Selasa, 06 Agustus 2013

Kerusakan Tanah dan Dampaknya terhadap Kehidupan



1. Kerusakan Tanah
Kerusakan tanah dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain
sebagai berikut.
a. Perusakan hutan, dapat mengurangi daya serap tanah dan kemampuan
tanah dalam menampung dan menahan air sehingga mudah tererosi.
b. Proses kimiawi air hujan, dapat merusak tanah melalui proses
peru bahan kimiawi.
c. Proses mekanis air hujan, dapat mengikis dan menggores tanah di
permukaannya sehingga terbentuk selokan.
Akibat yang di timbul kan
oleh proses mekanis air hujan, yaitu sebagai berikut.
1) Erosi air hujan, dapat mengakibatkan pergerakan tanah, seperti
tanah labil yang ada di pinggir-pinggir sungai apabila tertimpa
hujan lebat akan lepas dan pada akhirnya jatuh ke sungai.
2) Kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran.
3) Terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinisasi).
4) Penjenuhan tanah oleh air (waterlogging) dan erosi.
5) Tanah longsor, adalah kondisi turun atau ambruknya tanah dan
bebatuan ke bawah bukit.
d. Proses alih fungsi lahan. Lahan pertanian berubah fungsi menjadi lahan
industri, misalnya lokasi pengambilan bahan baku batu bata, genteng.

2. Dampak Kerusakan Tanah terhadap Kehidupan
Kerusakan tanah yang utama adalah akibat terjadinya erosi. Erosi tidak
hanya menyebabkan kerusakan tanah di tempat erosi, tetapi juga menye babkan
kerusakan-kerusakan yang terjadi di tempat lain berupa hasil-hasil erosi tersebut
yang diendapkan.

a. Kerusakan di Tempat Terjadinya Erosi
Kerusakan tanah di tempat terjadinya erosi mengakibatkan terjadinya
hal-hal sebagai berikut.
1) Penurunan produktivitas tanah.
2) Kehilangan unsur hara (nutrient) yang diperlukan tanaman.
3) Kualitas tanaman mengalami penurunan.
4) Laju infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air berkurang.
5) Struktur tanah menjadi rusak.
6) Lebih banyak tenaga yang diperlukan untuk mengolah tanah.
7) Erosi gully dan tebing (longsor) menyebabkan lahan terbagi-bagi
sehingga mengurangi luas lahan yang dapat ditanami.
8) Pendapatan petani senakin berkurang.

b. Kerusakan di Tempat Penerima Hasil Erosi
Erosi dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan di tempat penerima
hasil erosi. Erosi memindahkan tanah berikut senyawa-senyawa kimia yang
terdapat di dalamnya, seperti unsur-unsur hara tanaman (fosfor atau bahan
organik lainnya) atau sisa-sisa pestisida dan herbisida (DDT, atau endrin).
Pengendapan bahan-bahan tanah berikut senyawa-senyawa kimia yang
dikandungnya dapat menyebabkan terjadinya polusi di tempat tersebut.

Adapun pengendapan bahan tanah yang tererosi dapat menyebabkan
hal-hal sebagai berikut.
1) Pendangkalan sungai sehingga kapasitas sungai menurun, akibatnya
terjadi fenomena banjir.
2) Tanah-tanah yang subur terkadang menurun kualitasnya dan menjadi
rusak karena tertimbun oleh batu-batuan, pasir, dan kerikil dari tempat
lain.
3) Jika digunakan untuk air minum, air yang kotor tersebut perlu lebih
banyak biaya untuk membersihkannya.
4) Akibat air yang keruh, akan mengurangi fotosintesis jenis dari
tanaman air (karena sinar matahari sulit menembus air).
5) Perubahan-perubahan dalam jumlah bahan yang diangkut me mengaruhi
keseimbangan sungai tersebut.
6) Polusi sedimen terkadang dapat memberi pengaruh baik, yaitu jika
terjadi pengendapan tanah-tanah yang subur, misalnya tanah-tanah
aluvial di sekitar sungai.

3. Usaha Mengurangi Erosi Tanah
Erosi merupakan suatu proses penghancuran tanah (detached) dan
kemudian tanah tersebut dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air,
angin, gletser, atau gravitasi.
Usaha yang dilakukan untuk mengurangi erosi tanah adalah dengan
menggunakan metode pengawetan tanah. Metode pengawetan tanah
pada umumnya dilakukan untuk:
a. melindungi tanah dari curahan langsung air hujan;
b. meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah;
c. mengurangi run off (aliran air di permukaan tanah); dan
d. meningkatkan stabilitas agregat tanah.

Metode pengawetan tanah dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Metode vegetatif, adalah metode pengawetan tanah dengan cara
menanam vegetasi (tumbuhan) pada lahan yang dilestarikan. Metode ini
sangat efektif dalam pengontrolan erosi. Ada beberapa cara mengawetkan
tanah melalui metode vegetatif, antara lain sebagai berikut.
1) Penghijauan, yaitu penanaman kembali dengan berbagai jenis
vegetasi (tanaman).
2) Reboisasi, yaitu penanaman kembali hutan gundul dengan jenis
tanaman keras, seperti pinus, jati, rasamala, dan cemara.
3) Penanaman secara kontur yaitu menanami lahan searah dengan
garis kontur. Fungsinya untuk menghambat kecepatan aliran
air dan memperbesar tingkat resapan air ke dalam tanah.
4) Penanaman tumbuhan penutup tanah (buffering), yaitu menanam
lahan dengan tumbuhan keras, seperti pinus dan jati.
5) Penanaman tanaman secara berbaris (strip cropping), yaitu
melakukan penanaman berbagai jenis tanaman secara berbaris
(larikan). Fungsinya untuk mengurangi tingkat kecepatan erosi.
6) Pergiliran tanaman (crop rotation), yaitu penanaman jenis
tanaman secara bergantian (bergilir) dalam satu lahan. Jenis
tanamannya disesuaikan dengan musim. Fungsinya untuk
menjaga agar tingkat kesuburan tanah tidak berkurang.

b. Metode Mekanik/Teknik, adalah metode pengawetan tanah melalui
teknik-teknik pengolahan tanah yang dapat memperlambat aliran
permukaan (run off), menampung, dan menyalurkan aliran permukaan
dengan kekuatan tidak merusak. Beberapa cara yang umum dilakukan
pada penerapan metode mekanik, antara lain sebagai berikut.
1) Pengolahan tanah menurut garis kontur (contour village), yaitu
pengolahan tanah sejajar garis kontur. Fungsinya untuk menghambat
aliran air dan memperbesar daya resapan air.
2) Pembuatan tanggul atau guludan sejajar dengan kontur. Fungsinya
agar air hujan dapat tertampung.
3) Pembuatan teras (terrassering), yaitu membuat teras-teras
(tangga-tangga) pada lahan miring dengan lereng yang panjang.
Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng, memperbesar
resapan air, dan mengurangi tingkat erosi.
4) Pembuatan saluran air (drainase). Saluran pelepasan air ini dibuat
untuk memotong lereng panjang menjadi lereng yang pendek
sehingga aliran air dapat diperlambat.
Metode pengawetan tanah akan sangat efektif jika metode mekanik
dapat dikombinasikan dengan metode vegetatif misalnya, terrassering
dan buffering.

c. Metode Kimia, dilakukan dengan menggunakan media bahan kimia
untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu meningkatkan kemantapan
agregat (struktur tanah). Tanah dengan struktur yang mantap tidak
mudah hancur oleh pukulan air hujan sehingga infiltrasi tetap besar
dan aliran air permukaan (surface run off) tetap kecil.
Penggunaan bahan kimia untuk pengawetan tanah belum
banyak dilakukan, walaupun cukup efektif tetapi biayanya mahal.
Pada saat ini umumnya masih dalam tingkat percobaan-percobaan.
Beberapa jenis bahan kimia yang sering digunakan untuk tujuan

ini antara lain bitumen dan krilium.

2 komentar: