BAB I
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Angin Badai
Angin merupakan udara yang bergerak. Udara akan
bergerak dari tekanan maksimum ke tekanan minimum, semakin besar perbedaan
tekanannya maka semakin cepat pula pergerakan udara yang terjadi. Pada daerah permukaan bumi yang suhunya lebih
tinggi maka udara di disekitarnya akan mengembang kemudian akan diisi oleh
udara dingin dari daerah lain, sehingga dapat dikatakan udara akan bergerak
dari daerah yang bersuhu dingin ke daerah yang bersuhu lebih panas.
Badai adalah cuaca yang ekstrim, badai juga disebut
siklon tropis oleh meteorolog, berasal dari samudera yang hangat. Badai yang
paling merusak adalah badai topan (hurricane),
yang dikenal sebagai angin siklon (cyclone)
di Samudera Hindia atau topan (typhoon)
di Samudera Pasifik. Pada saat terjadi badai ini angin dapat bergerak dengan
kecepatan 250 km/jam. Di dunia, ada tiga tempat pusat badai, yaitu Samudera
Atlantik, Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik (http://id.wikipedia.org/wiki/Badai,
diakses pada 13 September 2013).
Angin badai yaitu angin yang bergerak dengan
kecepatan tinggi yang dapat membuat terjadinya cuaca yang ekstim.
1.2 Jenis-Jenis Angin Badai
a.
Siklon Tropis
Dalam meteorologi siklon tropis
dapat disebut hurikan, angin puyuh, badai tropis, angin ribut atau angin topan.
Angin Topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/ jam
atau lebih yang sering terjadi di daerah tropis yang sering terjadi di antara
garis balik utara dan selatan, kecuali daerah-daerah yang sangat berdekatan
dengan khatulistiwa.
b.
Angin Puting Beliung
Angin puting beliung merupakan angin
yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam dan lama berlangsungnya sekitar
3 menit serta datangnya sangat tiba-tiba. Angin puting beliung disebut pula
angin leysus, angin bahorok, dan tornado. Angin puting beliung di Indonesia
merupakan tornado skala kecil yaitu skala f0-f1 pada skala fujita yang memiliki
daya rusak rendah dibanding pada lintang tinggi yang memiliki daya rusak
terparah hingga skala f5. Puting beliung umumnya terjadi pada musim pancaroba
dan musim hujan, dengan waktu kejadian pada siang hari dan menjelang malam
hari. Puting beliung bergerak secara garis lurus dengan luasnya berkisar 5-10
km dan puting beliung hanya berasal dari awan kumuluSnimbus
(http://www.antarajatim.com).
1.3 Penyebab Terjadinya Angin Badai
1.
Penyebab Terjadinya Siklon Tropis
Radiasi matahari yang terjadi di
permukaan air laut, menyebabkan terjadinya penguapan air laut. Uap air yang
menguap ke atmosfer kemudian mengalami kondensasi menjadi titik-titik air akibat
penurunan suhu udara. Dalam kondensasi, uap air melepaskan panas latent yang
menjadi sumber tenaga dari badai, sehingga siklon tropis akan melemah apabila
meninggalkan lingkungan tropis yang lembab dan panas atau bergerak menuju
daratan yang tidak terdapat pasokan uap air yang cukup bagi pertumbuhan siklon
tropis.
Siklon tropis terbentuk dari adanya
suhu permukaan laut yang cukup panas, yaitu di atas 26°C, terdapatnya udara
pada lapisan bawah yang lembab, dan udara bergerak naik serta suhu udara lebih
tinggi dari daerah sekitar.
Pertumbuhan siklon tropis terdapat 3 tahap, yaitu:
a. Tahap
lahir, ditandai adanya gangguan
atmosfer. Jika dilihat dari citra satelit cuaca, gangguan ini ditandai dengan
wilayah konvektif dengan awan-awan comulonimbus.
b. Tahap
dewasa, ditandai oleh sirkulasi rotasi yang kuat dan pula awan teratur disertai
mata siklon yang rendah. Pada pusatnya tekanan udara rendah dan tahap ini
bisanya bertahan kurang lebih 24 jam
sebelum intensitasnya melemah.
c. Tahap
mati, ditandai dengan sirkulasi yang makin melebar sehingga ukuran dan
bentuknya menjadi tidak simetris. Tahap ini dapat terjadi dengan cepat jika
siklon tropis melintas di wilayah yang tidak mendukung bagi pertumbuhannya,
seperti misalnya memasuki wilayah perairan lintang tinggi dengan suhu muka laut
yang dingin atau masuk ke daratan.
2.
Penyebab Terjadinya Angin Puting Beliung
Angin
puting beliung merupakan bagian dari proses fase pertumbuhan awan hujan
cumulusnimbus yang terbentuk akibat pemanasan intensif.
Awan cumulusnimbus secara visual berbentuk gumpalan awan hitam yang
membumbung tinggi (vertikal) secara konvektif. Dalam proses pembentukannya,
awan cumulusnimbus mangalami tiga fase pertumbuhan, yaitu fase pembentukan,
fase matang (mature stage) dan fase punah. Pada fase peralihan
antara fase matang menjadi fase punah inilah angin puting beliung seringkali
terjadi, yakni fase dimana saat badan awan cumulusnimbus sarat dengan gerakan
massa udara yang konvektif dan turbulen. Pada fase ini terjadi gerakan massa
udara yang naik ke puncak awan, bersamaan itu terjadi juga gerakan massa udara
yang turun menunju dasar awan.
Gerakan massa udara yang turbulen dalam badan awan ini mengakibatkan
terpisahnya muatan listrik dalam awan. Kondisi ini menyebabkan timbulnya
pengutupan muatan listrik antara ujung awan dan dasar awan atau antara awan
satu dengan awan yang lainnya. Adanya beda muatan liatrik dalam awan
cumulusnimbus, timbul lecutan petir yang bersahut-sahutan sebagai perwujudan
pelepasan muatan listrik. Aktivitas petir yang terjadi menimbulkan pemanasan
pada bagian-bagian awan, mengakibatkan tekanan udara menjadi rendah. Distribusi
tekanan udara yang tidak merata ini memicu aliran massa udara ke bagian-bagian
yang tekanannya rendah.
Pada akhir fase matang, awan cumulusnimbus sudah sangat berat.
Tetes-tetes air mulai jatuh sebagai hujan yang turun dari dasar awan karena
tidak tertahan oleh arus massa udara yang naik ke puncak awan. Akhirnya
hujan turun dengan deras diikuti tiupan angin kencang. Antara massa udara
yang naik dan yang turun dalam badan awan terdapat arus geser (winshear) yang
memuntir, membentuk angin pusaran. Massa udara ini selanjutnya berputar
semakin cepat, mirip sebuah siklon. Pada kondisi tertentu, puntiran ini
dapat “menjilat” bumi sebagai puting beliung. Jika dilihat dengan mata
telanjang puntiran angin puting beliung ini mirip seperti belalai gajah, dan
dalam waktu bersamaan hujan deras turun membentuk pancaran air sangat deras(water
spout) .
1.4 Dampak dari Adanya Angin Badai
a.
Dampak Siklon Tropis Bagi Wilayah – Wilayah di Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan
yang terletak di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik yang merupakan
tempat pertumbuhan dari siklon tropis. Meskipun Indonesia terbebas dari adanya
jalur siklon tropis, namun dampak dari siklon tropis dapat mempengaruhi kondisi
cuaca yang ada di Indonesia. Indonesia hanya terkena imbas dari ekor siklon
tropis (badai tropis) yang menyebabkan terjadinya angin kencang, hujan lebat,
dan gelombang laut.
Imbas dari siklon tropis ini dapat
dirasakan seperti salah satunya di Sumatera, angin topan dilaporkan telah
menghantam tiga desa di Langka, Sumatera Utara yang menyebabkan 217 rumah
tersapu dalam bencana tersebut (http://www.republika.co.id).
Hasil pemantauan BMKG menunjukkan bahwa gangguan sistem cuaca di
Indonesia disebabkan oleh gangguan tropis dampak menghangatnya suhu muka laut
perairan Indonesia, disamping faktor La Nina. Terbentuknya pusat-pusat tekanan
rendah ini selain meningkatkan pasokan hujan di kawasan selatan Indonesia juga
membawa pengaruh terjadinya cuaca buruk berupa angin kencang dan gelombang laut
tinggi. Salah satunya potensi imbas badai tropis Vince terhadap Jawa dan Bali
adalah terjadinya cuaca buruk. Dampak badai tropis menjadi kian besar karena
kibasan “ekor badai” yang cenderung akan lebih panjang sebagai dampak pemanasan
global yang terjadi beberapa dekade terakhir (http://www.bmkg.go.id).
b. Dampak Angin Puting Beliung
Angin
puting beliung banyak membawa kerusakan pada wilayah-wilayah di Indonesia.
Seperti yang terjadi di Makasar, Sulawesi Selatan puluhan rumah rusak berat
akibat disapu angin puting beliung (http://www.republika.co.id),
namun kerusakan yang terjadi cukup parah dan sampai rata dengan tanah
dikarenakan bahan bangunan penyusunnya terbuat dari bahan yang mudah rusak
terjangan puting beliung.
Selain itu, angin puting beliung
juga merusak di wilayah lain seperti di Tasikmalaya. Sebanyak 16 rumah warga rusak akibat terjangan angin puting
beliung disertai hujan deras melanda Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya,
Jawa Barat. Terjangan angin puting
beliung ini membuat 15 rumah rusak ringan dan satu rumah rusak berat melanda
permukiman Kampung Lewibodas, Desa Santanamekar.
Angin
puting beliung merupakan angin kencang yang membawa dampak kerusakan pada
daerah terjadinya.
1.5
Upaya Pengurangan Dampak Buruk Angin Badai
a.
Membangun
rumah lebih jauh dari garis pantai, hal ini diperlukan supaya ketika terjadi
gelombang tinggi air laut, rumah tidak terkena hantaman air laut yang pasang.
b.
Memangkas
pohon sekitar rumah yang rindang, hal ini diperlukan agar pohon tidak mudah
tumbang ketika terjadi angin yang kencang.
c.
Membuat
konstruksi rumah yang kuat, seperti menggunakan pondasi dan atap rumah yang
tahan terhadap terjangan angin badai.
BAB II
PENUTUP
2.1 Simpulan
Angin badai yaitu angin yang bergerak dengan
kecepatan tinggi yang dapat membuat terjadinya cuaca yang ekstim. Jenis-jenis
angin badai yaitu siklon tropis dan angin puting beliung. Siklon tropis umumnya
terjadi di lautan sedangkan anggin puting beliung umumnya terjadi di daratan.
2.2 Saram
Untuk
menghindari dampak buruk dari ancaman angin badai, maka diperlukan kepekaan
terhadap lingkungan sekitar agar dapat dibuat langkah antisipasi bencana.
DAFTAR PUSTAKA
BAGUS SEKALI DAN MENDIDIK
BalasHapus