Jumat, 11 Oktober 2013

Angin Badai

BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Angin Badai
Angin merupakan udara yang bergerak. Udara akan bergerak dari tekanan maksimum ke tekanan minimum, semakin besar perbedaan tekanannya maka semakin cepat pula pergerakan udara yang terjadi.  Pada daerah permukaan bumi yang suhunya lebih tinggi maka udara di disekitarnya akan mengembang kemudian akan diisi oleh udara dingin dari daerah lain, sehingga dapat dikatakan udara akan bergerak dari daerah yang bersuhu dingin ke daerah yang bersuhu lebih panas.

Badai adalah cuaca yang ekstrim, badai juga disebut siklon tropis oleh meteorolog, berasal dari samudera yang hangat. Badai yang paling merusak adalah badai topan (hurricane), yang dikenal sebagai angin siklon (cyclone) di Samudera Hindia atau topan (typhoon) di Samudera Pasifik. Pada saat terjadi badai ini angin dapat bergerak dengan kecepatan 250 km/jam. Di dunia, ada tiga tempat pusat badai, yaitu Samudera Atlantik, Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik (http://id.wikipedia.org/wiki/Badai, diakses pada 13 September 2013).
Angin badai yaitu angin yang bergerak dengan kecepatan tinggi yang dapat membuat terjadinya cuaca yang ekstim.

1.2 Jenis-Jenis Angin Badai
a. Siklon Tropis
            Dalam meteorologi siklon tropis dapat disebut hurikan, angin puyuh, badai tropis, angin ribut atau angin topan. Angin Topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/ jam atau lebih yang sering terjadi di daerah tropis yang sering terjadi di antara garis balik utara dan selatan, kecuali daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa.
b. Angin Puting Beliung
            Angin puting beliung merupakan angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam dan lama berlangsungnya sekitar 3 menit serta datangnya sangat tiba-tiba. Angin puting beliung disebut pula angin leysus, angin bahorok, dan tornado. Angin puting beliung di Indonesia merupakan tornado skala kecil yaitu skala f0-f1 pada skala fujita yang memiliki daya rusak rendah dibanding pada lintang tinggi yang memiliki daya rusak terparah hingga skala f5. Puting beliung umumnya terjadi pada musim pancaroba dan musim hujan, dengan waktu kejadian pada siang hari dan menjelang malam hari. Puting beliung bergerak secara garis lurus dengan luasnya berkisar 5-10 km dan puting beliung hanya berasal dari awan kumuluSnimbus (http://www.antarajatim.com).

1.3 Penyebab Terjadinya Angin Badai
1. Penyebab Terjadinya Siklon Tropis
            Radiasi matahari yang terjadi di permukaan air laut, menyebabkan terjadinya penguapan air laut. Uap air yang menguap ke atmosfer kemudian mengalami kondensasi menjadi titik-titik air akibat penurunan suhu udara. Dalam kondensasi, uap air melepaskan panas latent yang menjadi sumber tenaga dari badai, sehingga siklon tropis akan melemah apabila meninggalkan lingkungan tropis yang lembab dan panas atau bergerak menuju daratan yang tidak terdapat pasokan uap air yang cukup bagi pertumbuhan siklon tropis.
            Siklon tropis terbentuk dari adanya suhu permukaan laut yang cukup panas, yaitu di atas 26°C, terdapatnya udara pada lapisan bawah yang lembab, dan udara bergerak naik serta suhu udara lebih tinggi dari daerah sekitar.
Pertumbuhan siklon tropis terdapat 3 tahap, yaitu:
a.       Tahap lahir,  ditandai adanya gangguan atmosfer. Jika dilihat dari citra satelit cuaca, gangguan ini ditandai dengan wilayah konvektif dengan awan-awan comulonimbus.
b.      Tahap dewasa, ditandai oleh sirkulasi rotasi yang kuat dan pula awan teratur disertai mata siklon yang rendah. Pada pusatnya tekanan udara rendah dan tahap ini bisanya bertahan kurang lebih  24 jam sebelum intensitasnya melemah.
c.       Tahap mati, ditandai dengan sirkulasi yang makin melebar sehingga ukuran dan bentuknya menjadi tidak simetris. Tahap ini dapat terjadi dengan cepat jika siklon tropis melintas di wilayah yang tidak mendukung bagi pertumbuhannya, seperti misalnya memasuki wilayah perairan lintang tinggi dengan suhu muka laut yang dingin atau masuk ke daratan.
2. Penyebab Terjadinya Angin Puting Beliung
Angin puting beliung merupakan bagian dari proses fase pertumbuhan awan hujan cumulusnimbus yang terbentuk akibat pemanasan intensif. Awan cumulusnimbus secara visual berbentuk gumpalan awan hitam yang membumbung tinggi (vertikal) secara konvektif. Dalam proses pembentukannya, awan cumulusnimbus mangalami tiga fase pertumbuhan, yaitu fase pembentukan, fase matang (mature stage) dan fase punah. Pada fase peralihan antara fase matang menjadi fase punah inilah angin puting beliung seringkali terjadi, yakni fase dimana saat badan awan cumulusnimbus sarat dengan gerakan massa udara yang konvektif dan turbulen. Pada fase ini terjadi gerakan massa udara yang naik ke puncak awan, bersamaan itu terjadi juga gerakan massa udara yang turun menunju dasar awan.
Gerakan massa udara yang turbulen dalam badan awan ini mengakibatkan terpisahnya muatan listrik dalam awan. Kondisi ini menyebabkan timbulnya pengutupan muatan listrik antara ujung awan dan dasar awan atau antara awan satu dengan awan yang lainnya. Adanya beda muatan liatrik dalam awan cumulusnimbus, timbul lecutan petir yang bersahut-sahutan sebagai perwujudan pelepasan muatan listrik. Aktivitas petir yang terjadi menimbulkan pemanasan pada bagian-bagian awan, mengakibatkan tekanan udara menjadi rendah. Distribusi tekanan udara yang tidak merata ini memicu aliran massa udara ke bagian-bagian yang tekanannya rendah.
Pada akhir fase matang, awan cumulusnimbus sudah sangat berat. Tetes-tetes air mulai jatuh sebagai hujan yang turun dari dasar awan karena tidak tertahan oleh arus massa udara yang naik ke puncak awan. Akhirnya hujan turun dengan deras diikuti tiupan angin kencang. Antara massa udara yang naik dan yang turun dalam badan awan terdapat arus geser (winshear) yang memuntir, membentuk angin pusaran. Massa udara ini selanjutnya berputar semakin cepat, mirip sebuah siklon. Pada kondisi tertentu, puntiran ini dapat “menjilat” bumi sebagai puting beliung. Jika dilihat dengan mata telanjang puntiran angin puting beliung ini mirip seperti belalai gajah, dan dalam waktu bersamaan hujan deras turun membentuk pancaran air sangat deras(water spout) .

1.4 Dampak dari Adanya Angin Badai
a. Dampak Siklon Tropis Bagi Wilayah – Wilayah di Indonesia
            Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik yang merupakan tempat pertumbuhan dari siklon tropis. Meskipun Indonesia terbebas dari adanya jalur siklon tropis, namun dampak dari siklon tropis dapat mempengaruhi kondisi cuaca yang ada di Indonesia. Indonesia hanya terkena imbas dari ekor siklon tropis (badai tropis) yang menyebabkan terjadinya angin kencang, hujan lebat, dan gelombang laut.
            Imbas dari siklon tropis ini dapat dirasakan seperti salah satunya di Sumatera, angin topan dilaporkan telah menghantam tiga desa di Langka, Sumatera Utara yang menyebabkan 217 rumah tersapu dalam bencana tersebut (http://www.republika.co.id).
            Hasil pemantauan BMKG menunjukkan bahwa gangguan sistem cuaca di Indonesia disebabkan oleh gangguan tropis dampak menghangatnya suhu muka laut perairan Indonesia, disamping faktor La Nina. Terbentuknya pusat-pusat tekanan rendah ini selain meningkatkan pasokan hujan di kawasan selatan Indonesia juga membawa pengaruh terjadinya cuaca buruk berupa angin kencang dan gelombang laut tinggi. Salah satunya potensi imbas badai tropis Vince terhadap Jawa dan Bali adalah terjadinya cuaca buruk. Dampak badai tropis menjadi kian besar karena kibasan “ekor badai” yang cenderung akan lebih panjang sebagai dampak pemanasan global yang terjadi beberapa dekade terakhir (http://www.bmkg.go.id).

b. Dampak Angin Puting Beliung
            Angin puting beliung banyak membawa kerusakan pada wilayah-wilayah di Indonesia. Seperti yang terjadi di Makasar, Sulawesi Selatan puluhan rumah rusak berat akibat disapu angin puting beliung (http://www.republika.co.id), namun kerusakan yang terjadi cukup parah dan sampai rata dengan tanah dikarenakan bahan bangunan penyusunnya terbuat dari bahan yang mudah rusak terjangan puting beliung.
            Selain itu, angin puting beliung juga merusak di wilayah lain seperti di Tasikmalaya. Sebanyak 16 rumah warga rusak akibat terjangan angin puting beliung disertai hujan deras melanda Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.  Terjangan angin puting beliung ini membuat 15 rumah rusak ringan dan satu rumah rusak berat melanda permukiman Kampung Lewibodas, Desa Santanamekar.
            Angin puting beliung merupakan angin kencang yang membawa dampak kerusakan pada daerah terjadinya.

1.5 Upaya Pengurangan Dampak Buruk Angin Badai
a.       Membangun rumah lebih jauh dari garis pantai, hal ini diperlukan supaya ketika terjadi gelombang tinggi air laut, rumah tidak terkena hantaman air laut yang pasang.
b.      Memangkas pohon sekitar rumah yang rindang, hal ini diperlukan agar pohon tidak mudah tumbang ketika terjadi angin yang kencang.
c.       Membuat konstruksi rumah yang kuat, seperti menggunakan pondasi dan atap rumah yang tahan terhadap terjangan angin badai.


BAB II
PENUTUP
2.1 Simpulan
Angin badai yaitu angin yang bergerak dengan kecepatan tinggi yang dapat membuat terjadinya cuaca yang ekstim. Jenis-jenis angin badai yaitu siklon tropis dan angin puting beliung. Siklon tropis umumnya terjadi di lautan sedangkan anggin puting beliung umumnya terjadi di daratan.

2.2 Saram
            Untuk menghindari dampak buruk dari ancaman angin badai, maka diperlukan kepekaan terhadap lingkungan sekitar agar dapat dibuat langkah antisipasi bencana.


DAFTAR PUSTAKA



1 komentar: