A. Pendahuluan
Pulau Bali merupakan salah satu daerah Indonesia
yang memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak. Seiring dengan berjalannya
waktu, jumlah penduduknya pun semakin meningkat pula. Menurut sensus penduduk
tahun 2010, jumlah penduduk provinsi Bali yaitu 3.890.757 jiwa. Jumlah penduduk
yang cukup banyak ini, membuat pembangunan-pembangunan yang terjadi pada
lahan-lahan yang tersedia banyak dilakukan pula karena kebutuhan penduduk akan
tempat tinggal.
Pada umunya, dataran rendah merupakan salah satu
tempat yang menjadi pusat-pusat pembangunan punduduk baik tempat untuk tempat
tinggal maupun untuk mendirikan tempat usaha, sehingga tempat tersebut menjadi
cukup padat. Daerah Bali bagian selatan merupakan dataran yang luas, daerah ini
khususnya di Kecamatan Mengwi merupakan dataran aluvial yang meluas sampai
pantai selatannya. Terdapat cukup banyak pembangunan yang telah dilakukan
penduduk di wilayah ini.
Mengwi merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Badung. Kecamatan Mengwi yang berada di bagian selatan pulau Bali
memiliki luas 82 Km² dengan pembagian kelurahan/desanya yaitu Abianbase, Baha, Buduk, Cemagi, Gulingan, Kapal, Kekeran, Kuwum, Lukluk, Mengwi, Mengwitani, Munggu, Penarungan, Pererenan, Sading, Sembung, Sempidi, Sobangan, Tumbak Bayuh, Werdi Bhuwana. Dari 5 kelurahan dan 15 desa yang ada di Kecamatan
Mengwi ini, terdapat 3 desa yang berada di kawasan pesisir dari bagian selatan
Pulau Bali yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yaitu Desa Cemagi, Desa
Munggu, dan Desa Pererenan.
Kawasan pesisir yang ada di Kecamatan Mengwi ini merupakan daerah yang
rawan dengan bahaya tsunami dikarenakan letaknya yang berhadapan langsung
dengan Samudera Hindia yang mana terdapat zona subduksi antara lempeng Eurasia
dan lempeng Indo-australia.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan paper
ini yaitu sebagai berikut:
1.
Menjelaskan tentang pengertian tsunami.
2.
Mendeskripsikan resiko bahaya tsunami
bagi penduduk di kawasan pesisir
Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
3.
Menjelaskan upaya mitigasi pengurangan
resiko dari bahaya tsunami di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi, Kabupaten
Badung.
C. Isi/ Hasil
1. Pengertian
Tsunami
Kata tsunami berasal dari istilah Jepang, “nami”
yang berarti gelombang dan “tsu” yang mengacu pelabuhan atau secara harfiah
tsunami yaitu gelombang pelabuhan. Tsunami merupakan serangkaian gelombang yang
diakibatkan gangguan atau pergeseran dasar lautan secara vertikal dan
tiba-tiba. Yang paling banyak terjadi adalah gangguan di dasar laut yang bisa
menimbulkan tsunami disebabkan gempa bumi di dasar laut. Berikut akan
dijelaskan beberapa karakteristik dari tsunami:
a.
Proses Terjadinya Tsunami
Bumi terdiri dari tiga lapisan utama yaitu inti,
mantel, dan kerak. Kerak bumi terpecah-pecah menjadi 12 lempeng,
lempeng-lempeng ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu lempeng samudera yang tertutup
samudera yang luas dan lempeng benua yang muncul sebagai daratan-daratan.
Lempeng-lempeng ini padat dan mengapung di atas mantel bumi yang tersusun atas
lelehan magma. Inti bumi yang memiliki suhu yang tinggi, menyebabkan terjadi
arus konveksi pada mantel bumi. Akibatnya, lempeng-lempeng yang mengapung
diatas mantel ini ikut bergerak mengikuti pergerakan arus konveksi di bawahnya.
Lempeng-lempeng yang bertabrakan ini akan saling menekan, sehingga menimbulkan
patahan dan retakan.
Patahan lempeng ini dapat menyebabkan sembulan
lempeng secara tiba-tiba. Jika sembulan tersebut terjadi di dasar laut, hal ini
dapat mengakibatkan gangguan kesetimbangan air laut sehingga terbentuklah
rangkaian gelombang yang menyebar ke segala arah yang disebut dengan gelombang
tsunami.
Sebuah gempa dapat menimbulkan kemungkinan tsunami
jika:
·
Magnitude SR 7,0 atau lebih
·
Kedalaman kurang dari 70 km
·
Dan lokasi gempa berada di bawah laut
b.
Beberapa tanda peringatan alam akan kejadian tsunami:
·
Getaran/ guncangan bumi
·
Air laut surut secara tiba-tiba
·
Binatang-binatang melarikan diri dari
daerah pesisir
·
Bau-bau yang sangat kuat bertiup kearah
pantai
·
Hembusan angin yang kuat dari laut ke
pantai
·
Suara yang menggelegar yang mirip dengan
suara pesawat terbang atau kereta api dapat terdengar
c.
Ciri-ciri Tsunami
Kecepatan rambatan gelombang tsunami
dapat mencapai hingga 900km/jam ketika melewati laut yang dalam. Tinggi
gelombangnya menjadi sangat rendah, hanya beberapa cm saja. Ketika melewati
laut yang dangkal atau mendekati daratan, kecepatan rambatan gelombang
berkurang hingga mencapai 30 sampai 40 km/jam. Akibatnya terjadi penumpukan
volume air yang luar biasa besar, gelombang tsunami menjadi terlihat seperti
dinding air raksasa yang tingginya bisa mencapai lebih dari 30 meter.
Tsunami merupakan serangkaian
gelombang. Gelombang pertama biasanya bukanlah gelombang yang terbesar.
Gelombang yang paling mematikan datang beberapa saat berikutnya. Gelombang
tsunami yang membawa materi seperti pohon, bahan bangunan, mobil dll) dapat membawa
dampak kerusakan dan korban yang lebih parah (GTZ IS-GITEWS, 2008).
2.
Analisis Resiko Bahaya Tsunami bagi Penduduk di Kawasan Pesisir Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung
Kecamatan
Mengwi terletak di bagian selatan Pulau Bali dan menjadi pusat pemerintahan
dari Kabupaten Badung. Di kecamatan ini pembangunannya sudah cukup padat pada
setiap wilayah yang ada, begitu pula dengan kawasan pesisir yang ada di bagian
selatan dari Kecamatan Mengwi.
Daerah yang termasuk kawasan pesisir
di kecamatan ini yaitu Desa Pererenan (4,46 Km²), Desa Munggu (5,49 Km²), dan
Desa Cemagi(4,58 Km²). Di ke tiga desa ini,
jumlah rumah penduduk yang telah di bangun cukup padat. Selain itu, kawasan ini
merupakan objek-objek wisata yang cukup banyak di kunjungi oleh wisatawan baik
lokal maupun mancanegara. Tempat wisata yang ada di daerah ini yaitu Pantai
Pererenan, Pantai Seseh, dan Pantai Mengening. Di tempat tersebut, telah banyak
didirikan bangunan yang berkaitan dengan pariwisata seperti villa, resort, dan sebagainya.
Di kawasan pesisir ini merupakan daerah yang rawan
terkena dampak langsung dari tsunami. Hal ini dikarenakan di Samudera Hindia,
yaitu beberapa ratus kilometer di selatan Bali, terletak zona tumbukan lempeng
tektonik di bumi, yang merupakan area utama sumber gempa bumi yang berpotensi
tsunami.
Diperkirakan bahwa gelombang tsunami yang berasal
dari area subduksi antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia ini hanya
memerlukan waktu 30 menit hingga 60 menit untuk mencapai pantai. Sehingga kawasan
pesisir di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung yang berada di bagian selatan
dari Pulau Bali ini akan cepat pula
terkena dampak langsung dari gelombang tsunami yang terjadi.
Gambar 01: Area sumber tsunami di sekitar Bali
|
Gambar 02.
Peta bahaya tsunami pada skala 1:100.000
Pada gambar peta diatas, wilayah yang di kotakkan merupakan
daerah yang diprediksi terkena dampak tsunami dari sumber gempa yang
bermagnitude 9 SR. Wilayah yang dikotakkan tersebut, merupakan kawasan pesisir
yang ada di bagian selatan Kecamatan Mengwi yaitu yang meliputi Desa Pererenan,
Desa Munggu, dan Desa Mengening. Pada kawasan yang diprediksi mempunyai potensi
terkena dampak tsunami yang terjadi, di kawasan ini telah mengalami pembangunan
yang cukup pesat, seperti pembangunan rumah-rumah penduduk, jalan, villa, dan lainnya.
Bangunan yang paling dekat letaknya dengan daerah pantai adalah
bangunan-bangunan penunjang kepariwisataan seperti villa dan restaurant.
Bangunan ini tersebar dekat dengan daerah wisata yang ada di Kecamatan Mengwi seperti
Pantai Pererenan, Pantai Seseh, dan Pantai Mengening.
Berikut uraian dari
element-element yang diberikan angka pada gambar di atas:
1. Bangunan
Bangunan adalah
konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/
atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha, dan tempat yang diusahakan
(Siti Resmi, 2008). Perkembangan pembangunan yang ada di kawasan pesisir
Kecamatan Mengwi selain dipergunakan sebagai rumah penduduk juga dimanfaatkan
sebagai tempat usaha wisata dan lainnya. Berikut akan diuraikan beberapa jenis
bangunan yang ada di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi, fasilitas pendukungnya,
dan termasuk manusia yang ada didalamnya.
a. Fasilitas wisata
Pantai Mengening di
Desa Cemagi, Pantai Seseh di Desa Munggu, dan Pantai Pererenan yang ada di Desa
Pererenan merupakan objek wisata pantai yang ada di Kecamatan Mengwi yang telah
banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Pada
perkembangannya, untuk mendukung potensi wisata yang ada maka di kawasan ini
telah dibangun berbagai fasilitas wisata. Saat ini telah terdapat 106 villa, 22 guest house, 5 resort,
106 rumah liburan, 11 holiday park,
dan 2 homestay yang dibangun
disepanjang kawasan pesisir yang ada di Kecamatan Mengwi ini.
Gambar 04. Restoran Ombak Cafe di Desa Pererenan
Gambar 05. Villa Arika di Desa Pererenan
b. Rumah Penduduk
Rumah merupakan tempat
yang digunakan penduduk untuk berlindung dari berbagai fenomena alam seperti
dari terik sinar matahari, hujan dan sebagainya. Di ketiga desa yang ada di
bagian paling selatan Kecamatan Mengwi yang memiliki kawasan pesisir ini telah
dibangun banyak tempat tinggal oleh penduduk sekitar. Jumlah tempat tinggal
yang ada di Desa Cemagi yaitu 1.094, Desa Munggu 1.316, dan Desa Pererenan 613.
Rumah-rumah yang dibangun di kawasan pesisir dari ketiga desa ini memiliki
potensi terkena dampak kerusakan akibat dari jika terjadinya gelombang tsunami
di Pulau Bali bagian selatan ini. Rumah para penduduk ini memiliki kerawan
tergenang oleh air laut yang mencapai kedaratan pada saat terjadi gelombang
tsunami.
c. Fasilitas telekomunikasi, listrik,
dan air bersih
Gelombang tsunami yang
menerjang di kawasan pesisir dapat merusak bangunan dan berbagai fasilitas yang
ada didalamnya, seperti merusak fasilitas telekomunikasi dan saluran listrik.
Selain itu, sumber mata air yang ada juga akan ikut tercemar jika terkena
genangan air laut serta material-material yang dibawa gelombang tsunami.
Berdasarkan data yang
ada, terdapat banyak sumber mata air di ketiga desa yang ada di bagian selatan
Kecamatan Mengwi. Sumur di Desa Cemagi berjumlah 652 dan 27 mata air, sumur
yang ada di Desa Munggu yaitu 770 dan 95 mata air, sumur di Desa Pererenan
berjumlah 205 dan terdapat 52 mata air (Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung,
2012). Jika sumber-sumber ini terkena dampak gelombang tsunami maka untuk
beberapa waktu akan tidak dapat dimanfaatkan.
d. Penduduk
Pada akhir tahun 2011, jumlah penduduk di Desa
Cemagi yaitu 5.158 orang, di Desa Munggu 6.274 orang, dan di Desa Pererenan
3.063 orang (Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung, 2012). Sebagian dari
penduduk tersebut bekerja sebagai nelayan, petani, dan pengelola villa dan restoran yang ada di kawasan
pesisir Kecamatan Mengwi. Penduduk ini dapat terkena dampak jika terjadi
gelombang tsunami. Jika tidak terdapat antisipasi peringatan dini dan
pengetahuan yang kurang terhadap tanta-tanda datangnya gelombang tsunami maka
penduduk yang sedang berkerja di kawasan pesisir maupun pengunjung objek wisata
pantai yang ada dikawasan pesisir Kecamatan Mengwi ini kemungkinan akan menjadi
korban dari terjangan gelombang tsunami yang terjadi.
.
2. Perahu penangkap ikan
Desa yang memiliki
penduduk yang berprofesi sebagai nelayan di Kecamatan Mengwi adalah Desa
Munggu. Hal ini dikarenakan Desa Munggu yang memiliki wilayah pantai. Namun,
tidak semua penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Setiap nelayan yang ada di
desa ini memiliki perahu sendiri yang digunakannya melaut untuk menangkap ikan.
Perahu para nelayan,
jika tidak sedang dipakai ditempatkan di Pantai Seseh, hal ini bertujuan agar
nalayan dapat dengan mudah memindahkan perahunya ke laut jika dipergunakan.
Perahu para nelayan ini menjadi salah satu
Gambar 06. Perahu milik nelayan di Pantai Seseh
komponen yang terkena dampak jika
terjadi gelombang tsunami. Dampaknya yaitu dapat berakibat terjadinya kerusakan
pada perahu karena dihantam langsung maupun hanyut kelaut dibawa oleh gelombang
tsunami yang terjadi.
3. Jalan
Jalan merupakan
prasarana yang penting bagi manusia. Jalan menjadi sangat penting dikarenakan
fungsinya yang dapat memberikan kemudahan untuk terjadinya akses menuju tempat
satu dengan tempat yang lainnya. Adanya manfaat kemudahan akses ini membuat
jalan menjadi kubutuhan utama pada setiap daerah.
Di Kecamatan Mengwi,
telah terdapat beberapa jalan yang dibuat untuk memudahkan baik warga lokal
maupun pengunjung dari berbagai wilayah untuk dapat mengunjungi objek wisata
pantai yang ada, seperti jalan menuju ke Pantai Pererenan. Jalan ini menjadi
salah satu komponen yang dapat terkena dampak jika terjadi gelombang tsunami di
kawasan pesisir Kecamatan Mengwi.
Dampak yang ada dapat
seperti terputusnya akses jalan akibat dari tertimbun material-material yang
dibawa oleh gelombang tsunami. Material ini
Gambar 07. Jalan di Desa Pererenan
dapat berupa bahan-bahan bangunan maupun
tumbuhan-tumbuhan yang yang tumbang. Akibatnya, jalan yang terkena dampat ini
tidak dapat berfungsi jika tidak dibenahi.
4. Sawah
Sawah adalah lahan usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan rata, dibatasi
oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman budidaya lainnya (wikipedia, diakses pada tanggal 22
Oktober 2013)
Berdasarkan data yang ada, pada keadaan akhir tahun
2011 Desa Cemagi (4,58 Km²) memiliki luas sawah yaitu 345 Ha, Desa Munggu (5,49
Km²) dengan luas sawah 407 Ha, Desa Pererenan (4,46 Km²) dengan luas sawah 243
Ha. Total luas sawah yang dimiliki oleh ketiga desa yang ada di bagian selatan
di Kecamatan Mengwi ini adalah 995 Ha (Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung,
2012).
Pada sawah-sawah di desa ini, dari total keseluruhan
sawah yang ada, sebagain besar dipergunakan sebagai pertanian padi. Pertanian
padi yang ada di bagian paling selatan dari ketiga desa ini berpeluang lebih
besar terkena dampak jika terjadi gelombang tsunami. Pertanian padi yang ada di
ketiga desa ini dapat mengalami kerusakan jika terjadi gelombang tsunami pada
pantai disekitarnya. Dampak kerusakan dapat seperti terjadinya gagal panen
akibat padi-padi yang telah rusak akibat diterjang gelombang tsunami.
.
3.
Upaya Mitigasi Pengurangan Resiko dari Bahaya Tsunami di Kawasan Pesisir
Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung
Secara umum, upaya untuk mengurangi resiko jika
terjadi gelombang tsunami yaitu adanya:
·
Pengetahuan tentang bahaya tsunami
·
Peringatan dini tsunami
·
Rencana reaksi
1)
Pengetahuan tentang bahaya tsunami
Masyarakat perlu untuk memahami tentang bahaya
tsunami. Pemahaman ini penting dilakukan agar masyarakat dapat melakukan
tindakan yang tepat guna mengurangi resiko jika terjadi tsunami. Pengetahuan
yang diperlukan tentang bahaya tsunami ini meliputi tanda-tanda/gejala jika
akan terjadi tsunami setelah didahului oleh adanya gempa bumi. Selain itu,
diperlukan pula pengetahuan tentang besarnya dampak yang akan terjadi jika ada
tsunami.
Pemerintah daerah dapat memberikan sosialisasi/
penyuluhan kepada penduduk yang ada di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi maupun
wilayah lain yang ada disekitarnya. Hal ini bertujuan agar penduduk yang ada di
kawasan pesisir ini baik yang sedang berkunjung ke objek wisata pantai maupun
penduduk yang sedang bekerja dapat segera menghindar jika merasakan tanda-tanda
akan terjadi tsunami dan juga penduduk akan segera menghindar karena telah
mengetahui dampak yang akan terjadi.
2)
Peringatan dini tsunami
Tsunami di Indonesia hanya memerlukan waktu yang
singkat untuk mencapai daratan yaitu sekitar 40 menit. Singkatnya waktu tempuh
ini mengharuskan baik pemerintah maupun penduduk harus bertindak cepat jika
akan terjadi tsunami untuk mengurangi resiko. Komponen-komponen yang berperan
dalam peringatan dini tsunami ini adalah pemerintah pusat, pemerintah daerah
dan penduduk yang beresiko itu sendiri.
·
Pemerintah pusat yang dimaksud ialah
badan pengamat yang bertugas memantau adanya tanda/gejala potensi tsunami pada
suatu tempat yaitu BMKG pusat yang ada di Jakarta. Badan ini berwenang untuk
mengirimkan informasi jika terjadi potensi tsunami ke pemerintah daerah maupun
langsung menyebar luaskan pada penduduk yang beresiko melalui media saluran
seperti internet, televisi, dan radio. Pemerintah pusat hanya memberikan
informasi tentang potensi tsunami dan tidak memberikan arahan untuk melakukan
evakuasi.
·
Pemerintah daerah ini adalah yang
berwenang memberikan keputusan apakah diperlukan adanya evakuasi atau tidak.
Pemerintah daerah seperti PUSDALOPS memiliki tanggung jawab penuh terhadap
keselamatan penduduk yang ada di daerahnya.
·
Penduduk yang beresiko yaitu penduduk
suatu daerah yang memiliki potensi terkena dampak jika terjadi tsunami.
Penduduk yang beresiko ini harus mengikuti arahan yang di berikan oleh
pemerintah daerah. Oleh karena itu, penduduk yang beresiko seperti penduduk
yang ada di kawasan pesisir maupun yang sedang berada di kawasan pantai di
Kecamatan Mengwi harus segera melakukan tindakan yang tepat jika mendapat
peringatan dini tsunami.
Peringatan dini tsunami ini memerlukan suatu alat
yang dipakai untuk memperingatkan penduduk yang beresiko, alat ini dapat berupa
serine BMG yang dapat dengan langsung memberikan perintah evakuasi jika akan
terjadi tsunami. Namun, untuk di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi ini belum
terdapat serine BMG. Oleh karena itu, pemerintah daerah baik di tingkat
provinsi, kabupaten, maupun kecamatan perlu untuk memasang alat peringatan ini
agar penduduk yang ada di sekitarnya dapat segera mengambil tindakan setelah
mendapat peringatan evakuasi dari pemerintah daerah.
Selain memasang alat peringatan dini, pemerintah
daerah juga harus memberikan sosialisasi kepada penduduk yang ada di kawasan
pesisir Kecamatan Mengwi tentang pemahaman cara kerja alat peringatan dini yang
dipasang. Saat ini, upaya yang telah dilakukan pemerintah daerah terhadap bahaya
potensi tsunami di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi adalah baru sebatas
memasang papan peringatan potensi tsunami. Papan peringatan potensi tsunami ini
hanya terdapat di Pantai Seseh.
3)
Rencana Reaksi
Upaya yang di perlukan dalam
mengurangi resiko jika terjadi tsunami adalah dengan menyiapkan rencana reaksi
dalam evakuasi. Penduduk akan segera melakukan tindakan evakuasi sesuai
prosedur jika terjadi peringatan tsunami, untuk itu diperlukan latihan atau
simulasi cara evakuasi terhadap penduduk yang ada di kawasan pesisir Kecamatan
Mengwi.
Upaya mitigasi dan pengurangan
resiko bencana tsunami yang lainnya yang dapat dilakukan di kawasan pantai
maupun kawasan pesisir di Kecamatan Mengwi yaitu:
·
Penanaman mangrove serta tanaman lainnya
sepanjang garis pantai untuk meredam gaya air tsunami.
Penanaman manggrove ini
dapat dilakukan pada beberapa tempat yang ada di Pantai Mengening, Pantai
Seseh, dan Pantai Pererenan. Penanaman dilakukan pada beberapa tempat yang
memiliki air payau yaitu pada tempat yang terdapat pertemuan air tawar dan air
laut. Meskipun penanaman mangrove ini tidak dilakukan di sepanjang garis pantai
yang ada di Kecamatan Mengwi, penanaman pada beberapa tempat sudah cukup untuk
memecah gelombang tsunami dan mengurangi daerah genangan yang lebih luas
kedaratan.
·
Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang
aman di sekitar daerah permukiman. Tempat/bangunan ini harus cukup tinggi dan
mudah diakses untuk menghindari ketinggian tsunami.
Pemerintah daerah perlu membangun tempat-tempat
evakuasi yang bangunannya cukup tinggi di beberapa tempat di kawasan pesisir
Kecamatan Mengwi agar penduduk yang beresiko terkena dampak tsunami dapat
memakainya sebagai tempat perlindungan yang dekat dan aman.
Gambar 08. Peta kawasan pantai dan pesisir di Kecamatan Mengwi
Pada gambar di atas, daerah pada kawasan pantai dan
pesisir di Kecamatan Mengwi yang di tunjukkan dengan angka merupakan daerah
yang dapat di buatkan upaya mitigasi, seperti di jelaskan pada tabel berikut.
Tabel 01. Mitigasi Potensi Tsunami di kawasan pesisir
Kecamatan Mengwi
No
|
Lokasi
|
Upaya
Mitigasi
|
1
|
Pantai
|
Penanaman
pohon mangrove sebagai pemecah
gelombang tsunami agar mengurangi genangan air tsunami ke pesisir.
|
2
|
Pesisir
|
Membangun
bangunan yang cukup tinggi sebagai tempat-tempat evakuasi yang aman dan dekat
bagi penduduk sekitar.
|
D. Penutup
1. Simpulan
Tsunami merupakan serangkaian gelombang yang
diakibatkan gangguan atau pergeseran dasar lautan secara vertikal dan
tiba-tiba. Di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi merupakan daerah yang rawan
terkena dampak langsung dari tsunami. Element yang beresiko terkena tsunami di
kawasan ini yaitu diantaranya fasilitas wisata, rumah penduduk, sumber air,
penduduk, perahu penangkap ikan, jalan, dan sawah.
Upaya mitigasi untuk mengurangi resiko tsunami di
kawasan pesisir Kecamatan Mengwi yaitu dapat dilakukan dengan memberikan
sosialisasi tentang dampak tsunami dan cara evakuasi jika terjadi tsunami serta
pembangunan alat-alat peringatan dini tsunami, bangunan tahan tsunami, dan
penanaman pohon mangrove di beberapa tempat yang ada dikawasan ini.
2. Saran
Pemerintah
daerah baik di tingkat provinsi, kabupaten, maupun kecamatan harus segera
melakukan upaya mitigasi baik secara struktural maupun nonstruktural untuk
mengurangi resiko jika terjadi tsunami di kawasan pesisir Kecamatan Mengwi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan
Pusat Statistik Kabupaten Badung. 2012. Kecamatan
Mengwi Dalam Angka 2012. Denpasar: Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung.
BPS
Provinsi Bali. 2011. Penduduk
Provinsi Bali Menurut Kelompok Usia Hasil Sensus Penduduk 2010. http://bali.bps.go.id/.
Diakses tanggal 5 Oktober 2013
DLR
/ GTZ. 2010. Dokumen Teknis Peta Bahaya Tsunami Bali. Denpasar: Kelompok Kerja Bali untuk Pemetaan Bahaya Tsunami.
GTZ
IS-GITEWS. 2008. Buku Pedoman Oprasional
Peringatan Dini Tsunami dalam INA-TEWS untuk PUSDALOPS Provinsi dan Kabupaten
di Bali. Denpasar: PUSDALOPS
Resmi,
Siti. 2008. Perpajakan: Teori dan Kasus
Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
Tempat mana yang paling aman kami tuju dengan waktu kurang dari 30 menit setelah gempa yang berpotensi tsunami? Mohon penjelasannya
BalasHapus