Interaksi dapat
diartikan sebagai hubungan timbal balik yang
saling mempengaruhi sehingga
menghasilkan efek bagi kedua belah
pihak. Hubungannya dengan desa dan kota,
interaksi kedua tempat ini
dipengaruhi
oleh munculnya keinginan untuk memenuhi kebutuhan dari
saja tetapi lebih dari itu pola
interaksinya berlangsung dalam seluruh aspek
kehidupan. Selain itu, interaksi ini
akan memunculkan gerakan penduduk
dari kedua tempat sebagai bentuk
nyatanya.
Pola pergerakan
penduduk dari desa ke kota atau sebaliknya dapat
dengan mudah dipelajari melalui
pendekatan keilmuan geogafi. Karena
pada dasarnya, pergerakan manusia tidak
akan pernah luas dari aspek
keruangan yang di dalamnya terkandung
berbagai unsur baik unsur fisik,
sosial, ekonomi, dan budaya.
Sehubungan dengan
adanya pola hubungan ini, Ullman mengemukakan
sedikitnya ada tiga peristiwa yang
mempengaruhi munculnya
interaksi antardua wilayah, yaitu
sebagai berikut.
1. Adanya Wilayah yang Saling Melengkapi
Adanya wilayah yang
saling melengkapi dimungkinkan karena ketersediaan
dan persebaran sumber daya baik sumber
daya alam maupun sumber daya manusia
tidak merata di semua tempat. Adakalanya
di satu tempat terdapat sumber daya
yang melimpah, sedangkan di tempat lain
kekurangan sumber daya.
Munculnya keadaan yang
seperti ini memaksa kedua tempat untuk
melakukan interaksi bagi terpenuhinya
kebutuhan yang tidak bisa
hanya dipenuhi dari satu tempat.
Contohnya, Karawang sebagai salah
satu pusat lumbung padi Jawa Barat dan
Bekasi sebagai pusat industri.
Kedua tempat ini melakukan interaksi
secara simultan bahkan mungkin
saja bukan hanya di antara kedua tempat
tersebut tetapi sudah meluas
interaksinya ke daerah lain.
2. Munculnya Kesempatan untuk
Berintervensi
Munculnya kesempatan
untuk berintervensi dimungkinkan karena
terdapat wilayah antara di antara dua
wilayah yang akan saling berinteraksi.
Akibatnya, akan muncul persaingan di
antara dua wilayah.
Sebagai contoh, kota A kekurangan barang
B yang terdapat di kota
B, sedangkan kota B membutuhkan barang A
yang terdapat di kota A.
Keadaan ini secara langsung akan
menimbulkan interaksi antara kota A dan
kota B. Akan tetapi, dengan munculnya
kota C yang menyediakan barang
A dan B yang dibutuhkan oleh kota A dan
kota B, hubungan kedua kota
tersebut melemah. Di sinilah muncul
persaingan di antara ketiga kota tersebut
sehingga ketiga kota berlomba-lomba
untuk memenuhi kebutuhan. Pada
akhirnya, pemenuhan kebutuhan untuk
masing-masing kota dipengaruhi
oleh keterjangkauan aksesibilitas
sehingga bisa menekan biaya untuk
mendapatkan kebutuhan tersebut.
3. Kemudahan Pemindahan dalam Ruang
Pada umumnya, pemenuhan
sumber daya yang dibutuhkan oleh suatu
tempat akan memilih tempat-tempat yang
memiliki berbagai kemudahan
dalam pemenuhanannya. Salah satu faktor
pertimbangannya adalah jarak
dan biaya pengangkutan. Semakin mudah
pengangkutannya dan jarak yang
ditempuh, semakin dekat akan memperkuat
interaksi dua wilayah.
Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa interaksi dua
wilayah dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Hukum gravitasi (gaya tarik
menarik) dari ilmuwan fisika Sir
Issac Newton dapat dengan mudah di
aplikasikan
untuk meneliti seberapa kuat interaksi dua wilayah. Melalui
pendekatan geografi, hukum fisika
tersebut dimodifikasi oleh W.J. Reilly
yang pada dasarnya memiliki tujuan sama
yaitu mengukur kekuatan
interaksi dua wilayah.
Reilly mengemukakan
bahwa kekuatan interaksi dua atau lebih suatu
wilayah dapat diukur dengan
memperhatikan jumlah penduduk dari
setiap
wilayah dan jarak mutlak di antara kedua tempat tersebut.
Penggunaan persamaan Reilly yang
mengukur besarnya kekuatan
interaksi antarwilayah hanya dapat
diterapkan apabila wilayah tersebut
memiliki berbagai persyaratan, yaitu
sebagai berikut.
1) Kesamaan kondisi sosial, ekonomi, dan
budaya antarwilayah.
2) Kesamaan topografi wilayah.
3) Kesamaan sarana dan prasarana
angkutan sebagai penghubung dua
wilayah.
Oleh karena itu, untuk
menerapkan konsep interaksi wilayah dengan
menggunakan persamaan Reilly harus
terlebih dulu dicermati ketiga
faktor tersebut. Adakalanya sebuah
wilayah yang jaraknya jauh memiliki
nilai interaksi yang tinggi karena
letaknya di daerah pedataran yang
dihubungkan oleh jalan yang bagus dan
kemudahan sarana transportasi
dibandingkan dengan wilayah di dekatnya
yang berjarak pendek tetapi
akses untuk menuju ke wilayah tersebut
agak sulit.
Selain teori yang
dikemukakan oleh Reilly tersebut, terdapat teori
lain untuk mengukur besarnya kekuatan
interaksi dua wilayah, yaitu
The Breaking Point Theory.
Secara garis besar,
teori ini merupakan hasil modifikasi dari teori
terdahulu dari Reilly. Teori ini
memperkirakan garis batas sebuah lokasi
yang memisahkan wilayah-wilayah
perdagangan yang berbeda ukurannya
dan perkiraan penempatan sebuah lokasi
industri atau penempatan
tempat-tempat pelayanan sosial antardua
wilayah sehingga mudah dijangkau
oleh dua wilayah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar