BAB I
PEMBAHASAN
Hubungan antara Bulan Bumi dan Matahari
Bulan
merupakan satu-satunya satelit alami bumi. Diantara planet-planet lain yang
memiliki satelit, jumlah satelit yang dimiliki oleh planet-planet lain saat ini
berkisar antara 2 hingga 12. Meskipun bukan yang terbesar dari 32 satelit lain
dalam ukuran yang sebenarnya, bulan merupakan satelit yang terbesar jika
dibandingkan dengan ukuran planetnya sendiri. Namun bulan tetap berukuran lebih
kecil dari bumi, dengan diameter 2160 mil berbanding dengan 7913 mil dan
masa sekitar 1/81 dengan bumi. Sebagai
akibat dari perbedaan diameter, objek di permukaan bulan lebih dekat ke pusat
daripada objek di permukaan bumi. Karena efek gabungan masa yang lebih besar
dari bumi, yang meningkatkan gaya gravitasi, dan ukuran yang cukup besar, yang
mengurangi daya tarik gravitasi di permukaan, gravitasi permukaan bulan adalah
1/6 dari bumi.
Bulan
cukup dekat dari bumi untuk dapat kita ukur jaraknya dengan cara triangulasi, yaitu
sebuah metode komputasi jarak dengan menggunakan dua titik yang terpisah di bumi untuk
mendapatkan garis dasar
dan mengukur sudut segitiga
yang dibentuk oleh kedua titik dan lokasi titik berada. Dengan metode ini, jarak rata-rata antara bulan dan bumi didapat sekitar 240.000 mil atau sejauh 252,710 mil dari
bumi. Kedekatan relatif bulan dan ukuran yang
relatif besarlah
yang bertanggung jawab atas
dampak pasang surut dan banyaknya
fenomena biologis di bumi, seperti siklus reproduksi fauna laut tertentu.
Di bulan tidak terdapat udara ataupun air. Banyak kawah yang terhasil di permukaan bulan disebabkan oleh hantaman komet atau asteroid. Ketiadaan udara dan air di bulan
menyebabkan tidak adanya pengikisan yang menyebabkan banyak kawah di bulan yang
berusia jutaan tahun dan masih utuh. Di antara kawah terbesar adalah Clavius dengan diameter 230 kilometer dan sedalam 3,6 kilometer.
Ketidakadaan udara juga menyebabkan tidak ada bunyi dapat terdengar di Bulan.
Gerakan Bulan
Bulan sekali berevolusi pada orbitnya mengelilingi
bumi dalam 27 hari
dengan melalui jalurnya. Periode ini dikenal sebagai
bulan sidereal. Bumi juga bergerak dalam
orbitnya mengelilingi matahari.
Oleh karena itu, agar bulan dapat kembali ke posisi semula dalam
kaitannya dengan bumi, dapat
dikatakan dari bulan baru ke bulan baru lagi,
hal itu
memerlukan jarak
tambahan yang membutuhkan waktu kurang lebih
dua hari. Akibatnya, periode bulan
untuk sekali menyelesaikan revolusi seperti yang dilihat dari bumi adalah sekitar 291/2 hari,
yang disebut dengan bulan synodic.
Bulan sekali berotasi pada
porosnya dalam 271/2 hari,
merupakan waktu yang sama diperlukan oleh bulan untuk menyelesaikan sekali
berevolusi pada orbitnya. Hasilnya adalah sisi yang sama dari bulan selalu menghadap bumi.
Bulan berada dalam orbit sinkron dengan Bumi, hal ini menyebabkan
hanya satu sisi permukaan Bulan saja yang dapat diamati dari Bumi.
Orbit sinkron menyebabkan kala rotasi sama dengan kala revolusinya.
Bulan berevolusi mengelilingi bumi dalam arah yang sama seperti bumi berputar
pada porosnya.
Tapi karena bumi berotasi lebih cepat daripada revolusi bulan,membuat bulan terbit di timur dan terbenam di barat.
Bulan sekali berputar penuh (360°) dalam 27 1/3 hari, atau 13° per hari. Sejak bumi sekali
berotasi dalam 24 jam, tambahan 50 menit dibutuhkan bumi untuk mengubah 13° bulan telah melakukan perjalanan di orbitnya. Sehingga bulan terbit
dan terbenam sekitar 50 menit kemudian setiap malam.
Bulan yang ditarik oleh gaya gravitasi Bumi tidak jatuh ke Bumi disebabkan oleh gaya sentrifugal yang timbul dari orbit Bulan mengelilingi Bumi. Besarnya
gaya sentrifugal Bulan adalah sedikit lebih besar dari gaya tarik menarik
antara gravitasi Bumi dan Bulan. Hal ini menyebabkan
Bulan semakin menjauh dari Bumi dengan kecepatan sekitar 3,8cm/tahun.
Bulan adalah satu-satunya benda
langit yang pernah didatangi dan didarati manusia. Obyek buatan pertama yang
melintas dekat Bulan adalah wahana antariksa milik Uni Sovyet, Luna 1, obyek buatan pertama yang
membentur permukaan Bulan adalah Luna 2, dan foto pertama sisi jauh bulan yang tak pernah terlihat dari Bumi, diambil oleh Luna 3, kesemua misi dilakukan pada 1959. Wahana antariksa
pertama yang berhasil melakukan pendaratan adalah Luna 9, dan yang berhasil mengorbit Bulan adalah Luna 10, keduanya dilakukan pada tahun 1966.
Fase Bulan
Bulan berevolusi
mengelilingi bumi, yang berubah bentuk dari
bulan sabit tipis ke lingkaran dan kembali lagi ke bulan sabit tipis. Ini terjadi karena bulan tidak memiliki cahaya sendiri tetapi cahaya bulan berasal
dari pantulkan sinar matahari.
Seperti posisi
bumi dalam berevolusi terhadap matahari dan perubahan bumi, perubahan yang
tampak jelas bentuknya.
Ketika bulan berada diantara bumi
dan matahari, sisi dari bulan yang menerima sinar adalah yang menghadap jauh dari bumi. Ini disebut dengan fase bulan baru,
fase ketika bulan tidak dapat untuk dilihat di bumi seluruhnya. Dua atau tiga hari kemudian, ketika bulan berjalan pada
orbitnya, bulan sabit tipis menjadi terlihat, dan kemudian, dengan revolusi
lebih lanjut,
bulan penuh akan dapat dilihat. Bagian yang terlihat dari bulan kemudian
menjadi secara berangsur-angsur lebih kecil, hingga kita mendapat bulan baru
berikutnya.
Bulan purnama adalah
keadaan ketika Bulan nampak bulat sempurna dari Bumi. Pada saat itu, Bumi terletak hampir segaris di antara Matahari dan Bulan, sehingga seluruh
permukaan Bulan yang diterangi Matahari terlihat jelas dari arah Bumi.
Kebalikannya adalah saat bulan mati, yaitu saat Bulan terletak pada hampir segaris di
antara Matahari dan Bumi, sehingga yang 'terlihat' dari Bumi adalah sisi
belakang Bulan yang gelap, alias tidak nampak apa-apa.
Di antara kedua waktu itu terdapat keadaan bulan separuh dan bulan sabit, yakni pada saat posisi
Bulan terhadap Bumi membentuk sudut tertentu terhadap garis Bumi - Matahari.
Pada saat itu, hanya sebagian permukaan Bulan yang disinari Matahari yang terlihat dari Bumi.
BAB II
PENUTUP
Simpulan
Pada
awalnya jarak bulan pada pertama kali hanya sekitar 30.000 mil atau 15 kali
lebih dekat dari jarak Bulan dengan Bumi sekarang. Dari hasil penelitian Bulan
menjauh sekitar 3,8 cm per tahunnya. Bulan adalah benda langit yang tidak
mempunyai sinar sendiri. Cahayanya yang tampak dari bumi sebenarnya merupakan
sinar matahari yang dipantulkan olehnya. Dari hari ke hari bentuk dan ukuran
cahaya bulan itu berubah-ubah sesuai dengan posisi bulan terhadap matahari dan
bumi.
DAFTAR PUSTAKA
Abell, G. : Exploration of the
Universe, 2nd ed., Holt, Rinehart & Winston, New York, 1969
http://id.wikipedia.org/wiki/Bulan
Mandalajati Niskala 'berantitesis': "GAYA GRAVITASI BUKAN DITIMBULKAN OLEH ADANYA MASA PADA SEBUAH ZAT ATAU BENDA".
BalasHapusSoal Gravitasi, banyak Para Akhli bertanya: “Bagaimana Jika Gaya Gravitasi Bumi Menghilang”?
Menurut Mandalajati Niskala: “Pasti semua orang DENGAN MUDAH SEKALI dapat membayangkan sebuah keadaan yang akan terjadi jika Bumi kehilangan Gaya Gravitasi”.
Menurut Mandalajati Niskala jika ada pertanyaan seperti itu, SEBENARNYA KURANG MENARIK.
Mungkin tiga pertanyaan dari Mandalajati Niskala di bawah ini cukup menantang bagi orang-orang yang mau berpikir:
1) BAGAIMANA TERJADINYA GAYA GRAVITASI DI PLANET BUMI?
2) BAGAIMANA MENGHILANGKAN GAYA GRAVITASI DI PLANET BUMI?
3) BAGAIMANA MEMBUAT GAYA GRAVITASI DI PLANET LAIN YG TIDAK MEMILIKI GAYA GRAVITASI?
Pernyataan yang paling menarik dari Mandalajati Niskala sbb:
1) Matahari tidak memiliki Gravitasi tapi memiliki ANTI GRAVITASI.
2) Suhu di Inti Matahari SEDINGIN AIR PEGUNUNGAN, padahal kata Para Akhli di seluruh Dunia suhu Inti Matahari LIMA BELAS JUTA DERAJAT CELCIUS.
Saya mendapat penjelasan dari Mandalajati Niskala, namun tentu tidak akan saya jelaskan kembali disini.
Yang pasti Filsuf Sunda Mandalajati Niskala memiliki semua jawaban tersebut secara tuntas.
Selamat berfikir
@Sandi Kaladia
Mandalajati Niskala 'berantitesis': "GAYA GRAVITASI BUKAN DITIMBULKAN OLEH ADANYA MASA PADA SEBUAH ZAT ATAU BENDA".
BalasHapusSoal Gravitasi, banyak Para Akhli bertanya: “Bagaimana Jika Gaya Gravitasi Bumi Menghilang”?
Menurut Mandalajati Niskala: “Pasti semua orang DENGAN MUDAH SEKALI dapat membayangkan sebuah keadaan yang akan terjadi jika Bumi kehilangan Gaya Gravitasi”.
Menurut Mandalajati Niskala jika ada pertanyaan seperti itu, SEBENARNYA KURANG MENARIK.
Mungkin tiga pertanyaan dari Mandalajati Niskala di bawah ini cukup menantang bagi orang-orang yang mau berpikir:
1) BAGAIMANA TERJADINYA GAYA GRAVITASI DI PLANET BUMI?
2) BAGAIMANA MENGHILANGKAN GAYA GRAVITASI DI PLANET BUMI?
3) BAGAIMANA MEMBUAT GAYA GRAVITASI DI PLANET LAIN YG TIDAK MEMILIKI GAYA GRAVITASI?
Pernyataan yang paling menarik dari Mandalajati Niskala sbb:
1) Matahari tidak memiliki Gravitasi tapi memiliki ANTI GRAVITASI.
2) Suhu di Inti Matahari SEDINGIN AIR PEGUNUNGAN, padahal kata Para Akhli di seluruh Dunia suhu Inti Matahari LIMA BELAS JUTA DERAJAT CELCIUS.
Saya mendapat penjelasan dari Mandalajati Niskala, namun tentu tidak akan saya jelaskan kembali disini.
Yang pasti Filsuf Sunda Mandalajati Niskala memiliki semua jawaban tersebut secara tuntas.
Selamat berfikir
@Sandi Kaladia
"_MaLam Ka NumpanG nAnYa nIh......."
BalasHapuspengaruh posisi matahari pada bumi itu apa si Ka,,,,,,,,?
EX = AJI { DarI sMpN 257 Jakarta TimuR }
Payah ga bisa di copas...
BalasHapus