BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sekolah
merupakan suatu lembaga yang memberikan pengajaran kepada murid-muridnya.
Lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran secara formal. Berbeda dengan
halnya keluarga dan masyarakat yang memberikan pendidikan secara informal. Sebagai
suatu lembaga yang menyelenggarakan pengajaran dan kesempatan belajar sudah
barang tentu harus memenuhi bermacam ragam persyaratan antara lain: murid,
guru, program pendidikan, asrama, sarana, dan fasilitas. Segala sesuatu telah
disusun dan diatur menurut pola dan sistematika tertentu sehingga memungkinkan
kegiatan mengajar dan belajar berlangsung dan terarah pada pembentukan dan
pengembangan siswa (Hamalik, 2001).
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi
setiap orang. Dengan mendapatkan suatu pendidikan seseorang akan dapat mencapai
pendewasaan. Dalam dunia pendidikan akan selalu terdapat kegiatan mengajar,
mendidik, dan melatih. Kegiatan mengajar ini lebih menekankan pada upaya untuk
memberikan sejumlah pengetahuan-pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik.
Pendidik dalam kegiatan
pengajarannya di dalam kelas, melakukan berbagai upaya agar peserta didik dapat
memahami materi yang diberikannya. Sehinnga dalam proses pembelajaran, seorang
pendidik harus mampu menyampaikan materi yang diajarkannya dengan baik. Untuk
dapat mewujudkannya, selain menguasai materi-materi pelajaran dengan baik
pendidik juga harus memiliki cara-cara mengajar yang baik agar materi yang
diajarkan dapat diterima peserta didik dengan baik.
Salah satu upaya yang dapat
dilakukan seorang pendidik agar bisa memberikan suatu pengajaran yang
profesional adalah dengan mempelajari imu didaktik. Didaktik merupakan suatu
ilmu tentang mengajar. Didaktik merupakan suatu ilmu yang berdiri atau memiliki
disiplin sendiri (Hamalik, 2001). Untuk itu perlu diketahui dasar-dasar dari
ilmu didaktik itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa pengertian, fungsi, dan manfaat
didaktik?
1.2.2 Bagaimana didaktik sebagai suatu
ilmu?
1.3 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah, maka
tujuan makalah yang ingin dacapai yaitu:
1.3.1 Mendeskripsikan pengertian, fungsi,
dan manfaat didaktik.
1.3.2 Mendeskripsikan didaktik sebagai
suatu ilmu.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu
diharapkan (1) dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk bidang pendidikan
khususnya yang berkaitan dengan konsep didaktik, (2) manfaat bagi penulis yaitu
dapat memahami tentang konsep didaktik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian, Fungsi, dan Manfaat Didaktik
2.1.1 Pengertian
Didaktik
Kata
didaktik atau didactic sampai sekarang
digunakan oleh guru-guru. Istilah ini berasal dari benua Eropa, yakni Eropa
Barat. Orang Belanda membawanya ke Indonesia dan akhirnya sampai sekarang terus
dipergunakan.
Di
luar negeri, seperti Amerika mereka mempergunakan istilah lain yaitu istilah teaching, curriculum, dan
audio visual aids, untuk pengertian
pengajaran, rencana pengajaran, dan alat bantu pengajaran. Selain itu sering
pula digunakan istilah learning,
untuk perbuatan belajar murid. Perbuatan belajar erat sekali pertaliannya
dengan perbuatan mengajar. Karena itu teaching
dan learning satu sama lain
saling berkaitan dan saling menunjang.
Demikian pula masalah kurikulum dan audio
visual aids satu sama lain tidak dapat di lepaskan. Namun para ahli
membicarakannya dengan kekhususan tertentu dengan sudut peninjauan yang
berlainan.
Kalau
kita tetap menggunakan istilah didaktik, ini tidak berarti bahwa kita
melepaskan atau menyampingkan begitu saja hal-hal yang berkenaan dengan masalah
kurikulum, learning dan audio visual aids. Bahkan sebaliknya
hal-hal tersebut merupakan bagian integral daripada didaktik atau
setidak-tidaknya bahan tentang didaktik akan banyak diperkaya oleh bahan-bahan
dari kurikulum, learning dan audio visual aids. Sehingga didaktik itu
sendiri kemudian menjadi landasan berpijak yang kuat dari ilmu kurikulum, learning dan audio visual aids itu.
Istilah
didaktik berasal dari kata didasco, didaskein, artinya saya mengajar atau
jalan pelajaran, bahkan ada yang menyebutkannya sebagai ilmu tentang mengajar
dan belajar. Ilmu ini membicarakan tentang bagaimana cara membimbing kegiatan
belajar murid secara berhasil (Hamalik, 2001).
Didaktik
adalah ilmu mengajar yang membuat orang menjadi belajar. Didaktik adalah ilmu
tentang masalah mengajar dan belajar secara ampuh dan berdaya guna. Didaktik
tidak sama dengan pendagogik. Didaktik adalah bagian kecil dari rumpun ilmu
pedagogi. Mengajar hanyalah salah satu aspek dari mendidik, namun mengajar
adalah unsur yang utama dalam mendidik (Ismail, 1998).
2.1.2 Fungsi Didaktik
Fungsi
Didaktik dapat ditinjau dari dua segi, yang pertama ialah dari segi ilmu dan
kedua dari segi alat atau media.
a. Fungsi Didaktik dari Segi Ilmu
Ilmu
didaktik merupakan cabang dari ilmu pendidikan, yang sekarang telah berkembang
sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Didaktik dipandang sebagai ilmu pendidikan yang
diterapkan, yang dipraktekkan terutama dalam pengajaran di sekolah.
Perkembangan didaktik yang pesat, bukan saja mendorong kemajuan pengajaran,
akan tetapi telah memberikan bahan-bahan yang lengkap bagi ilmu pendidikan.
Bahkan timbulnya masalah-masalah yang dihadapi oleh guru dan murid dalam
hubungan proses belajar dan mengajar telah mendorong pemikiran-pemikiran baru
secara filosofis pedagogis. Para ahli filsafat pendidikan berusaha keras
menemukan cara-cara yang tepat untuk memecahkan persoalan-persoalan yang
dihadapi oleh didaktik.
Pengalaman-pengalaman
para pendidik, guru, orang tua, dan masyarakat telah memberikan bahan-bahan
yang berguna bagi para ahli pendidikan, sehingga mereka menciptakan konsep baru
dalam bidang didaktik. Hal ini dapat kita buktikan dengan sistem pendidikan
yang dicetuskan dan dicobakan oleh para ahli tersebut.
b. Fungsi Didaktik dari Segi Alat
Sebagai
alat, didaktik berfungsi dalam masyarakat, budaya, dan teknologi. Kita maklum
bahwa di dalam masyarakat, baik dalam kelompok yang besar maupun dalam kelompok
yang kecil, setiap saat dan dimana saja selalu terjadi proses komunikasi dan
interaksi.
Komunikasi
dan interaksi sosial akan bertambah lancar apabila individu-individu yang
berkomunikasi dan berinteraksi itu mampu melakukannya secara baik dan efektif.
Sebagai contoh, hubungan percakapan antara dua orang akan lebih bergairah
apabila orang-orang itu menguasai teknik berbicara yang baik.
2.1.3 Manfaat Didaktik
Masih
ada sebagian orang yang berpendapat, bahwa ilmu didaktik hanya bermanfaat bagi
guru disekolah saja. Pandangan ini tidak kita tolak kebenaran seluruhnya. Oleh
karena sejak semula kegunaan didaktik terutama dirasakan oleh para guru. Akan
tetapi di samping itu, kenyataan menunjukkan bahwa ilmu ini digunakan
dimana-mana, bukan oleh guru di sekolah saja, melainkan oleh masyarakat,
lembaga dan badan-badan, perusahaan, lembaga pemerintahan, lembaga pembangunan,
lembaga pedesaan, kemiliteran, dan lain-lain.
Guru
yang baik harus menguasai ilmu yang menjadi bahan pelajaran dan ilmu didaktik
sebagai ilmu tentang cara penyampaian.
Di
dalam masyarakat, ilmu didaktik sangat banyak digunakan orang, kendatipun
mungkin mereka tidak menyadari bahwa yang digunakannya itu adalah didaktik,
misalnya seorang lurah memberikan penjelasan kepada masyarakat desa tentang
Keluarga Berencana, PKK, dan berjangkitnya penyakit di daerahnya. Ia harus
memberikan ceramahnya sedemikian rupa agar masyarakat pedesaan itu dengan mudah
menangkap dan memahami isi ceramah itu. Usaha demikian sesungguhnya sudah
termasuk usaha yang bersifat didaktis.
Sebab
didaktik sangat berguna yaitu:
a)
Didaktik memberikan petunjuk tentang
membuat perencanaan.
b)
Didaktik memberikan petunjuk tentang
bagaimana cara membuat tujuan-tujuan yang diinginkan.
c)
Didaktik memberikan petunjuk tentang
bagaimana cara menyampaikan pengalaman dan pengetahuan dengan cara yang
efektif.
d)
Didaktik memberikan petunjuk tentang
cara-cara mempelajari sesuatu dengan berhasil
e)
Didaktik memberikan petunjuk tentang
bagaimana cara mengadakan penilaian secara efektif.
f)
Didaktik memberikan petunjuk tentang
bagaimana cara membuat suatu program yang sistematis
g)
Didaktik memberikan petunjuk tentang
bagaimana cara mengadakan pengumpulan informasi yang diperlukan.
h)
Didaktik memberikan petunjuk tentang
bagaimana cara menyelenggarakan peragaan atau cara menggunakan audio visual aids.
i)
Didaktik memberikan petunjuk tentang
bagaimana cara masyarakat memanfaatkan lingkungan sosial, ekonomi, budaya, dan
lain-lain
j)
Didaktik memberikan petunjuk tentang
bagaimana cara menyelenggarakan pertunjukan seni budaya.
k)
Didaktik memberikan petunjuk tentang
bagaimana cara berkomunikasi dan berinteraksi dalam masyarakat.
l)
Didaktik memberikan petunjuk tentang apa
yang perlu dilakukan oleh masyarakat dan orang tua guna membantu berhasilnya
pekerjaan sekolah (Hamalik, 2001).
Pertumbuhan
Ilmu pedagogi khususnya didaktik (ilmu mengajar) pada abad 16/17 jauh
mendahului ilmu mendidik di kontinen Eropa yang diawali dengan terbitnya buku
Allgemeine Pendagogik (“pedagogik umum” oleh JF Herbart, 1806) ( Tim Pengembang
Ilmu Pendidikan, 2001).
2.2
Didaktik Sebagai Suatu Ilmu
Untuk memahami didaktik suatu ilmu
maka kita perlu mengerti terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan istilah ilmu.
Dalam uraian berikut ini pusat perhatian kita akan ditujukan kepada penjelasan
tentang didaktik adalah suatu ilmu.
2.2.1 Pengertian Ilmu
Sejak
dahulu kala, para ahli filsafat telah mencoba memberikan batasan tentang apa
yang dimaksud dengan ilmu. Hanya satu prinsip yang bisa dianggap sama, yaitu
bahwa setiap ilmu adalah pengetahuan manusia tentang jagad raya ini. Pada
pokoknya, ilmu bersumber dari salah satu alternatif sumber, sesuai dengan
kategoris teoritis, yaitu sebagai berikut.
a) Pengetahuan
yang bersumber dari pengalaman yang masuk melalui panca indra, melalui mata, telinga,
hidung, dan kulit. Pengalaman-pengalaman itu melalui media peragaan menimbulkan
tanggapan tanggapan dalam diri manusia, yang kemudian disusun dalam bentuk
pengetahuan tentang dunia ini.
b) Pengetahuan
yang bersumber dari hasil pemikiran manusia tentang dunia ini, dari hasil
pemikiran itu timbul konsep-konsep, ide-ide yang kemudian dikemukakan dalam
bentuk pengetahuan.
Kedua
pendangan ini sangat berbeda jauh, akan tetapi kita dapat menarik kesimpulan,
bahwa pengetahuan itu dapat bersumber dari salah satu proses yang
berkelanjutan, tegasnya pengalaman yang diperoleh melalui panca indra diolah
oleh kreasi pemikiran manusia, kemudian dinyatakan dalam bentuk pengetahuan.
Atau sebaliknya, hasil pemikiran manusia dilaksanakan dalam perbuatan manusia
sehari-hari, kemudian pengalaman tentang perbuatan itu dinilai oleh panca indra
sehingga menjadi pengetahuan yang sempurna.
A.S.
Hornby, cs. Mengemukakan bahwa: Science
is knowledge arranged in an orderly manner, especially knowledge of the way in
which one event causes another (Ilmu adalah pengetahuan yang disusun dengan
cara tertentu, terutama pengetahuan tentang jalannya suatu kejadian /peristiwa
yang menyebabkan kejadian/peristiwa lainnya). Pengertian singkat ini dapat kita
analisis lebih jauh, terutama tentang pengertian “disusun dengan cara
tertentu”. Logikanya adalah setiap penyusunan sudah tentu ada sesuatu yang
disusun dengan sesuatu objek terutama yang menjadi pokok bahasan ada
sistematikanya, ada logika berpikirnya, ada metode pendekatannya, ada sumber bahannya.
Yang
dimaksud dengan objeknya adalah pokok yang menjadi titik tolak pembahasan dari
ilmu itu. Yang dimaksud dengan sistematika adalah susunan atau pembagian dari
ilmu itu. Yang dimaksud dengan metode pendekatan ialah cara-cara yang dilakukan
terhadap pokok atau sudut tinjauan yang
digunakan dalam pembahasan ilmu sedangkan yang dimaksud dengan sumber bahan
ialah dari ilmu-ilmu mana saja yang dapat atau yang akan memberikan bahan
perlengkapan atau bahan inti kepada ilmu itu. Sumber bahan menentukan
eksistensi dan perkembangan suatu ilmu.
Jenis-jenis
ilmu terdiri dari 4 cabang, yaitu sebagai berikut.
a. Natural (physical) science,
yakni pengetahuan tentang alam (natural) dari semesta ini, seperti biologi dan
astronomi.
b. Social science, yakni
pengetahuan tentang cara manusia bertingkah laku, seperti psikologi dan
ekonomi.
c. Pure science, yakni
pengetahuan yang diperoleh dari berpikir dan kebenaran-kebenaran sesungguhnya,
seperti matematika.
d. Exat science, yakni
pengetahuan yang dapat diperoleh melalui pengukuran, seperti ilmu kimia.
2.2.2 Didaktik adalah Suatu Ilmu
Untuk
meninjau didaktik adalah suatu ilmu, maka perlu kita lihat dari beberapa
kriteria berikut.
a.
Objek Didaktik
Setiap
ilmu mempunyai objek tertentu yang menjadi pokok peninjauan, misalnya:
·
Filsafat objeknya adalah manusia
·
Psikologi objeknya ialah tingkah laku
manusia
·
Sosiologi objeknya ialah masyarakat
·
Ilmu ekonomi objeknya ialah
kegiatan-kegiatan ekonomi, dan sebagainya.
Berbeda dengan ilmu-ilmu yang telah
disebutkan di atas maka yang menjadi objek didaktik adalah situasi pengajaran
dengan komponen-komponen yang ada di dalamnya.
Situasi
pengajaran ialah suatu kondisi atau keadaan tertentu di mana terjadi atau
berlangsungnya proses belajar mengajar dan di dalamnya terdapat sejumlah unsur/komponen
faktor-faktor pengajaran. Situasi pengajaran memilki karakteristik sebagai
berikut.
a. Situasi
pengajaran berbeda dengan situasi lainnya yang bukan atau tidak mengandung
makna mengajar dan belajar, misalnya pertemuan antara dua orang terjadi dialog.
Pertukaran pengalaman, tetapi tidak berarti telah terjadi proses yang kita
sebut pengajaran, barangkali hanya merupakan percakapan biasa.
b. Situasi
pengajaran tidak menetap, melainkan selalu berubah, perubahan terjadi karena
pengaruh banyak faktor, seperti pribadi guru, kebutuhan anak, kebutuhan
masyarakat, tujuan, bahan, alat yang dipergunakan, dan faktor-faktor lainnya
yang turut menentukan berhasil atau gagalnya kegiatan mengajar itu.
c. Situasi
pengajaran tidak dibatasi oleh keempat dinding kelas saja, melainkan bersifat
luas dan berlangsung seumur hidup. Pengajaran berlangsung di dalam kelas
ataupun di dalam masyarakat, di sekolah dan dirumah. Pengajaran berlangsung
lama, tidak hanya tidak hanya dalam waktu bersekolah saja, akan berlangsung
terus menerus kendatipun sudah bekerja di masyarakat.
d. Situasi
pengajaran bersifat unik tetapi sederhana. Dikatakan unik oleh sebab ia
berteman dengan “manusia”, manusia yang di ajar/belajar dan manusia yang
mengajar/guru, dan bertalian dengan manusia dalam masyarakat, yang kesemuanya
menunjukkan keunikannya. Disebut sederhana, oleh sebab situasi pengajaran itu
dilaksanakan dalam keadaan praktis dalam
kehidupan sehari-hari mudah dihayati oleh siapa saja.
e. Situasi
pengajaran bersifat mudah tetapi juga sulit. Dikatakan mudah oleh sebab
pengajaran itu mudah dilaksanakan oleh guru-guru yang berpengalaman dan
mengerti secara baik tentang ilmu mengajar serta mampu melaksanakannya berkat
latihan dengan sempurna. Dikatakan sulit oleh sebab kegiatan pengajaran itu
memerlukan tanggung jawab yang besar dan berat. Berhasilnya pendidikan siswa,
sangat bergantung pada pertanggungjawaban
guru. Karena itu maka guru harus mengerahkan semua perhatian dan
kemampuannya agar pendidikan berhasil dengan memuaskan.
b. Logika Berpikir Didaktik
Di
dalam ilmu pengetahuan, kita mengenal bermacam-macam metode berpikir, yaitu:
a) Metode berpikir induksi.
Proses berpikir mulai dari hal-hal yang bersifat khusus menuju ke kesimpulan
atau definisi umum.
Contoh:
-
Ani anak Pak Kromo, nakal.
-
Amat anak Pak Kromo, nakal.
-
Semua anak Pak kromo, nakal.
b) Metode berpikir deduktif.
Proses berpikir dimulai dari kesimpulan perumusan umum menuju ke hal-hal yang khusus.
Contoh:
-
Semua murid kelas V pimpinan Bu Nur
senang berpiknik.
-
Si Budi adalah murid Bu Nur jadi senang berpiknik
-
Si Badu adalah murid Bu Nur jadi senang
berpiknik
c) Metode berpikir generalisasi.
Proses berpikir dalam bentuk mengambil kesimpulan umum atas kejadian-kejadian
yang sejenis.
Contoh:
-
Burung makhluk Tuhan, mati.
-
Badak makhluk Tuhan, mati.
-
Mpok Mimin makhluk Tuhan, mati.
-
Jadi semua makhluk Tuhan pasti mati.
d) Metode berpikir kausalitas.
Pola berpikir dimulai dari anggapan bahwa setiap sebab tentu menimbulkan
sesuatu akibat. Sebaliknya, bahwa setiap akibat sudah tentu ada sebabnya.
e) Metode berpikir pemecahan masalah
(problem solving)
1)
Menyadari dan merumuskan masalah
2)
Mengajukan berbagai alternatif jawaban
3)
Mengumpulkan keterangan-keterangan
dari berbagai sumber.
4)
Mengetes kemungkinan-kemungkinan jawaban
dengan keterangan-keterangan yang telah dikumpulkan.
5)
Apabila telah diketemukan suatu jawaban
yang tepat maka ditarik suatu kesimpulan.
6)
Melaksanakan kesimpulan.
Ilmu pengetahuan mana pun, termasuk
didaktik, dapat menggunakan metode berpikir mana saja sesuai dengan tuntutan
dari ilmu itu sendiri. Namun pada umumnya, metode dari pemecahan masalah lebih
banyak digunakan. Terutama dewasa ini di mana pengaruh psikologi modern lebih
menonjol. Metode pemecahan masalah sering pula disebut metode berpikir kritis (critical thinking) atau metode persimpangan
jalan (fork road situation), di mana
unsur pemahaman (insight) lebih di
utamakan.
f)
Metode
berpikir logis sistematis. Bertitik tolak dari metode (e) di
atas maka umumnya ilmu didaktik menggunakan metode berpikir logis sistematis
dan kreatif, sesuai dengan pendapat psikologi modern. Berpikir dengan
pertanyaan-pertanyaan: apa (what), mengapa (why), bagaimana (how), siapa (who),
kapan (when), dan di mana (where).
c.
Sistematika Didaktik
Didaktik
sebagai ilmu pendidikan praktis. Ilmu pendidikan adalah ilmu yang tertua di
antara ilmu-ilmu lainnya. Pendidikan berasal dari kata mendidik. Mendidik
artinya membimbing anak menuju ke arah kedewasaan. Mendidik berlangsung dalam
situasi pendidikan dan anak didik serta tujuan mendidik. Proses pendidikan
berlangsung sampai anak didik menjadi dewasa dan sesudah itu anak didik telah
dapat berdiri sendiri. Ia telah dapat bertanggung jawab atas
tindakan-tindakannya yang dipilih atas norma-norma yang tersusun dalam hatinya.
Selain itu, ia telah dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakat. Jadi,
kedewasaan itu tidak hanya terletak pada batas umur tertentu saja. Pendidikan
sesungguhnya berlangsung secara kontinu, tidak pernah berhenti. Pendidikan
bersifat long life, artinya berlangsung seumur hidup. Pada masa lampau, para
ahli masih menganggap bahwa pendidikan berbeda artinya dengan pengajaran.
Pendidikan dipandang lebih luas artinya daripada pengajaran. Pengajaran
dianggap sebagai pelaksanaan pendidikan di sekolah. Selain dari itu, tujuan
pengajaran dianggap lebih sempit dari tujua pendidikan.
Dewasa
ini para ahli berpendapat, bahwa pendidikan sama artinya dengan pengajaran.
Alasan yang mendukung pendapat ini, ialah pengajaran bertujuan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Pengajaran tidak hanya berlangsung di sekolah, akan tetapi
juga berlangsung di luar sekolah. Pengajaran juga berlangsung seumur hidup.
Pendidikan hanya dapat berlangsung melalui pengajaran, dan sebaliknya
pengajaran itu mengandung proses pelaksanaan pendidikan. Mengajar adalah
mendidik dan mendidik adalah mengajar.
a.
Pembagian Didaktik Gaya Lama
Menurut
pandangan lama, didaktik terbagi atas didaktik umum dan didaktik khusus.
Didaktik khusus terbagi menjadi metodik dan rencana pengajaran. Didaktik umum
membicarakan tentang asas-asas mengajar
seperti apersepsi, motivasi, aktivitas, peragaan, dan sebagainya. Metodik umum
membicarakan tentang berbagi cara mengajar yang efektif, seperti
memberitahukan, bercerita, dan lain-lain. Metodik khusus membicarakan tentang
metode-metode mengajar untuk tiap mata pelajaran, seperti metodik ilmu hitung,
metodik membaca, metodik ilmu bumi, metodik ilmu hayat, dan lain-lain. Tiap
mata pelajaran memiliki metodiknya sendiri-sendiri.
Rencana
pelajaran membicarakan tentang rencana pelajaran di sekolah. Rencana pelajaran
ini terdiri dari mata pelajaran-mata pelajaran yang akan diberikan di suatu
sekolah. Ada yang disebut rencana pelajaran umum dan ada rencana pelajaran
terurai. Rencana pelajaran umum adalah rencana untuk semua mata pelajaran di
suatu sekolah. Sedangkan rencana pelajaran terurai adalah rencana yang
menguraikan setiap mata pelajaran umum itu.
b. Pembagian Didaktik Gaya Baru
Sesuai
dengan kemajuan ilmu pendidikan yang demikian pesatnya maka ilmu didaktik (ilmu
mengajar) juga berkembang dengan pesat pula. Perkembangan pengajaran ini bukan
saja karena perkembangan ilmu pendidikan, akan tetapi berkat berkembangnya
sistem pendidikan di sekolah pada umumnya.
Karena itu, ilmu didaktik tampaknya lambat laun
cenderung melepaskan diri dari ilmu pendidikan dan dan menjadi ilmu yang
berdiri sendiri. Hal ini terbukti pada negara-negara yang telah maju, misalnya
Amerika Serikat. Di sana tidak dikenal lagi istilah didaktik yang telah
dikemukakan dalam uraian di atas. Mereka melihat perkembangan yang lebih maju
dalam bidang ilmu-ilmu mengajar. Sehingga di berbagai universitas atau college terdapat suatu jurusan atau
spesialisasi yang disebut teaching and
curriculum department, dan hampir setiap sekolah terdapat biro audio visual dan komite-komite
kurikulum.
Operasional
ilmu didaktik itu meliputi studi yang luas dalam bidang-bidang berikut.
1) Prinsip-prinsip
mengajar (Basic principles of teaching).
2) Teori
dan prinsip-prinsip belajar (Principle of learning activity dan theory of
learning). Di dalamnya tercakup pula masalah diagnostik kesulitan belajar.
3) Metodologi
pengajaran (methods of teaching).
4) Metodik
khusus, cara mengajar berbagai mata pelajaran seperti, teaching and language art, teaching in mathematics, dan teaching in
science.
5) Perencanaan
pengajaran (segmen dari studi
pengembangan kurikulum).
6) Media pengajaran (audio visual aids), kini berkembang sebagai bagian dalam teknologi
pendidikan.
d.
Metode Pendekatan Didaktis
Yang
dimaksud dengan metode pendekatan adalah cara atau prosedur mendekati suatu
persoalan. Satu cara pendekatan mengandung pengertian dari sudut mana suatu
masalah ditinjau. Sudut peninjauan ini menentukan titik tetap atau tingkat
kebenaran menurut seseorang. Misalnya kalau akan meninjau sebuah meja, kita
dapat meninjaunya dari sudut bahan baku yang digunakan, dari sudut arsiteknya,
atau dari sudut sebuah meja secara keseluruhannya. Masing-masing tinjauan itu
dianggap benar dipandang dari sudut tinjauannya masing-masing. Metode
pendekatan ilmiah adalah bermacam-macam yakni sebagai berikut.
a) Pendekatan
biologis (biological approach).
Pendekatan ini dilakukan dari kondisi dalam arti jasmaniah, organ-organ tubuh.
Misalnya ditinjau dari segi biologisnya.
b) Pendekatan
psikologis (psychological approach). Pendekatan ini dilakukan dari sudut kejiwaan
atau tingkah laku manusia. Misalnya pandangan tentang siswa dari segi
psikologisnya.
c) Pendekatan
fenomenologis (penhomenological approach).
Fenomena artinya gejala. Pandangan fenomenologis melihat segala sesuatu gajala
yang ada. Misalnya mempelajari siswa dari sudut gejala-gejala tingkah lakunya.,
pendidikan adalah suatu gejala, dan sebagainya.
d) Pendekatan
situsional-kondisional (situational-conditional
approach = siklon). Cara pendekatan demikian adalah dengan meninjau segala
sesuatu berdasarkan situasi atau kondisi yang ada. Misalnya warna putih untuk
pakaian bernilai menahan terik matahari, berbeda dengan warna putih bendera dan
warna putih yang digunakan dalam peperangan yang diatikan menyerah atau kalah.
e) Pendekatan
fungsional (functional approach).
Meninjau segala sesuatu dari segi fungsinya. Misalnya penggunaan sebuah pisau.
Bagi seorang ibu di dapur meninjau pisau untuk keperluan potong-memotong dan
memasak di dapur. Bagi tukang penjual daging berfungsi untuk memeotong daging, sedangkan bagi
seorang penjahat pisau digunakan untuk merampok.
f) Pendekatan
ekologis (ecological approach).
Ekologi artinya lingkungan hidup. Pendekatan ekologis meninjau sesuatu dari
sudut lingkungan hidupnya. Misalnya masyarakat yang tinggal di daerahnya,
masyarakat yang tinggal di daerah di mana banyak hutan maka sebaiknya hidup
dari pekerjaan agraris, masyarakat yang tinggal di daerah tandus sebaiknya
hidup dari pekerjaan perindustrian, dan sebagainya.
g) Pendekatan
integritas (integrated approach).
Meninjau segala sesuatu dari sudut keseluruhan yang bulat atau secara
komprehensif (secara menyeluruh). Misalnya tentang kehidupan pedesaan, baik
sosial, ekonomi, politik, budaya, pertahanan, dan keamanan ditinjau secara
menyeluruh, sehingga diperoleh gambaran lengkap tentang kehidupan di pedesaan
itu.
Didaktik
modern menggunakan metode pendekatan integritas. Pengajaran berlangsung di
dalam suatu situasi pengajaran, di mana
di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling berkaitan, pengajaran melalui
proses sosialisasi dan disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan keadaan
masyarakat, di mana baik anak, guru, situasi pengajaran, dan unsur lainnya
merupakan gejala-gejala yang hidup, saling berkaitan, saling menunjang, dan
saling berinteraksi satu sama lain yang memiliki fungsinya sendiri dalam rangka
keseluruhan pengajaran. Metode pendekatan integritas telah mencakup keseluruhan
ditinjau dari sudut-sudut lainnya, sehingga dianggap lebih lengkap, lebih
valid, dan lebih reliable.
e.
Sumber-Sumber Bahan Bagi Didaktik
Kendatipun
didaktik adalah suatu ilmu yang berdiri sendiri, namun tidak dapat dilepaskan
dengan ilmu-ilmu lainnya. Akan tetapi, justru melalui kerja sama timbal balik
antara didaktik dan ilmu-ilmu lainnya itu yang menyebabkan eksistensi didaktik
selaku ilmu menjadi lebih kukuh dan mapu berkembang lebih luas. Bahan-bahan
yang diperoleh dari ilmu-ilmu lainnya telah memperkaya ilmu ini. Di antara
ilmu-ilmu yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a)
Filsafat
pendidikan. Memberikan bahan yang luas tentang
pembahasan masalah tujuan pendidikan yang menjadi
dasar pembahasanmengenai tujuan mengajar. Dan di samping itu, filsafat
pendidikan memberikan andil yang besar dalam rangka memecahkan kesulitan yang
ditemui dalam proses pengajaran pada umumnya.
b)
Ilmu
pendidikan. Memberikan dasar-dasar teoritis yang
luas bagi didaktik, bahkan dikatakan bahwa setiap perbuatan mengajar adalah
bersifat mendidik, karena itu diterapkan, diaplikasikan dalam situasi dan
kondisi yang aktual dalam bentuk pengajaran di sekolah.
c)
Psikologi
perkembangan. Memberikan bahan selengkapnya tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga didaktik dapat mengatur prosedur
yang tepat dan serasi dengan tingkat perkembangan murid.
d)
Psikologi
belajar. Memberikan bahan secara luas dan mendalam tentang
prinsip-prinsip belajar yang sangat bermanfaat bagi didaktik dalam rangka
menciptakan lingkungan belajar yang serasi bagi siswa untuk melakukan aktivitas
belajar, mengubah kelakuannya secara integral.
e)
Administrasi
pendidikan. Sesungguhnya antara kedua ilmu ini terdapat
jalinan yang dekat sekali, dapat dikatakan bersumber dari satuan induk,
keduanya berada dalam ruang lingkup yang sama yakni bidang persekolahan. Karena
itu, bahan-bahan yang ada pada administrasi pada administrasi pendidikan sangat
memperluas ilmu didaktik. Pokok peninjauan adalah sama, hanya berbeda sudut
peninjauannya saja.
f)
Sosiologi.
Memberikan bahan-bahan yang sangat berharga, terutama dalam usaha meninjau
masalah-masalah kemasyarakatan seperti kelompok sosial siswa, hubungan kerjasama
antarsekolah dan masyarakat, dan lain-lain. Lembaga-lembaga sosial,
masalah-masalah sosial, kebutuhan-kebutuhan sosial, telah mendorong sekolah
untuk berorientasi kepada kehidupan masyarakat.
g)
Antropologi
budaya. Oleh karena belajar ditafsirkan sebagai usaha
membudayakan siswa maka mau tak mau unsur kebudayaan sangat berpengaruh.
Kebudayaan dan hasil-hasil kebudayaan, dalam hal ini bukan saja menjadi faktor
yang dipengaruhi.
h)
Ilmu
manajemen. Memberikan bahan kepada didaktik dalam rangka
kepemimpinan sekolah dan kepemimpinan kelas, sehingga lingkungan belajar yang
disediakan didaktik untuk siswa berjalan lebih efektif. Bahkan sementara ahli
berpendapat, bahwa ilmu didaktik sesungguhnya adalah ilmu manajemen yang
diterapkan disekolah.
i)
Ilmu
hukum. Memberikan bahan terutama yang erat pertaliannya
dengan masalah mengatur keterlibatan dan disiplin kelas.
j)
Penelitian
dan statistik. Sangat besar bantuannya terutama dalam
hal pengelolaan teknik evaluasi belajar. Dan selain dar itu, dalam rangka
mengembangkan didaktik maka ilmu ini telah memberikan andilnya yang besar (Hamalik,
2001).
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Didaktik
merupakan ilmu tentang mengajar. Fungsi Didaktik dapat ditinjau dari dua segi,
yang pertama ialah dari segi ilmu dan kedua dari segi alat atau media. Ilmu ini
digunakan dimana-mana, bukan oleh guru di sekolah saja, melainkan oleh
masyarakat, lembaga dan badan-badan, perusahaan, lembaga pemerintahan, lembaga
pembangunan, lembaga pedesaan, kemiliteran, dan lain-lain.
3.2 Saran
Agar
kegiatan belajar dan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan efektif,
maka seorang pendidik harus memahami cara-cara mengajar yang baik terutama cara
penyampaian materi yang diajarkan agar dapat diserap dengan baik oleh peserta
didik, untuk itu maka diperlukan pemahan dasar-dasar dedaktik sebagai ilmu
mengajar yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi
Aksara.
Ismail, Andar. 1998. Ajarlah Mereka Melakukan
Tim
Pengembang Ilmu Pendidikan. 2001. Ilmu
dan Aplikasi Pendidikan. Grasindo
apa bisa minta softcopy nya pak ?
BalasHapusSangat mencerahkan bagi saya yang sedang haus belajar tentang didaktik metodik, terimakasih atas ulasannya yang padat dan bermanfaat, salam sehat selalu !
BalasHapusM. Yusuf Soponyono,
BalasHapusmahasiswa unindra jakarta