Jumat, 19 Juli 2013

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan



      BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Masalah ejaan kelihatannya amat sederhana. Justru karena kesederhanaannya itulah orang sering melupakannya. Padahal, pedoman EYD, kamus, dan tata bahasa merupakan rambu-rambu untuk menuliskan bahasa tulis baku. Ketepatan penggunaan pedoman ejaan bisa dijadikan ukuran sejauh mana
‘kepahaman bahasa’ seseorang, bahkan juga dijadikan ukuran sejauh mana seseorang ‘melek bahasa’.
Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungan dalam suatu bahasa).
Secara teknis, yg dimaksud dengan ejaan adalah (1) penulisan huruf, (2) penulisan kata, dan (3) penggunaan tanda baca.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaturan penulisan huruf dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
    Disempurnakan?
2. Bagaimana pengaturan penulisan kata dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
    Disempurnakan?
3. Bagaimana pengaturan penggunaan tanda baca dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
    Disempurnakan?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengaturan  penulisan huruf dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
    Disempurnakan.
2. Mengetahui pengaturan penulisan kata dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
    Disempurnakan.
3. Mengetahui pengaturan penggunaan tanda baca dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
    Disempurnakan.


BAB II
PEMBAHASAN


A. Penulisan Huruf
            Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penulisan huruf menyangkut dua masalah, yaitu (1) penulisan huruf besar atau huruf kapital dan (2) penulisan huruf miring.
1.1 Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital
            Penulisan huruf kapital yang kita jumpai dalam tulisan-tulisan resmi kadang-kadang menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah penulisan huruf kapital itu ada sebagai berikut.
a. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat yang berupa petikan langsung.
Misalnya :
            1) Nenek bertanya,”Kapan kita pulang?”
            2) “Kemarin engkau terlambat,“ katanya.
            3) Ibu Guru menasehatkan,”Rajin-rajinlah kamu belajar agar lulus dalam ujian.”
            b. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci dan nama Tuhan, termasuk kata ganti-Nya. Huruf pertama  kata ganti ku, mu, dan nya, sebagai kata ganti Tuhan harus dituliskan dengan huruf kapital, dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Hal-hal keagamaan itu hanya terbatas pada nama diri, sedangkan kata-kata yang menunjukkan nama jenis, seperti jin, iblis, surga, malaikat, mahsyar, zakat, dan puasa - meskipun bertalian dengan keagamaan –  tidak diawali dengan huruf kapital.
Misalnya:
            1) Semoga Tuhan Yang Mahakuasa memberkati usaha kita.
            2) Dalam Weda terdapat ayat-ayat yang menganjurkan agar manusia
    berakhlak terpuji.
            3) Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Kata-kata keagamaan lainnya yang harus ditulis dengan huruf kapital adalah nama agama dan kitab suci, seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, Injil, dan Weda.
c. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar (kehormatan, keturunan, agama), jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang. Akan tetapi, jika di dalam rangkain tulisan ini sudah ditafsirkan bahwa penyebutan yang tanpa nama mengacu kepada orangnya, gelar atau jabatan itu harus menggunakan huruf kapital.
Misalnya:
            1) Pergerakan itu dipimpin oleh  Haji Agus Salim.
            2) Pemerintah memberikan anugerah kepada Mahaputra Yamin.
            Jika tidak diikuti oleh nama gelar, jabatan, dan pangkat itu harus dituliskan dengan huruf kecil.
Misalnya:
            1) Calon jemaah haji DKI tahun 2005 ini berjumlah 9.500 orang.
            2) Seorang presiden akan diperhatikan oleh rakyatnya.
            d. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Misalnya:
            1) Dalam bahasa Bali terdapat kata singgah.
            2) Kita banggsa Indonesia, harus bertekad untuk menyukseskan pembangunan.
            3) Di Indonesia terdapat suku Bali, suku Jawa, suku Sunda, suku Bugis, dan 
    sebagainya.
            Seperti contoh di atas, kta suku, bangsa, dan bahasa tetap dituliskan dengan huruf awal kecil. Akan tetapi, jika nama bangsa, suku, dan bahasa itu diberi awalan dan akhiran sekaligus, ia harus ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
            1) Lafal ucapannya masih menampakkan kesunda-sundaan.
            2) Kita harus berusaha mengindonesiakan kata-kata asing.
            3) Ia masih kejawa-jawaan dalam segala hal.
            e. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
            1) Pada  bulan Agustus terdapat hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia.
            2) Biasanya, umat Islam seluruh dunia merasa sangat berbahagia pada hari Lebaran.
3) Pada tanggal 17 Agustus 1945 dikumandangkanlah Proklamasi Kemerdekaan     
    Republik  Indonesia.
f. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas geografi.
Misalnya:
            1) Salah satu tempat pariwisata di Bali adalah Danau Batur.
            2) Di Teluk Jakarta telah dibangun suatu proyek perikanan laut.
            3) Pulau Jawa dan Pulau Sumatra dihubungkan dengan Selat Sunda.
            Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama khas geografi, kata-kata selat, teluk, terusan, gunung, kali, danau,dan bukit ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
            1) Nelayan itu berlayar sampai ke teluk.
            2) Kita tidak boleh membuang sampah di kali.
            3) Perahu-perahu itu akan melewati selat yang airnya deras.
            g. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
1) Pasal 36, Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahasa negara adalah bahasa
                Indonesia.
            2) Semua anggota PBB harus mematuhi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama resmi, kata seperti itu ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
1) Menurut undang-undang dasar kita, semua warga negara mempunyai kedudukan
  yang sama.
2) Pemerintah republik itu telah menyelenggarakan pemilihan umum sebanyak empat
    kali.
            h. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel seperti: di, ke, dari, untuk, dan yang, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
            1) Buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dikarang oleh Idrus.
            2) Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan diterbitkan
    oleh Balai Pustaka.
i. Huruf besar atau huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan, kecuali gelar dokter.
Misalnya:
1) Proyek itu dipimpin oleh Dr. Dewi Gita.
            2) Penyakit ibu saya sudah dua kali diperiksa oleh dr. Susanto.
            3) Tanggung jawab itu sudah saya serahkan kepada Sdr. Nurdin.
Catatan:
Ada perbedaan antara gelar Dr. Dan dr. (doktor dituliskan dengan D kapital dan r kecil jadi Dr., sedangkan dokter, yang memeriksa penyakit dan mengobati orang sakit, singkatannya ditulis dengan d dan r kecil, jadi dr).
j. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan. Kata Anda juga diawali huruf kapital.
Misalnya:
            1) Surat Saudara sudah saya terima.
            2) Eka bertanya kepada ibunya. “Pagi tadi Ibu menjemput siapa di
    pelabuhan?”
3) Minggu yang akan datang Paman akan berangkat ke Blitar.
Akan tetapi, jika tidak dipakai kata ganti atau sapaan, kata penunjuk hubungan kekerabatan itu ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
            1) Kita harus menghormati ibu kita dan bapak kita.
            2) Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
            3) Ketika kuliah di Jakarta, ia tinggal bersama pamannya di Kalibata.
           
            1.2 Penulisan Huruf Miring
            a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar.
Misalnya:                                                                                                                                       
1) Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa menertbitkan majalah Bahasa
    dan Kesusastraan.
2) Berita itu sudah saya baca dalam surat Kabar Kompas.
3) Harian Bali Post beredar juga di luar Bali.
b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkususkan
    huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
            1) Bab ini tidak  membicarakan penulisan huruf besar.
            2) Buatlah kalimat dengan kata duka cita.
            3) Huruf pertama kata ubah ialah u. Jadi, jika kata ubah, ditambah awalan me
    akan muncul mengubah, bukan merubah..
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah atau
ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah, kecuali yang disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
            1) Buah manggis nama ilmiahnya ialah carcinia mangestana.
            2) Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’.
            3) Ungkapan Rahajeng Rauh dalam bahasa Bali berarti , Selamat Datang’.

B. Penulisan Kata
            2.1 Kata Turunan (khususnya kata gabung berimbuhan)
            Imbuhan (awalan dan akhiran) dituliskan serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Perhatikan contoh berikut ini.   
·      tanggung jawab       bertanggung jawab
·      garis bawah      garis bawahi
·      anak sungai             menganak sungai
·      terang jelas      terang jelaskan
           Bentuk dasar gabungan kata yang sekaligus mendapat awalan dan akhiran (konfiks)dituliskan serangkai.
·      tanggung jawab                     mempertanggungjawabkan
·      tumbuh kembang                   menumbuhkembangkan
·      tidak adil                                   ketidakadilan
·      lipat ganda                                 melipatgandakan
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya digunakan dalam kombinasi, gabungan kata tersebut dituliskan serangkai. Perhatikan penulisan kata-kata berikut ini.
-amoral                 -mahakuasa             -antarkota             -kontrarevolusi
-adipati                 -swadaya                  -dwiwarna               -antikomunis
-prakata                -subseksi                   -narapidana             -pan-Asia
-intrakurikuler                                        -ekstrakurikuler       -semiprofesional
-tunarungu             -peribahasa               -bilateral                  -nonaktif

2.2 Kata Depan
Kata depan dituliskan terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali daripada dan kepada (yang dianggap satu kata).
Misalnya:
(1) Lebih baik tinggal di sini daripada pergi ke daerah itu.
(2) Dialah yang paling mencolok di antara teman-teman sekelasnya.
(3) Marilah kita panjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa.
(4) Surat itu di kirimkan kepada orang tuanya di desa.

Perhatikan penulisan kata-kata yang di cetak miring berikut ini.

(5) Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
(6) Baru saja dia masuk, kemudian keluar lagi.
(7) Bawa kemari buku yang kau bawa itu!
Kata depan dari dapat digunakan untuk menunjukkan pengertian ‘tempat’ atau ‘asal yang ditinggalkan’, ‘sejak’, ‘asal atau bahan suatu benda’,dan ‘di antara’, sedangkan kata depan daripada digunakan untuk menyatakan ’perbandingan’ dua hal atau lebih tidak ada kata dari atau daripada yang berarti ‘milik’.

2.3 Partikel
Partikel lah, kah, dan tah dituliskan serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Perhatikan contoh di bawah ini.
(1) Di manakah kautaruh barang berharga itu.
(2) Demikianlah maksud kedatangan saya.
(3) Apalah artinya hidup tanpa cinta.
Partikel per dan pun dituliskan terpisah dengan kata yang mendahului atau mengikutinya. Perhatikan contoh berikut.
(1) Anda pun mempunyai hak atas warisan ini.
(2) Apa pun yang dimakannya, dia tetap kurus.
(3) Undang-undang itu berlaku per 1 Januari 2005.
(4)Satu per satu mereka memasuki ruang pemeriksaan.

2.4 Kata Bilangan
Penulisan kata bilangan tingkat dapat mengikuti salah satu cara berikut ini.
(1) Abad XX ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
(2) Abad ke-20 ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
(3) Abad kedua puluh ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
(4)Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengirimkan 2250 orang tenaga sukarelawan ke India. Ke-2250 orang itu diterbangkan melalui Bandara Halim Perdana Kusuma.
Berdasarkan contoh diatas, penulisan bilangan tingkat seperti ke XX atau ke-XX, ke 20, dan ke dua puluh termasuk penulisan yang tidak baku (salah).
Misalnya:
            (1) Sutan Takdir Alisyahbana adalan pujangga tahun 30-an.
(2) Mobilnya keluaran tahun 90-an.
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan. Seperti dalam rincian atau paparan.
Misalnya:
            (1) Made membeli tiga buah buku.
            (2) Ayah memesan dua ratus ekor ayam.
            (3)Ternak yang saya pelihara terdiri atas 20 ekor ayam, 15 ekor kambing, 10 ekor         kerbau, dan 5 ekor sapi.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat. Kita sering melihat penulisan angka yang salah seperti berikut ini.
Misalnya:
1)   23 orang tewas dalam peristiwa itu.
2)   150 orang tamu diundang Pak RW.
3)   20 buah buku terjual pada hari itu.
Penulisan angka yang benar seperti perbaikan berikut.
1) Dua puluh tiga orang tewas dalam peristiwa itu.
2) Pak RW mengundang 150 orang tamu.
3) Dua puluh  buah buku terjual pada hari itu.


2.5 Kata-kata yang Sering Salah Penulisannya
            Ucapan besar pengaruhnya terhadap penulisan. Banyak hal yang terjadi sehubungan dengan masalah ini. Artinya, apa atau bagaimana suatu kata diucapkan, begitulah dituliskan orang. Berikut ini disajikan beberapa kata yang sering salah penulisannya. Kebanyakan hal itu terjadi karena tulisan mengikuti ucapan.  
Non baku
Baku
Nonbaku
Baku
Nonbaku
Baku
Akhli
Ahli
akwarium
Akuarium
apotik
apotek
Anggauta
anggota
atmosfir
Atmosfer
biadap
biadab
Atlit
Atlet
beaya
Biaya
cinderamata
cenderamata
Cuman
Cuma
cabe
Cabai
eksport
ekspor
Esensiil
esensial
ekstrim
Ekstrem
faham
paham
frekuensi
frekuensi
halangan
Alangan
hadlir
hadir
Hapal
Hafal
hempas
Empas
hembus
embus
Himbau
imbau
hutang
Utang
hisap
isap
Himpit
Impit
ijin
Izin
isarat
isyarat
Jadual
jadwal
jaman
Zaman
jenasah
jenasah
Kaedah
kaidah
karir
Karier
konggres
kongres
Komplek
kompleks
kwalitas
Kualitas
kwitansi
kuitansi
Metoda
metoda
merubah
mengubah
musium
museum
Nasehat
nasihat
Nopember
November
perangko
prangko

2.6 Kata Ganti
            Kata Ganti kami dan kita keduanya digunakan sebagai kata ganti orang pertama jamak. Bedanya terletak pada ikut-tidaknya keterlibatan lawan bicara selaku pihak kedua. Kata kami tidak mengikutsertakan lawan bicara, sedangkan kata kita mengikutsertakan lawan bicara, sedangkan kata kita mengikutsertakan lawan bicara.
            Berikut ini disajikan contoh-contoh penggunaan kata ganti kami dan kita yang tepat.
1)   Kami bangsa Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
2)   Marilah kita menundukkan kepala sejenak.

2.7 Unkapan Idiomatik
Ungkapan idiomatik disebut juga pasangan tetap, yaitu pasangan kata yang selalu hadir bersama-sama dalam kalimat. Karena merupakan pasangan tetap, penggunaannya tidak boleh dipertukarkan (diganti), ditambah, atau dikurangi. Perhatikan contoh.
1)   Kesepakatan yang diambil itu sesuai dengan undang-undang.
2)   Bagian ini usulannya terdiri atas dua bagian, yaitu ....
3)   Kecelakaan itu disebabkan oleh kelalaian pengemudi sepeda motor.
4)   Bangunan-bangunan di situ tidak ubahnya seperti tenda-tenda darurat.
Kata-kata yang tercetak miring dalam kalimat di atas merupakan pasangan tetap. Bagian-bagiannya tidak boleh dipertukarkan atau diganti dengan kata lain, tidak boleh dikurangi atau ditambah.
2.8 Ungkapan Penghubung
Dalam bahasa Indonesia, ungkapan penghubung dibedakan atas dua jenis, yaitu ungkapan penghubung intrakalimat dan antar kalimat. Yang pertama berfungsi menghubungkan unsur-unsur didalam suatu kalimat, sedangkan yang kedua berfungsi menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Yang termasuk ungkapan penghubung intrakalimat, antara lain baik ... maupun ...,bukan ..., melainkan ..., antara ..., dan .... Pasangan tersebut sifatnya tetap. Pasangan baik  adalah maupun, pasangan bukan adalah melainkan, dan pasangan antara adalah dan. Perhatikan contoh-contoh penggunaannya.
Penggunaan yang Tidak baku
1)   Baik yang merah ataupun yang putih, sama saja kualitasnya.
2)   Yang saya maksud bukan adiknya tetapi kakaknya.
3)   Antara Rina dengan Rini sulit dibedakan.

Penggunaan yang Baku
1)   Baik yang merah maupun yang putih, sama saja kualitasnya.
2)   Yang saya maksud bukan adiknya melainkan kakanya.
3)   Antara Rina dan Rini sulit dibedakan.

C. Penggunaan Tanda Baca
            Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penggunaan tanda baca menyangkut beberapa diantaranya yang akan dibahas yaitu:
            3.1 Tanda Titik (.)
a.    Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: -Wayan pergi ke Yogyakarta.
-Biarlah mereka ikut semua.
-Budi menanyakan kapan adiknya datang.

b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh: -A. M. Sangaji
-Muh. Thaif

c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh: - Ir.           Insinyur                           Prof.           Profesor
- dr.         Dokter                            Sdr             Saudara
- Dr.         Doktor                            S.H             Sarjanan Hukum
- Kep.      Kepala                           S.E             Sarjana Ekonomi

d. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanyan dipakai satu tanda titik.
     Contoh: - a.n.          atas nama                       dsb.            dan sebagainya
                   - u.b.         untuk beliau                    dll.              dan lain-lain
                   - u.p.         untuk perhatian               tgl.              tanggal
                   - dkk.       dan kawan-kawan          hlm.             Halaman

e. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik untuk menunjukkan waktu.
Contoh: - pukul 6.25.10 (pukul 6 lewat 25 menit 10 detik)

f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, detik yang menunjukkan jangka waktu.
     Contoh: - 6.25.10 jam (6 jam, 25 menit, 10 detik)

g. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah.
     Contoh: - Kartika lahir pada tahun 1959 di Denpasar.
-  Pesawat itu bernomor 287407.

h. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan kata, atau yang terdapat didalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
     Contoh: - ABRI                Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
-  DPR                Dewan Perwakilan Rakyat
-  Ormas              organisasi masyarakat
-  Sekjen             Sekretaris Jendral
-  tilang                bukti pelanggaran
i. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan dan mata uang.
     Contoh: - Ca                              Kalsium
-  TNT                          Trinitroluena
-  15 cm                        Panjangnya 15 cm
-  10 kg                         Andi membeli 10 kg gula pasir.
-  Rp 5.000,00              Harganya Rp 5.000,00 termasuk pajak

j. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi yabe, dan sebagainya.
     Contoh: - Acara Kunjungan Gubernur Beratha
-  Layar Terkembang

k. Tanda titik tidak dipakai dibelakang alamat pengirim dan tanggal surat atau nama dan alamat penerima surat.
     Contoh: - Jalan Kenanga 17 Singaraja
-  1 Oktober 2005
-  Yth. Sdr. Ayu
Jalan Tukad Bilok 29
Denpasar

l. Tanda titik tidak dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagian, ikhtisar, atau daftar.
     Contoh:- III. Departemen Dalam Negeri
                          A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa.
                          B. Direktorat Jenderal Agraria Penyiapan Naskah:
                               1. Patokan Umum
                                    1.1 Isi Karangan
                                    1.2 Ilustrasi
                                           1.2.1 Gambar Tangan
                                           1.2.2 Tabel
                                           1.2.3 Grafik


3.2 Tanda Koma (,)
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Contoh: - Sinta membeli buku, pena, dan penggaris.

b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnyayang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
     Contoh: - Pak Suta bukan ayah saya, melainkan ayah Joni.
-  Saya ingin datang, tetapi hari ini masih hujan.

c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan antara kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimat.
     Contoh: - Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
-  Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
d. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimatdari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
     Contoh: - Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
-  Dia mengatakan bahwa hal itu sangat penting.

e. Tanda koma dipakai dibelakang ungkapan atau kata penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya,oleh karena itu, jadi, lagipula, begitu, akan tetapi.
     Contoh: - Oleh karena itu, kita harus berangkat sekarang.
-  Jadi, kita sekarang harus rajin belajar.

f. Tanda koma dipakai di belakang kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan,yang terdapat pada awal kalimat.
   Contoh: - O,begitukah caranya?
-  Wah, bukan main hebatnya!

g. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
   Contoh: - Kata ayah, “Saya senang sekali.”
-  “Saya senang sekali,”kata ayah,”karena kamu telah lulus.”

h. Tanda koma dipakai diantara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal, nama tempat dan wilayahatau negri yang ditulis berurutan.
Contoh: - Bpk. Budi Santoso, Jalan Langsep2, Malang.
-   Jakarta, 10 September 2004
-  Surat-surat harap dikirim kepada Dekan Fakultas Hukum, Universitas airlangga, Jalan Airlangga4, Surabaya.

i. Tanda koma dipakai diantara tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun penerbitan.
              Contoh: - Tejakusuma, Sudono, S.H., Sudahkah Kita Pandai Berbahasa Indonesia?, Surabaya, Indah, 2004.
j. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh: -Siregar, Merari. Azabdan Sengsara, Balai Poestaka, Weltervreden, 1920.
k. Tanda koma dipakai diantara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya, untuk membedakan dari singkatan nama keluargaatau marga.
   Contoh: - Ruhut Sitompul, S.H.
                 - Ny. Maya Rumantir, M.Sc
l. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan di antara rupiah dan sen dalam bilangan.
   Contoh: - 12,76 kg
                  - Rp 15,50
m. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi.
      Contoh: - Guru saya, Pak Umar Bakri, pandai sekali.
                    - Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang yang makan nasi jagung
                      di musim panas.
n. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat apabila petikan langsung tersebut berakhir dengan tanda tanya atau seru, dan mendahului bagian lain dalam kalimat itu.
   Contoh: - “Kemana kamu akan pergi? Tanya Gatot.
                 - “Larilah yang cepat!” perintah.

3.3 Tanda Titik Koma (;)
a. Tanda titik koma dapat dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
   Contoh: - Malam semakin larut; kami belum juga tidur.
b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
   Contoh: - Ayah bekerja di Kantor Pertanian; ibu mengajar di SMP Negeri; adik
                    belanja di Pasar Seni; saya sendiri membersihkan rumput di halaman
                     rumah.

3.4 Tanda Titik Dua (:)
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
   Contoh: - Yang sedang kita butuhkan sekarang adalah barang-barang yang berikut:
                 meja, kursi, bangku, almari, dan papan tulis.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah ungkapan atau yang memerlukan pemerian.
              Contoh: - Ketua          : Subrata
                              Sekretaris    : E. Sulistyaningsih
                               Bendahara  : Budi Astini
                             - Hari           : Senin
                               Tanggal      : 22 Januari 1999
                   Jam            : 9.00 pagi
                   Tempat       : Jalan Melati 29 Surabaya
                   Acara           : Rapat Tahunan
c. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
   Contoh: - Ayah     : “Keluarkan mobil itu segera, Dul!”
                   Dullah   : “Baik, Pak.”
                  Ayah     : “Jangan lupa mencuci, dan bersihkan!”
d. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
   Contoh: - Kita sekarang memerlukan kursi, meja, almari, bangku, dan papan tulis.
e. Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau di antara judul dan anak judul suatu karangan.
   Contoh: - Sarinah, II (1976), 38: 5
                - Surah Al-Baqarah: 28
                - Karangan Idrus, Kisah Sebuah Celana Pendek: Celana Kepar, Made in
                  Italia.



3.5 Tanda Hubung (-)
a. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
   Contoh: - ... cara yang baik meng-
                               ambil udara.
                         - ... cara baru untuk me-
                                  Nukur panas.
b. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
                Contoh: - anak-anak                   berulang-ulang
                                Lauk-pauk                 bersama-sama
c. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
   Contoh: s-e-k-o-l-a-h
                9-7-1987
d. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagianbagian ungkapan.
   Contoh: - ber-evolusi dengan ber-revolusi
                - Istri-guru yang ramah dengan istri guru- yang ramah
e. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan- an, dan singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
   Contoh: - se-Jawa Timur              KTP-nya nomor 1768 A
                - se-Indonesia                 sinar-X
                 - hadiah ke-3                 tahun 90-an
f. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
   Contoh: - di-export
                - me-recrut

3.6 Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
   Contoh: - Kapan kamu berangkat?
              -  Rama sudah pulang?
b. Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
   Contoh: - Raminra dilahirkan tahun 1962?


BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
              Pembicaraan masalah ejaan meliputi tiga hal pokok. Tiga hal pokok tersebut adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. Penulisan huruf menyangkut penulisan huruf besar atau huruf kapital dan penulisan huruf miring.
              Kata dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri sendiri, sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) dituliskan serangkai dengan kata dasarnya. Kalau gabungan kata, hanya mendapat awalan atau akhiran saja, awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang bersangkutan saja.
              Pemakaian tanda baca dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan mencangkup diantaranya pengaturan (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda hubung, (6) tanda tanya.

B. Saran
            Untuk menuliskan bahasa tulis baku, kita harus menggunakan pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan agar tercipta tulisan yang baik dan benar.


                           PUSTAKA

Putrayasa, I.B. 2005. Aplikasi Bahasa Indonesia. Singaraja: IKIP Singaraja.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar