Rabu, 07 Agustus 2013

Identifikasi Pusat-Pusat Pertumbuhan


Pusat pertumbuhan (growth pole) adalah suatu wilayah atau kawasan
yang pertumbuhan pembangunannya sangat pesat jika dibandingkan
dengan wilayah lainnya sehingga dapat dijadikan sebagai pusat pembangunan
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
wilayah lain di sekitarnya. Jika Anda amati berbagai wilayah di dunia,
Anda dapat melihat pertumbuhan wilayah yang berbeda-beda.
Pertumbuhan pembangunan yang dimaksud dalam uraian ini adalah
tingkat pertumbuhan dan perkembangan fisik wilayah maupun sosial
budaya yang ditunjukkan oleh kemajuan, penambahan, atau peningkatan
sarana dan prasarana di berbagai bidang kehidupan. Misalnya, pendidikan,
kesehatan, perekonomian, kependudukan, maupun infrastruktur lainnya
dari suatu waktu ke waktu berikutnya.
Wilayah yang mengalami pertumbuhan tidaklah merata terjadi di
seluruh bagian penjuru dunia tetapi hanya terjadi pada wilayah-wilayah
tertentu. Hal ini terjadi karena pengaruh keadaan sumber daya alam,
sumber daya manusia, jaringan transportasi dan komunikasi, serta
keadaan dan letak wilayah yang berbeda.
Pertumbuhan ataupun perkembangan suatu wilayah dapat diidentifikasi
melalui pusat-pusat zpertumbuhan. Untuk mengidentifikasi
pusat-pusat pertumbuhan dapat dilakukan dengan Identifikasi Potensi
Wilayah, Teori Tempat Sentral (Central Place Theory) dan Teori Kutub
Pertumbuhan (Growth Poles Theory).

1. Pusat Pertumbuhan Berdasarkan Potensi Wilayah
Setiap wilayah memiliki potensi yang berbeda-beda. Potensi suatu
wilayah dapat dilihat dari berbagai aspek, baik aspek fisik maupun sosial
budaya yang terdapat di wilayah tersebut.
Dalam mengidentifikasi potensi suatu wilayah agar menjadi pusat
pertumbuhan dapat dilakukan dengan cara menginventarisir potensi
utama yang ada di daerah tersebut. Misalnya, Pulau Bali merupakan suatu
wilayah yang memiliki potensi utama wisata alam dan sosial budaya. Pulau
Bali dapat berkembang menjadi pusat pertumbuhan dengan cara memacu
perkembangan sektor lainnya, terutama industri cinderamata, perdagangan,
transportasi, perhotelan, dan usaha jasa lainnya. Pada akhirnya diharapkan
dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan wilayah-wilayah di sekitarnya
terutama pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara
Timur yang pada awalnya relatif kurang berkembang.

2. Pusat Pertumbuhan Berdasarkan Teori TempatSentral (Central Place Theory)
Teori tempat yang sentral (Central Place Theory) dikemukakan oleh seorang
ahli geografi Jerman bernama Walter Christaller. Dalam bukunya Die Zentralen
Orte In Suddeutschland (1933), Christaller bermaksud menemukan berbagai
dalil atau kecenderungan yang menentukan jumlah, besar, dan penyebaran
kota dalam lingkungan. Teori tempat yang sentral merupakan pengembangan
teori perkembangan kota yang sebelumnya telah ada, yaitu teori letak industri
dari Alfred Webber (1909) dan lokasi pertanian dari von Thunenn (1826). Teori
yang dikemukakan oleh Christaller ini bertitik tolak dari letak perdagangan dan
pelayanan dalam sebuah kota.
Menurut Chistaller, kota sentral merupakan pusat bagi daerah
sekitarnya yang menjadi penghubung perdagangan dengan wilayah lain.
Selanjutnya, Christaller menyebutkannya sebagai tempat sentral karena
tempat yang sentral tersebut tidaklah semata-mata hanya bergantung
kepada aspek permukiman penduduk. Tempat yang ditunjukkan tersebut
dapat lebih besar atau mungkin lebih kecil daripada sebuah kota. Apabila
sebuah tempat mempunyai berbagai fungsi sentral untuk daerah-daerah
di sekitarnya yang kurang begitu penting, daerah tersebut dinamakan
tempat sentral tingkat tinggi. Adapun sebuah tempat yang hanya merupakan
pusat bagi kegiatan setempat dinamakan tempat sentral rendah
atau tingkat paling rendah.
Perkembangan tempat-tempat sentral bergantung pada konsumsi
barang yang terjadi di tempat sentral tersebut. Besar kecilnya konsumsi
barang di tempat sentral tersebut dipengaruhi oleh distribusi, kepadatan
dan struktur penduduk, permintaan dan penawaran, dan harga barang,
karakter fisik daerah, serta pengangkutan.
Konsumsi barang di tempat sentral akan berkurang apabila perkembangan
pusat-pusat sentral tersebut tidak berkembang. Di daerahdaerah
pertanian yang terpencar, pertumbuhan tempat sentral tingkat
tinggi akan jauh lebih berkembang daripada tempat sentral tempat
rendah. Selain itu, apabila jumlah penduduk di tempat sentral tersebut
lebih padat dan diikuti oleh pendapatan yang lebih merata, akan berakibat
pada konsumsi barang di tempat sentral yang lebih tinggi.
Permintaan, penawaran, dan harga suatu barang memegang peranan
dalam pola konsumsi barang. Semakin luas daerah pelengkap dan semakin
tinggi jumlah kepadatan penduduknya, semakin kuatlah tempat-tempat
sentral tersebut. Semakin baik sarana angkutan, semakin kuat kedudukan
sebuah tempat sentral.
Dalam memahami distribusi barang di tempat sentral, terdapat perbedaan
jarak keterjangkauan barang yang dibedakan ke dalam batas atas
dan batas bawah. Batas atas adalah jarak terjauh yang harus ditempuh
penduduk untuk membeli barang di tempat sentral tertentu. Batas bawah
atau nilai minimum adalah jarak sebuah daerah yang dihuni sejumlah
minimum orang agar barang tersebut memberikan keuntungan.
Dalam memahami tempat-tempat sentral, haruslah terlebih dahulu melihat
jangkauan barang-barang sentral tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa sistem
tempat sentral tersebut dikuasai oleh asas pasar. Dalam arti, semua daerah harus
dilengkapi dengan barang-barang yang diperlukan dan lokasi tempattempat
sentral harus sesedikit mungkin.
Menurut asas pengangkutan, penyebaran tempat-tempat sentral
paling menguntungkan apabila terdapat tempat penting terletak pada
jalan yang menghubungkan dua kota. Jalan penghubung dua kota ini
hendaknya berjarak pendek dan lurus.
Penentuan tempat sentral dapat pula ditentukan dengan menggunakan
asas pemerintahan yang sangat berbeda dengan asas pasar dan
asas pengangkutan. Asas pemerintahan lebih memiliki sifat sosiopolitik
dibandingkan dengan ekonomi.
Asas pemerintahan lebih ditekankan pada penyatuan dan perlindungan
kelompok masyarakat yang terpisah dari ancaman musuh. Oleh
karena itu, sebuah tempat sentral ideal menurut asas pemerintahan adalah
kota besar yang berada di tengah-tengah kota dan dikelilingi oleh kotakota
satelit dan tak berpenghuni di pinggirnya.
Ketiga asas yang telah dikemukakan, masing-masing menentukan
sistem tempat-tempat sentral dengan cara yang berbeda-beda. Asas pasar
dan pengangkutan dipengaruhi oleh motif ekonomi, sedangkan asas
pemerintahan dipengaruhi oleh kekuasaan negara.
Lebih lanjut Christaller juga mempelajari pengaruh berbagai perubahan
yang terjadi dalam faktor-faktor penting seperti yang telah dijelaskan.
Misalnya, bertambahnya penduduk dapat berakibat terbentuk nya tempattempat
sentral baru atau yang lebih besar. Berkurangnya penduduk, dapat
berakibat pada kemunduran atau berkurangnya fungsi kota. Perubahan
dalam pendapatan karena perubahan harga dan penawaran barang-barang
pusat juga dapat mempengaruhi pertumbuhan pusat-pusat sentral. Selain
itu, alat transportasi juga memberi kedudukan yang menguntungkan pada
tempat-tempat sentral karena dapat mendistribusi kan barang ke luar dari
tempat sentral. Christaller akhirnya menyimpulkan ketiga asas tersebut
sebagai sebuah teori.
Asas pengangkutan akan berpengaruh apabila jumlah permintaan
terhadap barang sentral jumlahnya banyak dan prasarana transportasi
(jalan) besar. Artinya, lingkungan alam memegang peranan akan pembentukan
jaringan hubungan lalu lintas.
Asas pemerintahan akan berpengaruh jika aspek-aspek non-ekonomi
lebih kuat dibandingkan dengan aspek yang lainnya. Jaringan setiap kota
sedang dibentuk dengan dukungan alam yang menguntungkan. Setiap
penyimpangan dari hal tersebut disebabkan perbedaan kekayaan dan
jumlah penduduk di setiap daerah, faktor topografi, pengaruh sejarah
dan militer, serta mental penduduk.

3. Teori Sektor
Teori penting sebagai pelengkap teori tempat sentral adalah teori
August Losch. Dalam bukunya yang berjudul The Economics of Location
(1954), Losch menaruh perhatian pada daerah-daerah ekonomi. Losch
bertolak dari kesamaan topografi sebuah tempat yang berada di dataran
sama seperti apa yang dasar pengembangan teori Christaller dan mempelajari
faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya daerah-daerah
ekonomi tersebut. Dalam hal ini, yang paling utama adalah munculnya
grafik permintaan. Grafik ini menunjukkan adanya jumlah permintaan
yang tinggi, sedangkan di wilayah pinggir permintaannya sedikit. Hal ini
disebabkan oleh kenaikan harga akibat naiknya biaya pengangkutan.

Pusat Pertumbuhan Berdasarkan Teori Kutub Pertumbuhan
(Growth Poles Theory)
Teori kutub pertumbuhan atau sering pula disebut teori pusat pertumbuhan
kali pertama diperkenalkan oleh Perroux pada 1955. teori ini
menyatakan bahwa pembangunan sebuah kota atau wilayah merupakan
hasil proses dan tidak terjadi secara serentak, melainkan muncul di
tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda.
Tempat atau lokasi yang menjadi pusat pembangunan atau pengembangan
dinamakan kutub pertumbuhan.
Kota pada umumnya merupakan pusat pertumbuhan yang terus
mengalami perkembangan mulai dari pusat pertumbuhan, lalu menjalar
dan mempengaruhi daerah sekitarnya atau ke pusat pertumbuhan yang
lebih rendah ke arah perkembangan yang lebih besar dan kompleks.
Dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia, pemerintah melalui
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) membagi beberapa
kota besar di Indonesia yang memiliki letak sentral sebagai pusat
pertumbuhan yang terdiri atas empat wilayah, yaitu Medan, Jakarta,
Surabaya, dan Makassar (Ujungpandang). Dari empat wilayah utama
tersebut kemudian dibagi lagi menjadi wilayah-wilayah pembangunan
dengan pusat-pusat kota yang terdekat.

Adapun tujuan utama dari pembagian wilayah pembangunan di
Indonesia antara lain sebagai berikut.
a. Pemerataan pembangunan dan menghindari pemusatan pembangunan
yang berlebihan pada suatu wilayah tertentu.
b. Keserasian dan keseimbangan pembangunan antarwilayah, serta
memudahkan koordinasi dan administrasi sektoral di berbagai
bidang di setiap wilayah.
c. Memudahkan prioritas pembangunan wilayah.

d. Menciptakan lapangan kerja di berbagai wilayah.

3 komentar: