BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
ejaan kelihatannya amat sederhana. Justru karena kesederhanaannya itulah orang
sering melupakannya. Padahal, pedoman EYD, kamus, dan tata bahasa merupakan
rambu-rambu untuk menuliskan bahasa tulis baku. Ketepatan penggunaan pedoman
ejaan bisa dijadikan ukuran sejauh mana
‘kepahaman bahasa’ seseorang, bahkan juga dijadikan ukuran sejauh mana seseorang ‘melek bahasa’.
‘kepahaman bahasa’ seseorang, bahkan juga dijadikan ukuran sejauh mana seseorang ‘melek bahasa’.
Yang
dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi
ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan
penggabungan dalam suatu bahasa).
Secara
teknis, yg dimaksud dengan ejaan adalah (1) penulisan huruf, (2) penulisan
kata, dan (3) penggunaan tanda baca.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaturan
penulisan huruf dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan?
2. Bagaimana pengaturan
penulisan kata dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan?
3. Bagaimana pengaturan
penggunaan tanda baca dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan?
C.
Tujuan
1. Mengetahui pengaturan
penulisan huruf dalam Ejaan Bahasa
Indonesia yang
Disempurnakan.
2. Mengetahui pengaturan
penulisan kata dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
3. Mengetahui pengaturan
penggunaan tanda baca dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Penulisan Huruf
Dalam Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, penulisan huruf menyangkut dua masalah, yaitu
(1) penulisan huruf besar atau huruf kapital dan (2) penulisan huruf miring.
1.1 Penulisan Huruf Besar atau
Huruf Kapital
Penulisan huruf kapital yang kita jumpai dalam
tulisan-tulisan resmi kadang-kadang menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku.
Kaidah penulisan huruf kapital itu ada sebagai berikut.
a.
Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat yang
berupa petikan langsung.
Misalnya :
1) Nenek bertanya,”Kapan
kita pulang?”
2) “Kemarin
engkau terlambat,“ katanya.
3) Ibu Guru menasehatkan,”Rajin-rajinlah kamu belajar agar lulus dalam ujian.”
b. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama
dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci dan nama
Tuhan, termasuk kata ganti-Nya. Huruf pertama
kata ganti ku, mu, dan nya, sebagai kata ganti Tuhan harus
dituliskan dengan huruf kapital, dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Hal-hal
keagamaan itu hanya terbatas pada nama diri, sedangkan kata-kata yang
menunjukkan nama jenis, seperti jin, iblis,
surga, malaikat, mahsyar, zakat, dan puasa
- meskipun bertalian dengan keagamaan – tidak diawali dengan huruf kapital.
Misalnya:
1) Semoga Tuhan
Yang Mahakuasa memberkati usaha kita.
2) Dalam Weda
terdapat ayat-ayat yang menganjurkan agar manusia
berakhlak terpuji.
3) Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Kata-kata
keagamaan lainnya yang harus ditulis dengan huruf kapital adalah nama agama dan
kitab suci, seperti Islam, Kristen, Hindu,
Budha, Injil, dan Weda.
c.
Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar (kehormatan,
keturunan, agama), jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang. Akan tetapi,
jika di dalam rangkain tulisan ini sudah ditafsirkan bahwa penyebutan yang
tanpa nama mengacu kepada orangnya, gelar atau jabatan itu harus menggunakan
huruf kapital.
Misalnya:
1) Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.
2) Pemerintah memberikan anugerah kepada Mahaputra Yamin.
Jika tidak diikuti oleh nama gelar, jabatan, dan pangkat
itu harus dituliskan dengan huruf kecil.
Misalnya:
1) Calon jemaah haji
DKI tahun 2005 ini berjumlah 9.500 orang.
2) Seorang presiden
akan diperhatikan oleh rakyatnya.
d. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Misalnya:
1) Dalam bahasa
Bali terdapat kata singgah.
2) Kita banggsa
Indonesia, harus bertekad untuk
menyukseskan pembangunan.
3) Di Indonesia terdapat suku Bali, suku Jawa, suku Sunda, suku Bugis,
dan
sebagainya.
Seperti contoh di atas, kta suku, bangsa, dan bahasa tetap dituliskan dengan huruf
awal kecil. Akan tetapi, jika nama bangsa, suku, dan bahasa itu diberi awalan
dan akhiran sekaligus, ia harus ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
1) Lafal ucapannya masih menampakkan kesunda-sundaan.
2) Kita harus berusaha mengindonesiakan kata-kata asing.
3) Ia masih kejawa-jawaan dalam segala hal.
e. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
1) Pada bulan Agustus terdapat hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia.
2) Biasanya, umat Islam seluruh dunia merasa sangat
berbahagia pada hari Lebaran.
3)
Pada tanggal 17 Agustus 1945 dikumandangkanlah Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia.
f.
Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas
geografi.
Misalnya:
1) Salah satu tempat pariwisata di Bali adalah Danau Batur.
2) Di Teluk Jakarta telah dibangun suatu proyek
perikanan laut.
3) Pulau Jawa dan Pulau Sumatra dihubungkan dengan Selat Sunda.
Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama khas geografi,
kata-kata selat, teluk, terusan, gunung,
kali, danau,dan bukit ditulis
dengan huruf kecil.
Misalnya:
1) Nelayan itu berlayar sampai ke teluk.
2) Kita tidak boleh membuang sampah di kali.
3) Perahu-perahu itu akan melewati selat yang airnya deras.
g. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama
dokumen resmi.
Misalnya:
1)
Pasal 36, Undang-Undang Dasar 1945
menyatakan bahasa negara adalah bahasa
Indonesia.
2) Semua anggota PBB harus mematuhi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Akan tetapi, jika tidak
menunjukkan nama resmi, kata seperti itu ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
1)
Menurut undang-undang dasar kita, semua warga negara mempunyai
kedudukan
yang sama.
2)
Pemerintah republik itu telah
menyelenggarakan pemilihan umum sebanyak empat
kali.
h. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan, kecuali kata partikel seperti: di,
ke, dari, untuk, dan yang, yang
tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
1) Buku Dari Ave
Maria ke Jalan Lain ke Roma dikarang
oleh Idrus.
2) Buku Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan diterbitkan
oleh Balai Pustaka.
i.
Huruf besar atau huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan,
kecuali gelar dokter.
Misalnya:
1)
Proyek itu dipimpin oleh Dr. Dewi
Gita.
2) Penyakit ibu saya sudah dua kali diperiksa oleh dr. Susanto.
3) Tanggung jawab itu sudah saya serahkan kepada Sdr. Nurdin.
Catatan:
Ada
perbedaan antara gelar Dr. Dan dr. (doktor
dituliskan dengan D kapital dan r kecil jadi Dr., sedangkan dokter, yang
memeriksa penyakit dan mengobati orang sakit, singkatannya ditulis dengan d dan r kecil, jadi dr).
j.
Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, dan paman
yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan. Kata Anda juga diawali huruf kapital.
Misalnya:
1) Surat Saudara
sudah saya terima.
2) Eka bertanya kepada ibunya. “Pagi tadi Ibu menjemput siapa di
pelabuhan?”
3)
Minggu yang akan datang Paman akan
berangkat ke Blitar.
Akan
tetapi, jika tidak dipakai kata ganti atau sapaan, kata penunjuk hubungan
kekerabatan itu ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
1) Kita harus menghormati ibu kita dan bapak kita.
2) Semua kakak
dan adik saya sudah berkeluarga.
3) Ketika kuliah di Jakarta, ia tinggal bersama pamannya di Kalibata.
1.2 Penulisan Huruf
Miring
a. Huruf miring
dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar.
Misalnya:
1)
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa menertbitkan majalah Bahasa
dan Kesusastraan.
2)
Berita itu sudah saya baca dalam surat Kabar Kompas.
3)
Harian Bali Post beredar juga di luar
Bali.
b.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkususkan
huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
1) Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf besar.
2) Buatlah kalimat dengan kata duka cita.
3) Huruf pertama kata ubah
ialah u. Jadi, jika kata ubah, ditambah awalan me
akan muncul mengubah, bukan merubah..
c.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah atau
ungkapan bahasa asing
atau bahasa daerah, kecuali yang disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
1) Buah manggis nama ilmiahnya ialah carcinia mangestana.
2) Weltanschauung antara lain diterjemahkan
menjadi ‘pandangan dunia’.
3) Ungkapan Rahajeng
Rauh dalam bahasa Bali berarti , Selamat Datang’.
B. Penulisan Kata
2.1
Kata Turunan (khususnya kata gabung berimbuhan)
Imbuhan (awalan dan akhiran) dituliskan
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Perhatikan
contoh berikut ini.
·
|
·
|
·
|
·
|
Bentuk dasar gabungan kata yang
sekaligus mendapat awalan dan akhiran (konfiks)dituliskan serangkai.
·
tanggung
jawab
mempertanggungjawabkan
·
tumbuh
kembang
menumbuhkembangkan
·
tidak
adil ketidakadilan
·
lipat
ganda melipatgandakan
Jika
salah satu unsur gabungan kata hanya digunakan dalam kombinasi, gabungan kata
tersebut dituliskan serangkai. Perhatikan penulisan kata-kata berikut ini.
-amoral -mahakuasa -antarkota -kontrarevolusi
-adipati -swadaya -dwiwarna -antikomunis
-prakata -subseksi -narapidana -pan-Asia
-intrakurikuler -ekstrakurikuler -semiprofesional
-tunarungu -peribahasa -bilateral -nonaktif
2.2
Kata Depan
Kata
depan dituliskan terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali daripada dan kepada (yang dianggap satu kata).
Misalnya:
(1)
Lebih baik tinggal di sini daripada pergi ke daerah itu.
(2)
Dialah yang paling mencolok di antara teman-teman sekelasnya.
(3)
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadapan
Tuhan Yang Maha Esa.
(4)
Surat itu di kirimkan kepada orang
tuanya di desa.
Perhatikan
penulisan kata-kata yang di cetak miring berikut ini.
(5)
Kesampingkan saja persoalan yang
tidak penting itu.
(6)
Baru saja dia masuk, kemudian keluar lagi.
(7)
Bawa kemari buku yang kau bawa itu!
Kata
depan dari dapat digunakan untuk
menunjukkan pengertian ‘tempat’ atau ‘asal yang ditinggalkan’, ‘sejak’, ‘asal
atau bahan suatu benda’,dan ‘di antara’, sedangkan kata depan daripada digunakan untuk menyatakan
’perbandingan’ dua hal atau lebih tidak ada kata dari atau daripada yang
berarti ‘milik’.
2.3
Partikel
Partikel
lah, kah, dan tah dituliskan serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Perhatikan
contoh di bawah ini.
(1)
Di manakah kautaruh barang berharga
itu.
(2)
Demikianlah maksud kedatangan saya.
(3)
Apalah artinya hidup tanpa cinta.
Partikel
per dan pun dituliskan terpisah dengan kata yang mendahului atau
mengikutinya. Perhatikan contoh berikut.
(1)
Anda pun mempunyai hak atas warisan
ini.
(2)
Apa pun yang dimakannya, dia tetap
kurus.
(3)
Undang-undang itu berlaku per 1
Januari 2005.
(4)Satu
per satu mereka memasuki ruang
pemeriksaan.
2.4
Kata Bilangan
Penulisan
kata bilangan tingkat dapat mengikuti salah satu cara berikut ini.
(1)
Abad XX ini dikenal juga sebagai abad
teknologi.
(2)
Abad ke-20 ini dikenal juga sebagai
abad teknologi.
(3)
Abad kedua puluh ini dikenal juga
sebagai abad teknologi.
(4)Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono mengirimkan 2250 orang tenaga sukarelawan ke India.
Ke-2250 orang itu diterbangkan melalui Bandara Halim Perdana Kusuma.
Berdasarkan
contoh diatas, penulisan bilangan tingkat seperti ke XX atau ke-XX, ke 20,
dan ke dua puluh termasuk penulisan
yang tidak baku (salah).
Misalnya:
(1) Sutan Takdir Alisyahbana adalan
pujangga tahun 30-an.
(2)
Mobilnya keluaran tahun 90-an.
Lambang
bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, ditulis dengan huruf,
kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan. Seperti dalam rincian
atau paparan.
Misalnya:
(1) Made membeli tiga buah buku.
(2) Ayah memesan dua ratus ekor ayam.
(3)Ternak yang saya pelihara terdiri atas 20 ekor ayam, 15 ekor kambing, 10 ekor kerbau, dan 5 ekor sapi.
Lambang
bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah sehingga yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak
terdapat lagi pada awal kalimat. Kita sering melihat penulisan angka yang salah
seperti berikut ini.
Misalnya:
1) 23 orang
tewas dalam peristiwa itu.
2) 150
orang tamu diundang Pak RW.
3) 20 buah
buku terjual pada hari itu.
Penulisan
angka yang benar seperti perbaikan berikut.
1)
Dua puluh tiga orang tewas dalam
peristiwa itu.
2)
Pak RW mengundang 150 orang tamu.
3)
Dua puluh buah buku terjual pada hari itu.
2.5
Kata-kata yang Sering Salah Penulisannya
Ucapan besar pengaruhnya terhadap
penulisan. Banyak hal yang terjadi sehubungan dengan masalah ini. Artinya, apa
atau bagaimana suatu kata diucapkan, begitulah dituliskan orang. Berikut ini
disajikan beberapa kata yang sering salah penulisannya. Kebanyakan hal itu
terjadi karena tulisan mengikuti ucapan.
Non baku
|
Baku
|
Nonbaku
|
Baku
|
Nonbaku
|
Baku
|
Akhli
|
Ahli
|
akwarium
|
Akuarium
|
apotik
|
apotek
|
Anggauta
|
anggota
|
atmosfir
|
Atmosfer
|
biadap
|
biadab
|
Atlit
|
Atlet
|
beaya
|
Biaya
|
cinderamata
|
cenderamata
|
Cuman
|
Cuma
|
cabe
|
Cabai
|
eksport
|
ekspor
|
Esensiil
|
esensial
|
ekstrim
|
Ekstrem
|
faham
|
paham
|
frekuensi
|
frekuensi
|
halangan
|
Alangan
|
hadlir
|
hadir
|
Hapal
|
Hafal
|
hempas
|
Empas
|
hembus
|
embus
|
Himbau
|
imbau
|
hutang
|
Utang
|
hisap
|
isap
|
Himpit
|
Impit
|
ijin
|
Izin
|
isarat
|
isyarat
|
Jadual
|
jadwal
|
jaman
|
Zaman
|
jenasah
|
jenasah
|
Kaedah
|
kaidah
|
karir
|
Karier
|
konggres
|
kongres
|
Komplek
|
kompleks
|
kwalitas
|
Kualitas
|
kwitansi
|
kuitansi
|
Metoda
|
metoda
|
merubah
|
mengubah
|
musium
|
museum
|
Nasehat
|
nasihat
|
Nopember
|
November
|
perangko
|
prangko
|
2.6 Kata Ganti
Kata Ganti kami dan kita keduanya
digunakan sebagai kata ganti orang pertama jamak. Bedanya terletak pada
ikut-tidaknya keterlibatan lawan bicara selaku pihak kedua. Kata kami tidak mengikutsertakan lawan
bicara, sedangkan kata kita mengikutsertakan
lawan bicara, sedangkan kata kita mengikutsertakan
lawan bicara.
Berikut ini disajikan contoh-contoh
penggunaan kata ganti kami dan kita yang tepat.
1) Kami bangsa
Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
2) Marilah kita menundukkan kepala sejenak.
2.7
Unkapan Idiomatik
Ungkapan
idiomatik disebut juga pasangan tetap, yaitu pasangan kata yang selalu hadir
bersama-sama dalam kalimat. Karena merupakan pasangan tetap, penggunaannya
tidak boleh dipertukarkan (diganti), ditambah, atau dikurangi. Perhatikan
contoh.
1) Kesepakatan
yang diambil itu sesuai dengan undang-undang.
2) Bagian
ini usulannya terdiri atas dua
bagian, yaitu ....
3) Kecelakaan
itu disebabkan oleh kelalaian
pengemudi sepeda motor.
4) Bangunan-bangunan
di situ tidak ubahnya seperti
tenda-tenda darurat.
Kata-kata
yang tercetak miring dalam kalimat di atas merupakan pasangan tetap.
Bagian-bagiannya tidak boleh dipertukarkan atau diganti dengan kata lain, tidak
boleh dikurangi atau ditambah.
2.8
Ungkapan Penghubung
Dalam
bahasa Indonesia, ungkapan penghubung dibedakan atas dua jenis, yaitu ungkapan
penghubung intrakalimat dan antar kalimat. Yang pertama berfungsi menghubungkan
unsur-unsur didalam suatu kalimat, sedangkan yang kedua berfungsi menghubungkan
kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Yang termasuk ungkapan penghubung
intrakalimat, antara lain baik ... maupun
...,bukan ..., melainkan ..., antara ..., dan .... Pasangan tersebut
sifatnya tetap. Pasangan baik adalah
maupun, pasangan bukan adalah melainkan, dan pasangan antara adalah dan. Perhatikan contoh-contoh penggunaannya.
Penggunaan
yang Tidak baku
1) Baik yang
merah ataupun yang putih, sama saja
kualitasnya.
2) Yang
saya maksud bukan adiknya tetapi kakaknya.
3) Antara Rina
dengan Rini sulit dibedakan.
Penggunaan
yang Baku
1) Baik yang
merah maupun yang putih, sama saja
kualitasnya.
2) Yang
saya maksud bukan adiknya melainkan kakanya.
3) Antara Rina
dan Rini sulit dibedakan.
C. Penggunaan Tanda Baca
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penggunaan tanda baca
menyangkut beberapa diantaranya yang akan dibahas yaitu:
3.1
Tanda Titik (.)
a. Tanda
titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh:
-Wayan pergi ke Yogyakarta.
-Biarlah
mereka ikut semua.
-Budi
menanyakan kapan adiknya datang.
b.
Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:
-A. M. Sangaji
-Muh.
Thaif
c.
Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
- Ir. Insinyur Prof. Profesor
-
dr.
Dokter Sdr Saudara
-
Dr.
Doktor S.H Sarjanan Hukum
-
Kep.
Kepala S.E Sarjana
Ekonomi
d.
Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum.
Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanyan dipakai satu
tanda titik.
Contoh: - a.n. atas nama dsb. dan sebagainya
- u.b. untuk beliau dll. dan lain-lain
- u.p. untuk perhatian tgl. tanggal
- dkk. dan kawan-kawan hlm. Halaman
e.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik untuk
menunjukkan waktu.
Contoh:
- pukul 6.25.10 (pukul 6 lewat 25 menit 10 detik)
f.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, detik yang menunjukkan
jangka waktu.
Contoh: - 6.25.10 jam (6 jam, 25 menit, 10
detik)
g.
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya
yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh: - Kartika lahir pada tahun 1959 di
Denpasar.
- Pesawat
itu bernomor 287407.
h.
Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal
kata atau suku kata, atau gabungan kata, atau yang terdapat didalam akronim
yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh: - ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
-
DPR Dewan
Perwakilan Rakyat
-
Ormas organisasi
masyarakat
-
Sekjen Sekretaris
Jendral
-
tilang bukti
pelanggaran
i.
Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran,
takaran, timbangan dan mata uang.
Contoh: - Ca Kalsium
-
TNT Trinitroluena
-
15 cm Panjangnya
15 cm
-
10 kg Andi
membeli 10 kg gula pasir.
-
Rp 5.000,00 Harganya Rp 5.000,00 termasuk pajak
j.
Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau
kepala ilustrasi yabe, dan sebagainya.
Contoh: - Acara Kunjungan Gubernur Beratha
-
Layar Terkembang
k.
Tanda titik tidak dipakai dibelakang alamat pengirim dan tanggal surat atau
nama dan alamat penerima surat.
Contoh: - Jalan Kenanga 17 Singaraja
-
1 Oktober 2005
-
Yth. Sdr. Ayu
Jalan
Tukad Bilok 29
Denpasar
l.
Tanda titik tidak dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagian,
ikhtisar, atau daftar.
Contoh:- III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal
Pembangunan Masyarakat Desa.
B. Direktorat Jenderal
Agraria Penyiapan Naskah:
1. Patokan Umum
1.1 Isi
Karangan
1.2
Ilustrasi
1.2.1
Gambar Tangan
1.2.2
Tabel
1.2.3
Grafik
3.2
Tanda Koma (,)
a.
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Contoh:
- Sinta membeli buku, pena, dan penggaris.
b.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnyayang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Contoh:
- Pak Suta bukan ayah saya, melainkan ayah
Joni.
- Saya
ingin datang, tetapi hari ini masih
hujan.
c.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan antara kalimat dari induk kalimat apabila
anak kalimat tersebut mendahului induk kalimat.
Contoh: - Kalau hari hujan, saya tidak akan
datang.
- Karena
sibuk, ia lupa akan janjinya.
d.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimatdari induk kalimat apabila
anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh: - Saya tidak akan datang kalau hari
hujan.
- Dia
mengatakan bahwa hal itu sangat penting.
e.
Tanda koma dipakai dibelakang ungkapan atau kata penghubung antara kalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya,oleh karena itu, jadi, lagipula, begitu, akan tetapi.
Contoh: - Oleh karena itu, kita harus
berangkat sekarang.
- Jadi,
kita sekarang harus rajin belajar.
f.
Tanda koma dipakai di belakang kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan,yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh: - O,begitukah caranya?
- Wah,
bukan main hebatnya!
g.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Contoh: - Kata ayah, “Saya senang sekali.”
- “Saya
senang sekali,”kata ayah,”karena kamu telah lulus.”
h.
Tanda koma dipakai diantara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan
tanggal, nama tempat dan wilayahatau negri yang ditulis berurutan.
Contoh:
- Bpk. Budi Santoso, Jalan Langsep2, Malang.
- Jakarta, 10 September 2004
- Surat-surat
harap dikirim kepada Dekan Fakultas Hukum, Universitas airlangga, Jalan
Airlangga4, Surabaya.
i.
Tanda koma dipakai diantara tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun
penerbitan.
Contoh: - Tejakusuma, Sudono,
S.H., Sudahkah Kita Pandai Berbahasa Indonesia?, Surabaya, Indah, 2004.
j.
Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Contoh: -Siregar,
Merari. Azabdan Sengsara, Balai Poestaka, Weltervreden, 1920.
k.
Tanda koma dipakai diantara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya,
untuk membedakan dari singkatan nama keluargaatau marga.
Contoh: - Ruhut Sitompul, S.H.
- Ny. Maya Rumantir, M.Sc
l.
Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan di antara rupiah dan sen dalam
bilangan.
Contoh: - 12,76 kg
- Rp 15,50
m.
Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi.
Contoh: - Guru saya, Pak Umar Bakri, pandai sekali.
- Di daerah kami, misalnya,
masih banyak orang yang makan nasi jagung
di musim panas.
n.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat apabila petikan langsung tersebut berakhir dengan tanda tanya
atau seru, dan mendahului bagian lain dalam kalimat itu.
Contoh: - “Kemana kamu akan pergi? Tanya
Gatot.
- “Larilah yang cepat!” perintah.
3.3
Tanda Titik Koma (;)
a.
Tanda titik koma dapat dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara.
Contoh: - Malam semakin larut; kami belum
juga tidur.
b.
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: - Ayah bekerja di Kantor Pertanian;
ibu mengajar di SMP Negeri; adik
belanja di Pasar Seni; saya
sendiri membersihkan rumput di halaman
rumah.
3.4
Tanda Titik Dua (:)
a.
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.
Contoh: - Yang sedang kita butuhkan sekarang
adalah barang-barang yang berikut:
meja, kursi, bangku, almari,
dan papan tulis.
b.
Tanda titik dua dipakai sesudah ungkapan atau yang memerlukan pemerian.
Contoh:
- Ketua : Subrata
Sekretaris : E. Sulistyaningsih
Bendahara : Budi Astini
- Hari : Senin
Tanggal : 22 Januari 1999
Jam : 9.00 pagi
Tempat :
Jalan Melati 29 Surabaya
Acara
: Rapat Tahunan
c.
Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Contoh: - Ayah : “Keluarkan mobil itu segera, Dul!”
Dullah : “Baik, Pak.”
Ayah : “Jangan lupa mencuci, dan bersihkan!”
d.
Tanda titik dua tidak dipakai kalau
rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh: - Kita sekarang memerlukan kursi,
meja, almari, bangku, dan papan tulis.
e.
Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab
dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau di antara judul dan anak judul suatu
karangan.
Contoh: - Sarinah, II (1976), 38: 5
- Surah Al-Baqarah: 28
- Karangan Idrus, Kisah Sebuah
Celana Pendek: Celana Kepar, Made in
Italia.
3.5
Tanda Hubung (-)
a.
Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran
dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Contoh: - ... cara yang baik meng-
ambil udara.
- ... cara baru untuk
me-
Nukur panas.
b. Tanda hubung
menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh: - anak-anak berulang-ulang
Lauk-pauk bersama-sama
c. Tanda hubung
menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Contoh: s-e-k-o-l-a-h
9-7-1987
d. Tanda hubung dapat
dipakai untuk memperjelas hubungan bagianbagian ungkapan.
Contoh: - ber-evolusi dengan ber-revolusi
- Istri-guru yang ramah dengan istri guru- yang ramah
e. Tanda hubung dipakai
untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital, ke- dengan angka, angka dengan- an, dan singkatan huruf kapital dengan
imbuhan atau kata.
Contoh: - se-Jawa Timur KTP-nya
nomor 1768 A
- se-Indonesia sinar-X
- hadiah ke-3 tahun 90-an
f. Tanda hubung dipakai
untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh: - di-export
- me-recrut
3.6 Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya dipakai
pada akhir kalimat tanya.
Contoh: - Kapan kamu berangkat?
- Rama sudah pulang?
b. Tanda tanya dipakai
di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau
kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh: - Raminra dilahirkan tahun 1962?
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Pembicaraan masalah ejaan meliputi
tiga hal pokok. Tiga hal pokok tersebut adalah penulisan huruf, penulisan kata,
dan pemakaian tanda baca. Penulisan huruf menyangkut penulisan huruf besar atau
huruf kapital dan penulisan huruf miring.
Kata dasar ditulis sebagai satu
satuan yang berdiri sendiri, sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan,
sisipan, atau akhiran) dituliskan serangkai dengan kata dasarnya. Kalau
gabungan kata, hanya mendapat awalan atau akhiran saja, awalan atau akhiran itu
dituliskan serangkai dengan kata yang bersangkutan saja.
Pemakaian tanda baca dalam Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan mencangkup diantaranya pengaturan (1) tanda
titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda
hubung, (6) tanda tanya.
B. Saran
Untuk menuliskan bahasa tulis baku, kita harus
menggunakan pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan agar tercipta
tulisan yang baik dan benar.
PUSTAKA
Putrayasa, I.B. 2005. Aplikasi Bahasa Indonesia. Singaraja: IKIP Singaraja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar