemerintah daerah dan penduduk yang beresiko itu sendiri.
·         Pemerintah pusat yang dimaksud ialah badan pengamat yang bertugas memantau adanya tanda/gejala potensi tsunami pada suatu tempat yaitu BMKG pusat yang ada di Jakarta. Badan ini berwenang untuk mengirimkan informasi jika terjadi potensi tsunami ke pemerintah daerah maupun langsung menyebar luaskan pada penduduk yang beresiko melalui media saluran seperti internet, televisi, dan radio. Pemerintah pusat hanya memberikan informasi tentang potensi tsunami dan tidak memberikan arahan untuk melakukan evakuasi.
·         Pemerintah daerah ini adalah yang berwenang memberikan keputusan apakah diperlukan adanya evakuasi atau tidak. Pemerintah daerah seperti PUSDALOPS memiliki tanggung jawab penuh terhadap keselamatan penduduk yang ada di daerahnya.
·         Penduduk yang beresiko yaitu penduduk suatu daerah yang memiliki potensi terkena dampak jika terjadi tsunami. Penduduk yang beresiko ini harus mengikuti arahan yang di berikan oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu, penduduk yang beresiko seperti penduduk yang ada di kawasan pesisir maupun yang sedang berada di kawasan pantai di Kecamatan Mengwi harus segera melakukan tindakan yang tepat jika mendapat peringatan dini tsunami.
Peringatan dini tsunami ini memerlukan suatu alat yang dipakai untuk memperingatkan penduduk yang beresiko, alat ini dapat berupa serine BMG yang dapat dengan langsung memberikan perintah evakuasi jika akan terjadi tsunami. Namun, untuk di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi ini belum terdapat serine BMG. Oleh karena itu, pemerintah daerah baik di tingkat provinsi, kabupaten, maupun kecamatan perlu untuk memasang alat peringatan ini agar penduduk yang ada di sekitarnya dapat segera mengambil tindakan setelah mendapat peringatan evakuasi dari pemerintah daerah.
Selain memasang alat peringatan dini, pemerintah daerah juga harus memberikan sosialisasi kepada penduduk yang ada di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi tentang pemahaman cara kerja alat peringatan dini yang dipasang. Saat ini, upaya yang telah dilakukan pemerintah daerah terhadap bahaya potensi tsunami di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi adalah baru sebatas memasang papan peringatan potensi tsunami. Papan peringatan potensi tsunami ini hanya terdapat di Pantai Seseh.

3) Rencana Reaksi
            Upaya yang di perlukan dalam mengurangi resiko jika terjadi tsunami adalah dengan menyiapkan rencana reaksi dalam evakuasi. Penduduk akan segera melakukan tindakan evakuasi sesuai prosedur jika terjadi peringatan tsunami, untuk itu diperlukan latihan atau simulasi cara evakuasi terhadap penduduk yang ada di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi.
            Upaya mitigasi dan pengurangan resiko bencana tsunami yang lainnya yang dapat dilakukan di kawasan pantai maupun kawasan pesisir di Kecamatan Mengwi yaitu:
·         Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai untuk meredam gaya air tsunami.
Penanaman manggrove ini dapat dilakukan pada beberapa tempat yang ada di Pantai Mengening, Pantai Seseh, dan Pantai Pererenan. Penanaman dilakukan pada beberapa tempat yang memiliki air payau yaitu pada tempat yang terdapat pertemuan air tawar dan air laut. Meskipun penanaman mangrove ini tidak dilakukan di sepanjang garis pantai yang ada di Kecamatan Mengwi, penanaman pada beberapa tempat sudah cukup untuk memecah gelombang tsunami dan mengurangi daerah genangan yang lebih luas kedaratan.
·         Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang aman di sekitar daerah permukiman. Tempat/bangunan ini harus cukup tinggi dan mudah diakses untuk menghindari ketinggian tsunami.
Pemerintah daerah perlu membangun tempat-tempat evakuasi yang bangunannya cukup tinggi di beberapa tempat di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi agar penduduk yang beresiko terkena dampak tsunami dapat memakainya sebagai tempat perlindungan yang dekat dan aman.
Penduduk yang ada di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi ini akan segera dapat menyelamatkan diri ke tempat/bangunan yang aman dari resiko tsunami setelah mendapatkan peringatan dini tsunami.












Gambar 08. Peta kawasan pantai dan pesisir di Kecamatan Mengwi
Pada gambar di atas, daerah pada kawasan pantai dan pesisir di Kecamatan Mengwi yang di tunjukkan dengan angka merupakan daerah yang dapat di buatkan upaya mitigasi, seperti di jelaskan pada tabel berikut.

Tabel  01. Mitigasi Potensi Tsunami di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi
No
Lokasi
Upaya Mitigasi
1
Pantai
Penanaman pohon mangrove sebagai pemecah gelombang tsunami agar mengurangi genangan air tsunami ke pesisir.
2
Pesisir
Membangun bangunan yang cukup tinggi sebagai tempat-tempat evakuasi yang aman dan dekat bagi penduduk sekitar.


D. Penutup
  1. Simpulan
Tsunami merupakan serangkaian gelombang yang diakibatkan gangguan atau pergeseran dasar lautan secara vertikal dan tiba-tiba. Di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi merupakan daerah yang rawan terkena dampak langsung dari tsunami. Element yang beresiko terkena tsunami di kawasan ini yaitu diantaranya fasilitas wisata, rumah penduduk, sumber air, penduduk, perahu penangkap ikan, jalan, dan sawah.
Upaya mitigasi untuk mengurangi resiko tsunami di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi yaitu dapat dilakukan dengan memberikan sosialisasi tentang dampak tsunami dan cara evakuasi jika terjadi tsunami serta pembangunan alat-alat peringatan dini tsunami, bangunan tahan tsunami, dan penanaman pohon mangrove di beberapa tempat yang ada dikawasan ini.

  2. Saran
            Pemerintah daerah baik di tingkat provinsi, kabupaten, maupun kecamatan harus segera melakukan upaya mitigasi baik secara struktural maupun nonstruktural untuk mengurangi resiko jika terjadi tsunami di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi.


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung. 2012. Kecamatan Mengwi Dalam Angka 2012. Denpasar: Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung.
BPS Provinsi Bali. 2011. Penduduk Provinsi Bali Menurut Kelompok Usia Hasil Sensus Penduduk 2010. http://bali.bps.go.id/. Diakses tanggal 5 Oktober 2013
DLR / GTZ. 2010. Dokumen Teknis Peta Bahaya Tsunami Bali. Denpasar: Kelompok Kerja Bali untuk Pemetaan Bahaya Tsunami.
GTZ IS-GITEWS. 2008. Buku Pedoman Oprasional Peringatan Dini Tsunami dalam INA-TEWS untuk PUSDALOPS Provinsi dan Kabupaten di Bali. Denpasar: PUSDALOPS 
Resmi, Siti. 2008. Perpajakan: Teori dan Kasus Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
Wikipedia. 2013. Sawah. http://id.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2013.











1 komentar:

  1. Tempat mana yang paling aman kami tuju dengan waktu kurang dari 30 menit setelah gempa yang berpotensi tsunami? Mohon penjelasannya

    BalasHapus